-- 15 --

41 4 0
                                    

Pukul tiga dini hari, ketika bumantara masih gelap meski tak lama lagi akan digantikan pagi. Aku masih terjaga dengan keadaan lapar, An. Ternyata, memikirkanmu tidak hanya berefek pada otakku. Melainkan juga memanggil cacing-cacing diperutku untuk meronta.

Kemarin lusa, kamu membawa kabar nestapa. Menyatakan rasa yang sudah tidak tergesa-gesa sampai pada pujaannya. Aku merasa menjadi paling antagonis dari seluruh pemeran antagonis di film-film thriller. Bak pembunuh sadis di dalam cerita fiksi karya sutradara, kamu kusayat perlahan hingga mati dalam rasa yang tak terbalaskan.

Maaf lagi-lagi kuucapkan An, meski lidahku tak pantas mengatakannya. Salivaku bahkan tak pernah dengan mudahnya kutelan setelah apa yang kuucapkan pada kamu sang pemeran lemah. Andai saja aku bisa dengan cepatnya membalasnya, pasti saat ini kamu tak merana dibunuh luka-luka karena cinta.

Kota Pelajar, awal tahun 2020
Ditulis oleh Arcturus

Kita yang Pernah Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang