3 - Di Himeji

966 125 16
                                    





"Kastil Himeji?"

Kita mengangguk. "Coba saja ke sana. Banyak yang merekomendasikannya. Kamu sedang liburan, kan?"

Aku mengangguk. Kita meluruskan lengannya yang sedikit berotot di atas meja tatami

"Haah.. coba saja aku libur. Nanti kita berdua sekeluarga bisa pergi main ke sana."

Menanggapi dengan canggung, aku hanya bisa terkekeh. "Memangnya kamu libur mulai kapan?"

"Akhir Desember. Mungkin tanggal 29 dan seterusnya sampai Januari. Itu hanya libur Tahun Baru, [name]. Libur panjang baru akan dimulai Februari atau Maret nanti."

Aku mengisap sisa teh yang mulai mendingin. Nenek Kita sudah ikut dalam percakapan kami sejak tadi. Aku sebenarnya tidak begitu sadar akan kehadiran beliau, mungkin karena kami berdua terlalu asik mengobrol. Aku bahkan tidak yakin obrolan tersendat akibat salah menerjemahkan, atau salah respon (karena orang Jepang setahuku kelewat sensitif, dan lelaki di depanku beberapa kali mengerutkan alis) bisa dikatakan asik atau tidak.

"Terima kasih tehnya!"

"Ma! Ayo ke Kastil Himeji!"

Mama dan tante-eyang menoleh terkejut saat kami tengah menyantap makan siang bersama.

"Hah? Kastil Himeji?"

Mama menoleh ke tante-eyang yang memanggil dirinya. Entah mengatakan apa, namun sempat terselip kata "Kita-shounen", dan diakhiri dengan perhatian mama kembali kepadaku lalu menerjemahkan.

"Tidak enak Mama kalau meninggalkan Tante sendirian," kilahnya pelan, setengah berbisik. Aku melirik tante-eyang sedang mencelupkan biskuit Roma ke dalam teh.

"Kalau kata Mama fisik orang tua di Jepang jangan ditanya, coba saja ajak. Memang kastilnya sejauh apa? Sejam dua jam paling sampai," elakku sedikit kasar. Mama menajamkan mata, peringatan tersirat untuk lebih sopan.

"Sudahlah, terserah. Ya... kita ini liburan, Ma. Aku juga paham Mama masih mau balas budi atau apalah, tapi ingat juga, Ma, di sini masih ada aku." Makan siangku masih setengah penuh. Entah apa yang merasuki, aku membawa satu nampan sekaligus menjauh dari ruang makan, meninggalkan kedua orang dewasa itu.

"[Name]!"

Aku tidak menggubris. Kupercepat langkah menuju kamar, membanting pintu geser dengan keras, dan tidak menyentuh sisa makanan lantas menggerutu tidak berkesudahan di balik selimut.

Entah setelah berapa lama, aku terbangun dari tidur yang tidak disengaja ketika mama membuka pintu kamar.

"Sudah bangun?"

Wajahku merengut kembali, hampir bangkit. Aku menyelimuti seluruh badanku dengan selimut. Sebut saja aku kekanak-kanakan, toh mama malah mendekat dan menepuk pelan kakiku.

"Kita semua jadi pergi."

Tanpa basa-basi langsung ke inti, sangat mama sekali. Aku membuka celah selimut agar bisa melihat mama. "Masa?"

Mama mengangguk. Aku yang tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan segera memeluk wanita berusia menjelang kepala empat di hadapanku. Baiklah, apapun yang kedua insan dewasa itu bahas selama aku jatuh tertidur, yang penting aku bisa berwisata ria, terutama bersama mama.

Ketika malam tiba dan waktu makan telah usai, aku segera mengirim pesan kepada Kita.

Kita, terima kasih atas usulanmu ya! Mama akhirnya mau jalan-jalan bersamaku!

Freezing Holiday || Kita Shinsuke x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang