Echo Park, California.
Hari sudah gelap dan akhirnya Amy sudah sampai di rumahnya. Ia menaiki bus dari kantor polisi menuju rumahnya. Rumah berukuran sedang dengan pintu bewarna coklat tua. Saat dibukakan pintunya, terdapat kardus-kardus menumpuk. Tak lama kemudian Allison keluar dari kamarnya sambil membawa baju denim yang masih terpasang dengan hangernya. Itu baju yang biasa Amy pakai untuk kuliah.
Amy mengerutkan dahinya, apa lagi yang dilakukan Allison kali ini? Gerutunya dalam hati.
"Apa yang kau lakukan?" Kata Amy.
"Mengusirmu." Sahut Allison sambil tersenyum sumringah.
"Ini rumahku." Amy melotot.
"Bukan rumahmu lagi semenjak kau diskorsing." Sungguh Allison tak tahu malu, sebenarnya ini memang rumah milik Amy, rumah yang diberikan oleh Peter karena Amy ingin tinggal sendiri. Allison adalah teman sekelas Amy, setahun lalu ia merengek ingin tinggal bersama Amy dengan alasan ia tak bisa lagi membayar apartemennya. Karena Amy pikir ada kamar kosong di rumahnya, akhirnya ia mengiyakan. Dengan catatan mereka berbagi biaya rumahnya, seperti membayar listrik, bumbu dapur dan lain sebagainya.
Amy menggelengkan kepalanya, sudah tak peduli dengan apa yang dilakukan Allison terhadap dirinya. Saat ini ia hanya ingin mencari tahu mengenai kematian Peter saja, hanya itu. ia memutuskan menuju kamar tidurnya yang berada di pojok sebelah kiri rumahnya.
Amy duduk di depan meja dan menyimpan laptopnya di atas meja itu. ia langsung membuka situs web resmi universitas. Saat sedang mengetikkan password untuk akunnya, Amy keheranan karena tak bisa masuk ke situs web universitasnya. Alih-alih tak bisa, ia langsung menggunakan cara lain. Meretas akunnya sendiri dan mencari tahu kenapa tak bisa dibuka.
"Ini bukan kamarmu lagi," teriak Allison secara tiba-tiba, ternyata ia menyusul Amy dan sekarang berdiam diri di ambang pintu. Amy sama sekali tak mengindahkan perkataan Allison, ia serius dengan laptopnya. Allison mencoba mengganggu Amy lagi, " Mau aku ambilkan sesuatu? Minuman dingin? Larangan mendekat?"
Setelah tiga puluh detik berkutat meretas akunnya sendiri, ia terheran ke monitor laptopnya. Akhirnya ia menyerah dan benar, malah terdapat bacaan "TAK ADA JARINGAN, JARINGAN EROR". Amy tahu, jika seperti itu artinya akun Amy menghilang, tapi kenapa bisa?
"Aku tak bisa masuk ke sistem komputer universitas." Jawab Amy, yang sama sekali tak nyambung dengan pertanyaan Allison.
Allison masih setia berdiri di ambang pintu, sudah tak sabar ia ingin mengusir Amy, "Ya, karena kau diskorsing. Jadi pak Ryan mencabut akunmu."
"Kau tahu itu bukan ulahku," Amy membalikkan badannya seraya menutup laptopnya dan memasukkannya ke tas soren yang ia pakai, rasanya ingin balas dendam pada Allison, "Oh, mungkin ini ulah pria yang kau ajak tidur agar dapat nilai A, dia sepertinya terancam oleh kepintaranmu."
Allison melangkahkan kakinya ke arah Amy yang saat ini sudah berdiri, "Baiklah. Aku tahu kau tidak punya hubungan dengan laki-laki. Tapi aku tak seperti itu untuk mendapatkan nilai A."
"Ya mungkin tidak begitu, tapi itu akan mengurangi nilai rata-ratamu kalau kau sekali dua kali pernah tidur dengan pak Ryan." Kekesalan Amy sebenarnya sudah memuncak, tapi ia tak tahu mengekspresikannya bagaimana. Bukan hanya kesal, mungkin rasa sedih juga dapat dirasakan jika Amy tak mempunyai penyakit Displasia Sementara. Ia hanya bisa berkata tak sopan saja kepada semua orang.
Allison terkekeh malas, memang sudah terbiasa mendengar omongan Amy yang dingin tanpa memikirkan perasaan orang lain, tapi kali ini sungguh menyakiti hati Allison. Menuduhku tidur dengan seorang dosen? Ingin kusumpal mulut Amy! Kata Allison dalam hati yang sangat mengutuk Amy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hacker
Science FictionAmy, wanita yang tak pandai dalam bersosialisasi dengan orang lain, memasuki dunia yang memang tak pernah terbayangkan olehnya. Ketidaksengajaan masuk ke dalam pekerjaan misterius dan sangat rahasia, membuat dia memaksakan diri untuk mengorbankan se...