18

3.2K 442 64
                                    

Karena tawaran langsung dari CEO Hwang, Jeongin mau tak mau ikut. Ia tak enak untuk menolaknya. Apalagi ini yang minta Hyunjin sendiri. Kan Jeongin gak enak.

Dan tibalah ia disini, sebuah restoran mewah dengan kedua pimpinan perusahaan. Pembicaraan selalu diawali dengan bisnis selanjutnya. Jeongin kira tadinya. Tapi, mereka malah membahas kehidupan mereka. Dan tak Jeongin sangka bahwa mereka adalah teman satu sekolah. Ya, dunia memang sempit.

Makanan yang telah dipesan satu persatu telah disajikan dimeja. Woojin maupun Hyunjin mulai menyantap makanan mereka satu persatu. Sedangkan Jeongin tetap berusaha untuk mempertahankan kesadarannya agar ia tak pingsan tiba tiba.

Karena dirasa Jeongin sudah hampir tak sanggup menahan sakit dikepalanya, ia pun ijin kekamar kecil.

"Hyung, aku mau ijin ke kamar kecil boleh? " ucap Jeongin sambil berbisik pada Woojin yang duduk disebelahnya.

"Tentu saja. Apakah sakitnya sudah lebih baik? "

"Sudah, kok. Kalau begitu aku ijin terlebih dahulu " ucap Jeongin sambil berdiri. Tetap mempertahankan tubuhnya agar tak terjatuh kali ini.

Jeongin tetap berusaha untuk pergi ketoilet walaupun tubuhnya yang susah untuk dibawa kemana-mana. Sepertinya semakin menjauh dari Hwang itu semakin pudar rasa sakitnya. Dan potong-potongan memorinya juga.

Dengan berpegangan dengan dinding-dinding yang ia lewati, Jeongin berhasil sampai ditoilet.

Toilet tersebut telihat sepi. Sepertinya hanya ada Jeongin disana. Jeongin segera membuka keran air yang terdapat diwastafel. Ia mulai membasuh mukanya dan menatap pantulan dirinya dicermin. Cukup pucat wajahnya saat ini karena rasa sakit itu datang lagi.

Saat ia lihat kearah cermin, ia melihat pimpinan Hwang sedang menatap kearahnya juga dibelakangnya.

"Kau bisa menolak jika memang kondisimu tak sehat " ucapnya tanpa mengubah pandangannya terhadap Jeongin.

"A-ah, Hwang daepyonim " ucap Jeongin yang masih terkejut dengan kehadiran Hyunjin.

"T-tak apa. Lagipula, aku merasa tak enak padamu " lanjutnya lagi.

"Tak usah formal seperti itu, Yang Jeongin. Panggil saja hyung "

"H-hy--ung--" ucap Jeongin sebelum semuanya gelap.

Untung saja Hyunjin yang mempunyai refleks yang cepat segera menangkap tubuh Jeongin yang hampir jatuh.

Dengan segera, Hyunjin segera membawa Jeongin dengan bridal style--nya. Pergi ke pintu masuk dan menunggu supirnya untuk menyiapkan mobilnya.

Sesudah mobilnya tiba, Hyunjin segera memasukkan Jeongin ke kursi bagian belakang dalam posisi tidur.

"Ini dia mobilnya, tuan " ucap sang supir, Seo Changbin.

"Terimakasih "

"Ini, untuk ongkos pulang " ucap Hyunjin sambil memberi beberapa lembar uang kepada sang supir.

"T-tak usah, tuan " tolaknya.

"Sudah ambil saja. Lagipula ini sudah malam. Naiklah taxi " ucap Hyunjin terakhir sebelum ia masuk kedalam bangku supir.

"Terimakasih, tuan " ucap Changbin sebelum mobil sang majikan pergi menjauh. 

Saat diperjalanan ia baru ingat, bahwa Woojin masih disana menunggu Jeongin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat diperjalanan ia baru ingat, bahwa Woojin masih disana menunggu Jeongin. Jadi ia putuskan untuk meminggirkan mobilnya dan menelepon Woojin.

"Jin, lu dimana dah gua nyariin lu ini "

"Maaf ya, Jin. Gua udah duluan ini "

"Lah terus lu berdua kan sama sama pergi ketoilet. Ketemu nggak? "

"Ini lagi sama gua. Tenang aja "

"Gak lu apa-apain kan, Jin? "

"Astaga gak percayaan amat lu sama gua "

"Ya lu kan rada bejad. Makanya gua gak percayaan amat sama lu "

"Bodo anjing, udah sono lu pulang "

"Ih ngusir si monyed "

Percakapan tersebut berakhir dengan kata-kata umpatan dari kedua belah pihak. Maklum saja, mereka dahulu pernah satu sekolah. Satu kelas pula. Bagaimana mereka bisa gak kenal?. Hyunjin juga tahu Jihoon, saudara kembar Woojin.

Hyunjin kembali memajukan mobilnya membelah sepinya jalanan dimalam hari. Tak begitu jauh dari kantor maupun restoran tadi. Ia sengaja membeli apartemen yang tak jauh dari kehidupan sehari-harinya.

Hyunjin agak kesusahan saat ingin membuka pintu. Karena harus menggunakan password dan juga harus menggendong Jeongin yang masih tertidur lelap.

Akhirnya Hyunjin berhasil membuka pintu walaupun agak kesusahan dan memakan waktu. Tak berlama-lama, Hyunjin segera masuk dan menaruh Jeongin dikamarnya.

Hyunjin menghela napasnya lalu menghembuskannya. Cukup memakan banyak tenaga. Hyunjin yang belum mengganti sepatunya, segera kembali kedekat pintu dan menggantinya dengan sandal.

Hyunjin memutuskan untuk beristirahat sebentar disofa ruang tamunya. Badannya terlihat naik turun karena menetralkan napasnya.

Pikirannya melayang jauh. Dari bagaimana sikap Jeongin sekarang yang jauh berubah. Terlihat seperti menghindarinya.

Sudah lama juga jika dipikir-pikir ia tsk melihat Jeongin. Pria dengan rupa rubah tersebut masih imut dan lucu dihadapannya. Tak ada yang berubah dari fisiknya. Hanya saja perilakunya.

Hyunjin benar-benar tak tahu apa lagi yang terjadi pada Jeongin setelah pria itu memutuskan untuk berpisah dengannya. Ia hanya fokus pada Nancy, sahabatnya yang pada saat itu masih terbaring lemah.

Lagipula, tak ada yang memberitahunya tentang Jeongin sedikitpun. Dari Seungmin, Jisung sampai Chan. Mereka tak menyinggung tentang Jeongin sedikit pun. Mereka sepertinya tahu bahwa Jeongin dan Hyunjin saat itu sudah berpisah. Hanya saja mereka pura-pura tak tahu dan tak menyinggungnya.

Jeongin, apa yang sudah terjadi padamu sampai kau menjadi seperti ini sekarang ? - batin Hyunjin.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Secretary Yang ft. HyunJeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang