1 - Desember

1.8K 153 22
                                    




Indonesia adalah negara tropis, kalian pasti tahu, toh bahasa yang kupakai untuk cerita ini adalah bahasa yang sehari-hari kalian pakai. Berada di garis khatulistiwa dan hanya memiliki dua musim: kemarau yang kering dan hujan yang basah. Di beberapa tempat mungkin sangat panas karena topografi yang sangat mendukung, seperti Nusa Tenggara. Di tempat lain akan basah dan lebih teduh, seperti di Bukit Barisan sepanjang Sumatra sisi barat. Menjadikan kita, 240 juta penduduk asli tidak begitu terbiasa dengan perubahan cuaca ekstrem.

Seperti yang sedang kuhadapi di Bandar Udara Internasional Osaka.

"Kaa-san, dingin banget ini, mah!"

"Sabar, geh. Nanti di taksi bakal ada penghangat, kok!" Beliau menggeret koper ke sisi trotoar pemberhentian taksi. Aku mengekor sambil menggigil dan mengelus tangan. Baju yang kupakai sudah berlapis empat, syal rajut tebal, dan topi rajut. Di bawah, kaus kaki panjang berlapis dua dan sepatu kets. Dengan semua pakaian itu, suhu yang hampir menyentuh angka nol tetap masuk menerabas hingga ke tulang.

"Salahmu juga gak pakai sarung tangan penghangat! Makanya nurut sama yang kaa-san bilang," ujar beliau disela mengobrol dengan sopir taksi dalam bahasa yang sedikit-sedikit kupahami. Ponsel pintar akan berguna selama libur dua pekan di sini.

"Oke, oke."

Sopir yang baru mengobrol singkat dengan mama keluar dari mobil dan membukakan bagasi untuk diisi kedua koper dan satu travel bag milik kami.

"Masuk, [name]."

Aku masuk ke dalam mobil, diikuti mama. Tak lama sopir ikut masuk lalu bercakap kembali dengan mama. Kata yang kupahami hanyalah watashi, haik, dan kata-kata lain yang biasa diteriakkan teman-teman wibu di kelas layaknya kawaii dan urusai.

Memang alat penerjemah akan sangat bagus digunakan di sini. Ingatkan aku nanti agar aku membeli gawai mini yang langsung menerjemahkan kalimat tepat setelah kuselesaikan.

Kata mama, perjalanan darat akan memakan waktu lebih dari 1 jam. Baik, selama perjalanan aku akan berhibernasi.

Emang kebo aku ini.

Apa yang kumimpikan? Hanya hitam, cepat berlalu, hingga guncangan membangunkanku.

"Bangun. Sudah sampai," kata mama sembari membuka pintu mobil. Aku mengikut keluar dan langsung disambut dengan dingin luar biasa dengan sedikit salju yang masih turun.

"Gile, dingin bat," gumamku pelan. Bisa mengamuk mama jika mendengar bahasa kasarku. Sopir dibantu mama menurunkan barang dari bagasi. Kami telah sampai di depan sebuah rumah minimalis, seperti di kartun Noraemon. Berjajar rumah kembar seperti di depanku sepanjang jalan.

"Aku masuk, ya, Ma?" Tanpa menoleh aku berjalan ke pekarangan rumah dengan plat bertulis kanji (mungkin) di pagar.

"Permisi." Kuketuk pintu cukup keras, cukup untuk membuat orang di dalam mendengar.

Seseorang membalas dalam bahasa Jepang, derap kaki mendekat. Pintu digeser.

"Akhirunya karian datang!"

Spontan pelukan datang. Aku menahan tawa sekaligus heran dengan bahasa yang beliau--wanita tua yang menyambutku--gunakan. Bisa kupahami, namun ada yang janggal.

"Massuk, massuk."

Mama kutinggalkan di luar, masih berurusan dengan bagasi. Sepatu kuinjak-injak untuk kulepas. Lantainya kayu, suatu hal yang baru karena kayu hanya dipakai untuk rumah-rumah tradisional, maksudku di Indonesia. Tidak mengherankan juga suara derap tadi terdengar sampai luar.

"Hei, [name]! Bantulah kaa-san-mu ini!" teriak mama dari luar. Sang nenek di depanku memberi ekspresi "bantulah kaa-san-mu sana". Segera kukembali ke luar dan masuk membopong travel bag dan menggeret dua koper sekaligus. Nenek mengarahkan jalan ke kamar.

Sepanjang hari itu, kami hanya bersantai di kamar dan beristirahat. Nenek--yang kuketahui sebagai adik dari ibunya mama--dan mama mengobrol ria sementara aku tidur, atau lebih tepatnya berusaha tidur. Omongan berbahasa Jepang kedua insan tersebut membuatku penasaran tidak karuan sampai badanku pegal akibat berpura-pura dalam posisi tidur.
















Tambahan sikit:
Met pagi everybodeeh!! Ya, ff ini kupersembahkan kepada kapten voli para rubah yang bkl ultah pd tgl 5 Juli sesok (paling bkl selese thn dpn, lol).

Anyways, hope y'all enjoy this very first fanfict of mine!

Salam, Vika

Freezing Holiday || Kita Shinsuke x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang