13 - Menyingkap Sedikit Tabir

318 70 12
                                    



Rumah [Name] sedikit lebih jauh dan perlu memasuki beberapa blok. Beruntung kami berbelok masuk tanpa perlu melewati rumahku. Sejak rombongan Aran-kun lewat di depan Taman Seiyama, mataku sedikit was-was. Meski Aran-kun mengetahui satu-dua hal tentang [Name], namun masih ada Oomimi dan Akagi tidak paham apapun dan hanya akan menyebabkan kesalahpahaman.

Semoga saja nenek tidak terbangun karena panggilan permisi dari tiga orang itu.

"Hei, [Name]," sebutku pelan, direspon dehaman lembut. "Bagaimana rasanya tinggal di negaramu?"

Aku yakin tidak akan bisa dijawab dengan panjang, terutama hanya menggunakan alat terjemahan sebagai sarana. Terdapat kesalahan di sana-sini membuat kami sering tidak leluasa untuk mengekspresikan kata-kata. Ditambah aksen Kansai-ku yang kental kadang membuatku lupa untuk menerjemahkannya sendiri ke bahasa Jepang secara umum. Entah itu terjadi juga pada [Name] atau tidak.

"Seru. Hanya ada dua musim, tidak perlu memakai mantel atau berpakaian tipis pada waktu tertentu."

"Makanannya banyak, enak semua, dan pedasss." Aku terkekeh pelan melihat terjemahan bahasa [Name] yang mengetik hurus latin s berkali-kali.

"Kamu sama sekali tidak memahami bahasa Jepang?"

"Tidak! Sama sekali tidak!"

"Padahal dulu lancar sekali kau berbicara."

[Name] menahan langkah, lalu menoleh ke arahku. Kami yang tadinya hanya berkomunikasi menggunakan terjemahan ponselku, kini dia mengeluarkan miliknya dan mengetik dengan cepat.

"Benarkah?"

"Yap, salah satu hal yang kamu lupakan."

Sembari berjalan lagi, aku menunggu reaksi gadis berambut ikal pendek di sebelahku.

"Keren banget aku dulu bisa Bahasa Jepang." Aku tersenyum simpul. Sayangnya, [Name] sepertinya tidak penasaran apa yang terjadi dahulu.

"Umurku 6 tahun, kamu masih 5 tahun, datang ke area ini bersama mamamu," pancingku memulai cerita. Sudah lama sekali kejadian ini, tentu aku hanya ingat sepotong dua potong. Paling tidak lebih baik daripada [Name] yang tidak tahu apa-apa.

"Aku tidak ingat berapa lama kamu tinggal, namun cukup untuk anak kecil dapat menguasai bahasa baru, sedikit-sedikit. Di bulan Juli, kamu masuk rumah sakit. Tak lama kemudian Bibi [Surname] dan kamu pulang ke negaramu."

Dan melewatkan ulang tahunku.

"Aku juga tidak ingat persis kenapa kamu ke rumah sakit, jadi aku tidak bisa banyak membantu."

Tatapan [Name] mengarah ke aspal, hampir menunduk.

"Ini terdengar konyol, tapi bisa jadi berhubungan dengan mimpiku kemarin sore di gudang gym."

Aku mengangguk, tidak ingin banyak bertanya terlebih dahulu.

"Ada hubungannya dengan bapak, darah-darah di dinding, kemudian semuanya putih," deskripsi [Name] singkat. Aku berdeham pelan sembari membaca terjemahan di ponsel [Name]

"Ayahmu itu, sekarang di 'rumah'?"

"Iya, sepertinya. Beliau selalu ke luar kota karena ditugaskan lumayan jauh dari rumah."

Freezing Holiday || Kita Shinsuke x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang