-- 10 --

21 3 0
                                    

"Apa sih yang ada di pikiranmu selain bertahan?"

"Tidak ada. Bagiku, kamu adalah pujaan. Dalam artian, kamu seorang yang pantas untuk ditunggu dan di sayang. Selain kamu, yang lain hanyalah figuran. Aku rela sakit demi menambah afeksi untuk dirimu. Meski telah berkali-kali kamu menyayat hati."

"Kamu tidak lelah kah?"

"Jika dengan mencintaimu saja aku bisa bahagia, kenapa harus lelah? Lelah hanyalah untuk orang-orang yang tidak bersungguh-sungguh, sedang aku adalah yang tangguh. Bagiku, bisa menjaga perasaan ini saja rasanya sudah seperti bersanding dengan kamu."

"Kapan kamu akan berhenti?"

"Saat aku tahu bahwa kamu memang bukan untukku. Tapi untuk saat ini, aku belum akan berhenti, sebab kamu masih sama seperti dulu. Tidak bereaksi, entah itu menolak ataupun menyuruhku pergi. Jadi ada dua kemungkinan yang akan terjadi pada dirimu."

"Apa itu?"

"Yang pertama, kamu akan menghilang bersama sisa-sisa harapanku. Lalu yang kedua, kamu akan menjadi milikku, entah kapanpun itu."

Percakapan itu kututup dengan cengiran yang tidak berarti. Hatiku berhasil mencelos mendengarkan setiap tutur katamu, An. Kala itu, aku benar-benar pemeran jahat, membiarkanmu mati dibunuh perasaan sendiri.

Kota Pelajar, awal tahun 2020
Ditulis oleh Arcturus

Kita yang Pernah Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang