Seet.
Seseorang membuka kain hitam dari kepala Amy secara kasar, seperti Amy seorang buronan. Tapi Amy tak melakukan apapun, apalagi melakukan kejahatan kriminal, atau Allison melaporkan Amy pada orang-orang ini karena menyangka Amy telah menyabotase optogenetic-nya? Tapi orang-orang yang terlihat oleh mata Amy sekarang, bukan seperti polisi, malah seperti penjahat bayaran.
Saat dibukakan kain hitam itu, di depan Amy ada wanita paruh baya yang memiliki mata sipit seperti orang Cina sedang menumpahkan teh hangat ke cangkir putih yang sudah ada di hadapan Amy. Tapi perempuan paruh baya itu tak mengatakan apapun. Setelah menumpahkan tehnya ke cangkir itu, ia malah menjauh dari Amy.
Amy memandang seluruh ruangan ini, tepatnya bukan ruangan, tapi restoran Cina yang semuanya serba bewarna merah. Cat temboknya, kain taplak mejanya, tirai dan hiasan di dinding tembok pun khas Negara Cina.
Apakah aku sedang di Cina? Gerutu Amy.
Saat ini Amy tak panik atau apapun itu, ia penasaran saja ia sedang di mana. Dan kenapa orang-orang ini menculik Amy. Akhirnya, Amy memutuskan untuk mencari tahu. Amy ingat, ponselnya disita oleh orang yang menculiknya. Lalu ia menoleh ke arah pria tadi yang membuka kain hitamnya secara kasar. Pria itu berdiri sekitar tujuh langkah dari keberadaan Amy.
"Hei, setidaknya aku boleh menelepon seseorang?" Tanya Amy.
"Kepada siapa?" Sahut perempuan cantik datang dari belakang Amy, "Semua orang yang dekat denganmu sudah mati, atau bahkan membencimu."
Amy memasang waja menantang, akhirnya ia dipertemukan oleh orang dibalik dalang penculikannya ini.
Wanita itu duduk berhadapan dengan Amy, sembari menebar senyum manisnya. Amy menatap malas, kenapa seharian ini ia harus bertemu banyak orang dan sebagiannya Amy tak kenal mereka. Tapi Amy tetap santai dan menghadapi orang-orang aneh di tempat ini.
Kali ini Amy berpikir mencari alasan untuk cepat-cepat pergi dari sini, ia masih ingin menjalani hidup, dan siapa tahu wanita di hadapannya ini orang jahat dan ingin membunuhnya.
"Aku bisa menelepon pengacara." Ketus Amy, dia menjawab asal saja.
"Hmm? Bukan itu yang ada di pikiranmu," jawab wanita itu, "Beritahu aku soal ayahmu, kenapa dia bunuh diri?"
Tatapan Amy mulai serius. Ia mulai menerka dan berpikir bahwa wanita ini pasti rekan kerja Detektif Daniel, karena yang ditanyakan sama, soal Peter. Karena kemungkinan wanita ini polisi juga, akhirnya yang bisa dilakukan Amy adalah menjawab pertanyaan yang ditujukannya.
"Dia bukan ayahku. Dan dia tidak bunuh diri." Ketus Amy.
Wanita itu mengangguk, "Aku tahu, tapi aku tak tahu harus memanggil dia apa."
Amy mengernyit, jika wanita ini rekan dari Detektif Daniel, mengapa ia tak tahu nama ayah Amy yang bunuh diri? Tapi Amy menghiraukan pikiran itu.
"Panggil dia Peter Clark. Ayah kandungku menitipkan aku bersamanya saat aku berumur sembilan tahun."
"Apa yang kau tahu tentang ayah kandungmu?"
"Tidak ada." Amy memang tak tahu apa-apa soal ayahnya, ia seperti mengalami hilang ingatan sebelum memasuki umur sembilan. Yang dia ingat tentang masa lalunya dengan ayahnya adalah ketika ayahnya pergi.
"Tidak mungkin kau tidak tahu." Jawab wanita itu.
"Aku hanya tahu dia tak menginginkan seorang anak. Apakah itu termasuk?" Amy menerka lagi, kenapa wanita itu menanyakan kehidupan pribadi Amy, bukan soal Peter?
"Lalu mengapa ayahmu menyerahkanmu pada Peter?"
"Haha menyerahkanku?" Amy terkekeh malas, "Aku tidak diserahkan. Saat ibuku meninggal, ayahku melihat aku tidak ada manfaatnya. Kami tak punya sanak saudara. Dia dan Peter berteman. Peter setuju untuk menerimaku. Aku bukan diserahkan. Aku ditinggalkan." Jelas Amy dengan cerita pendeknya mengenai kehidupannya. saking malasnya menjawab, ia hampir tak bernapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hacker
Science FictionAmy, wanita yang tak pandai dalam bersosialisasi dengan orang lain, memasuki dunia yang memang tak pernah terbayangkan olehnya. Ketidaksengajaan masuk ke dalam pekerjaan misterius dan sangat rahasia, membuat dia memaksakan diri untuk mengorbankan se...