11

3.2K 428 30
                                    

Jeongin masih menimang apakah harus ia menghubungi Nancy. Memang jika dibandingkan dengan Nancy, Jeongin tak ada apa--apanya. Nancy punya segalanya. Jeongin juga sebenarnya masih penasaran dengan hubungan Hyunjin dan Nancy.

Saat ini Jeongin sudah berada diperusahaan seperti biasa. Tak ada yang ia lewatkan satu pun. Melakukan semuanya seperti tak terjadi apa--apa.

Ah, Hyunjin juga belakangan hari ini menjadi sering keluar atau terkadang juga tidak pergi bekerja hingga dokumennya menggunung. Tapi untuk hari ini ia bekerja untuk menyelesaikan dokumennya. Mungkin agar besok ia bisa seharian diluar.

Jeongin sedang menunggu saat--saat kemerdekaannya. Yaitu pulang. Sebentar lagi memang jam kerja sudah mau selesai. Jeongin tak kuat menahan rasa awkward yang ada disini. Terlalu kental.

"Daepyonim, saya ijin pulang " pamit Jeongin saat jam kerjanya sudah berkahir.

Hyunjin hanya mengalihkan atensinya saja dari dokumen--dokumennya dan menatap Jeongin. Tak lupa dengan kacamata tipisnya yang masih bertengger. Hyunjin tak mengatakan apa--apa. Karena Hyunjin tak mengatakan apa--apa, Jeongin anggap itu adalah iya.

"Je " panggilnya yang pertama setelah lama tak berbincang.

Jeongin hanya menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menatap Hyunjin.

"Kau masih mencintaiku kan? " tanyanya ragu.

Suasana menjadi hening sesaat.

"Tentu saja. Jika tidak untuk apa aku bertahan? " ucapnya dan pergi meninggalkan Hyunjin.

Hyunjin jadi semakin pusing kalau begini. Jeongin juga tampak sepertinya akan menyerah? Entahlah. Nancy dan Jeongin. Sekarang jadi pikirannya.

Hyunjin akui memang benar saat Nancy datang kembali dihidupnya, ia sempat tak melihat kearah Jeongin. Sampai ya, ucapan sang ibu, Jinyoung menamparnya. Sang ibu benar dan Hyunjin baru menyadarinya sekarang. Tapi, ia sudah terlanjur berjanji kepada Nancy. Sudahlah. Hyunjin juga lagi disibukkan dengan pekerjaannya yang menumpuk.

Hyunjin saat ini sedang benar--benar fokus dengan pekerjaannya sampai bunyi dering teleponnya berbunyi.

"Hallo"

"Nak Hyunjin, ini ibu Nancy. Ahjumma hanya ingin kamu tahu bahwa anak ahjumma masuk rumah sakit hari ini. Tiba tiba ia drop. Bisakah kau mengunjunginya? "

"Tentu saja, ahjumma " ucap Hyunjin terakhir sebelum telepon diputuskan sepihak.

Bagaimana bisa Nancy drop disaat--saat seperti ini?

Yang ada dipikiran Hyunjin sekarang adalah Nancy.

Hyunjin segera turun ke lobby dan menyuruh seseorang untuk menyiapkan mobilnya. Ia tak peduli dengan pekerjaannya lagi.

Hyunjin melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi dalam keadaan jalan raya sudah tak begitu ramai.

Setelah sampai, Hyunjin langsung disambut oleh ibu dari Nancy dan mengantarnya keruangan Nancy dirawat. Hyunjin membeku melihat kondisi Nancy yang tubuhnya sudah dipenuhi oleh selang--selang apalah itu. Hyunjin tak mengerti.

"Bagaimana bisa Nancy tiba--tiba drop seperti ini? " tanya Hyunjin pada ibu Nancy dalam intonasi yang pelan.

"Ahujumma juga tak mengetahui hal itu. Tiba tiba ia sudah ditemukan pingsan dikamarnya. " jelas sang ibu . Sedangkan Hyunjin hanya menghela nafasnya kasar.

"Apa kau mau menemuinya? " tawar sang ibu pada Hyunjin. Bagaimanapun juga ibu Nancy sudah dianggap seperti ibunya sendiri.

"Bolehkah? " yang dijawab dengan anggukan olehnya.

Secretary Yang ft. HyunJeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang