The Bom (3)

79 7 1
                                    

"Selamat pagi!" Sahut Rajan dari luar ruang rapat sambil menepuk pundak Bellamy yang sedang minum teh hangat, ia hampir saja tersedak, "Selagi kalian berdua tidur, aku memutuskan untuk menyusuri semua media sosial."

Sialan kau Rajan. Pekik Bellamy dalam hati. Rasanya ia ingin menyumpal mulut Rajan yang asal bicara itu, dan mungkin saja sehabis rapat ini Amy akan menamparnya lagi. Sementara Amy memandang malas pada Rajan yang menyindir mereka. Lebih seperti tak peduli.

"Clara Michael dan Buck Brendt bertemu saat mereka kuliah di UC Santa Monica." Rajan mulai menjelaskan, ia duduk tepat di bawah komputer dinding, sementara Lidya, Bellamy dan Amy berada di sebelah utaranya Rajan. "Berdasarkan media sosial, mereka pasangan yang bahagia. Sampai dua bulan lalu, Clara tewas tertabrak bus."

"Aku melihatnya," Sahut Amy, "Dia sedang menjauhi Buck. Clara mengatakan tentang seseorang yang mencuri karyanya."

Rajan tersenyum bangga, "Clara mengambil jurusan teknik elektro, dengan fokus pada bidang holografi. Kalian tahu maksudku?"

"Applied Holographics. Tempat bom kedua meledak." Lidya menyimpulkan dengan cepat.

"Betul sekali!" Sahut Rajan sambil menunjukkan video berita di televisi kemarin.

Amy melihat gedung itu dengan seksama, ia mengingat sesuatu, "Itu adalah gedung tempat dia keluar, sebelum Clara tewas. Clara sangat marah."

"Jika Applied Holographics yang mencuri penelitian Clara," Bellamy akhirnya bersuara setelah merasa kesal dengan sindiran Rajan tadi, "Mungkin Buck menyalahkan tewasnya Clara pada mereka, dan ingin balas dendam."

"Masih ada dua bom. Di mana bom itu?" Lidya menatap Bellamy sambil berpikir apa yang selanjutnya ia harus lakukan, dan apa yang harus ia jelaskan pada pihak atasannya yang akan menyelidiki kasus kali ini.

"Hack aku lagi dan masukkan ke memori Buck," Kata Amy dengan nada semangat, "Dan aku akan menemukannya."

Bellamy dan Rajan saling memandang. Salah satu dari mereka harus menjelaskan.

"Memori Buck benar-benar sudah tak berfungsi," jawab Bellamy dengan nada lemas, "Karena ledakan bom itu."

Amy mematung, pasti ada cara lain untuk mencari dua bom itu. Lalu ia mengingat-ngingat, bagian mana ada tanda-tanda mengenai dua bom. Buck bercumbu dengan Clara, mereka bertengkar, Clara tertabrak bus dan tewas, Buck menyalahkan orang lain, Buck tertekan lalu bunuh diri. Apalagi ya?

Amy menutup mata. sepulveda, pintu biru gumam Amy dalam hati. Ingatan itu ada di akhir memori, dan sepertinya hal yang penting.

"Bagaimana jika Sepulveda, sebuah pintu biru?" Tanya Amy kepada mereka semua, "Aku melihat keduanya selama proses itu. Mungkin sangat berarti untuk Brendt."

Bellamy, Rajan dan Lidya saling memandang. Hal itulah yang Amy sebutkan sesudah mencium Bellamy lalu ia pingsan. Sementara perasaan Bellamy sedikit terkejut saat Amy menyebutkan dua hal itu, mengingatkannya pada ciuman itu.

"Seberapa kuat emosi itu?" Tanya Bellamy, mengalihkan pikirannya agar tetap fokus pada kasus kali ini.

"Aku tak tahu, tapi cukup kuat." Jawab Amy dengan yakin.

"Aku telah memerintahkan dua tim mencari di kawasan Sepulveda sejak semalam untuk mencari pintu biru," Sahut Lidya dengan tegas, "Tapi hasilnya nihil."

"Yaa... Mungkin anak buahmu tak becus," Ketus Amy, ia merasa bahwa harus ia sendiri yang melakukan investigasi. Tak tahu mengapa Amy merasa akan menemukannya, karena ada perasaan kuat mengenai tempat Sepulveda itu.

HackerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang