10 - Rubah (3)

429 88 7
                                    

"Namaku Kita Shinsuke." Kali ini bocah tersebut menunjuk diri sendiri, yang kutangkap bahwa dia baru saja memperkenalkan diri.

"Euh... nama..."

"...[Surname][Name]..." 



"Ma, Bapak ke mana?"

Mama tidak segera menjawab, malah berjalan melewatiku menuju dapur. Kulihat kalender di pojok ruangan, Senin, 4 Juli. Kulirik obaa-san di sampingku, yang hanya membalas dengan senyuman.

Aku melanjutkan sarapan, sesekali mengibas rambut panjangku karena panas yang menyengat. Padahal dulu sebelum pindah, rasanya tidak pernah sepanas ini. Pagi-pagi sebelum berangkat, seragamku sudah terasa basah kuyup di bagian punggung.

"[Name]! Nanti kamu terlambat!"

Dengan bahasa yang berbeda, mama berseru dari balik bar dapur. Aku bersegera menghabiskan nasi, yang memakan waktu lama hanya karena aku sedang belajar memakai sumpit. Setelah suapan terakhir masuk ke mulut, aku berlari ke kamar mandi untuk menyikat gigi, lalu berlari kembali ke ruang makan untuk mengambil tas.

"Shinsuke sudah menunggu di luar, sebaiknya kamu cepat," tegur mama.

"Iya, Ma!" Aku berusaha memakai kaus kaki dengan cepat. Seselesainya, aku berteriak, "Aku berangkat!"

"Hati-hati," balas mama dan obaa-san kompak.

Knop pintu yang tidak terlalu tinggi, walau masih harus berjinjit, kubuka perlahan. Di baliknya, Shinsuke berdiri tegap menunggu.

"Sudah berapa lama menunggu?"

"Entahlah. Kamu lama sekali."

"Maaf, ya."

"Tidak usah dipikirkan."

Kututup kembali pintu rumah lalu berjalan beriringan bersama Shinsuke. Dari atas pegunungan, tampak matahari sudah bersinar terang.

"Besok hari ulang tahunku," ucap Shinsuke memecah keheningan di antara kami berdua.

"Pasti seru. Ada pesta?" tanyaku bersemangat, diikuti gelengan Shinsuke.

"Tidak. Hanya aku dan nenek. Kalau kau datang besok, akan kutunjukkan sesuatu yang keren."

"Seperti?"

"Datang saja besok ke rumah."


Pembelajaran di taman kanak-kanak seru sekali. Seharian kami hanya berlari-larian di lapangan mengikuti arahan guru. Aku yang senang berlarian mendapat pujian dari wali kelasku kalau lariku cepat, dan jika berlatih dari sekarang aku bisa mengikuti perlombaan dan mendapatkan hadiah.

Berbekal ucapan bu guru, aku berlari cepat kembali ke rumah, meninggalkan Shinsuke yang biasa menjadi teman seperjalanan. Sampai lupa mengucap salam dan meletakkan sepatu dengan rapi, aku berlari menuju kamar mama di lantai satu.

"Mama!"

Mama terperanjat kaget ketika aku berteriak nyaring. Di tangan kanannya mama memegang ponsel, yang kupahami dengan cepat bahwa mama sedang menelepon seseorang.

"Ma! Mama! Siapa itu, Ma!"

Aku diam sebentar, suara balasan dari ponsel terdengar samar-samar.

"Diam kamu!" balas mama sengit. Aku diam mematung, tahu bahwa seruan itu bukan ditujukan kepadaku, namun tetap saja aku terkejut bukan main. Jarang-jarang mama berteriak kesal seperti itu, apalagi setelah kami pindah.

Freezing Holiday || Kita Shinsuke x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang