Jujur An, seringkali aku tidak tahu harus menulis apa tentang kamu. Aku tidak tahu harus mengadu seperti apa, bagaimana menuangkan keluh kesah yang aku rasakan saat ini. Aku masih sama saja seperti dulu; malu, takut, gengsi, dan benci harus merindu. Meskipun aku ingat betul pesan terakhirmu sebelum akhirnya obrolan kita via media sosial teputus.
"2020 kurangi gengsi bisa?"
Kamu tahu, aku harus meminta orang lain untuk menghubungimu. Aku takut ditolak, diabaikan, disepelekan karena aku terlalu basa-basi dan penuh drama, sedangkan kamu kupikir sekarang sudah mulai melupakan apa-apa yang pernah terjadi antara kita. Jujur, aku ingin sekali memulai kembali obrolan kita lewat aplikasi hijau yang sering dipakai orang-orang pada umumnya. Tapi kemudian aku menyadari susuatu; bahwa kamu sepertinya menolak untuk membahas suatu hal penting--ah tidak, suatu hal yang terlihat penting untukku saja.
Aku kehilangan kata-kata, bahkan melanjutkan tulisan di suatu platform menulis saja aku sudah tidak pernah lagi. Ini pertama kalinya aku kembali menulis. Seperti biasa, pertengahan malam memang waktu yang pas untuk membangkitkan ide. Tulisan ini tidak semata-mata kata yang dirangkai saja. Tulisan ini adalah segala penat dan gelisah selama kurang lebih satu bulan aku tidak berhasil membunuh rasa malu dan gengsiku. Aku butuh kamu untuk membacanya, barangkali dengan begitu akan ada sedikit niatan dirimu menanyakan kabarku, atau perihal kesehatanku.
Kota Pelajar, awal tahun 2020
Ditulis oleh Arcturus

KAMU SEDANG MEMBACA
Kita yang Pernah Jatuh Cinta
PoesiaTeruntuk kamu makhluk Tuhan bernama manusia Terimakasih pernah hadir mewarnai hidupku, meski tidak seterusnya bertahan Terimakasih telah menorehkan bahagia serta luka Terimakasih telah membuat cerita yang dapat kutulis lewat kata-kata bernama senand...