11 - (Tidak) Sakit

465 76 1
                                    



Kamis. Sudah empat hari [Name] tinggal di rumah neneknya. Menjelang malam setelah tidak sengaja tertidur di gudang gym sekolah, aku dan Aran mengantar [Name] pulang. Bibi [Surname] menyambut kami tanpa banyak bertanya. Kami berdua tidak berlama-lama dan segera pamit untuk pulang ke rumah.

"Dia bilang dia akan cerita," gumamku pelan. Aku dan Aran dalam perjalanan menuju gym. Pemuda jangkung di sebelahku mengangkat kepala.

"Temanmu yang satu itu lucu sekali, ya."

"Iya, begitulah."

"Kalian tidak tahu bahasa satu sama lain tapi tetap saja berkomunikasi."

"Ada penerjemah online, Aran-kun," cetusku sambil mengangkat ponsel.

"Bukan seperti itu maksudku!"

Aku dan Aran tergelak, sama-sama tahu apa yang dimaksud dari percakapan tidak lucu barusan.

"Tidak heran dia tidak bisa lagi berbahasa Jepang. Sudah lama dia meninggalkan daerah ini."

"Bisa jadi juga karena dialek kita yang berbeda."

"Ekspektasiku di awal terlalu tinggi. Sekarang aku malah terseret ke masalah pribadi [Surname]-chan."

"Sekarang panggilanmu berubah, eh?"

Aku tersenyum simpul.

"Akan kuurus itu nanti. Sekarang, mari fokus untuk Pertandingan Musim Semi."

Tugasku sebagai kapten pemain non-reguler hanya dibutuhkan ketika perlu. Saat pertandingan, ketika Aran bersama kelima pemainnya berada di lapangan, aku mengamati dari sudut pemain cadangan. Tim sekolah ini sudah memiliki pemain dengan performa memukau. Sejak aku pertama kali menginjakan kaki ke tim voli ini, kami sudah melaju ke babak nasional. Tahun terakhirku di SMA ini menjadi tahun ketiga secara berturut kami lolos ke Pertandingan Musim Semi tingkat nasional.

"Nice receive!"

"Jangan menghalangiku, 'Tsumu!"

"Apa maumu, hah?!"

"Set up-mu tolong direndahkan sedikit, Atsumu."

"Atsumu, jangan ribut."

"Kita-san, kau dipanggil oleh pelatih."

Aku pergi ke sudut gym tempat Pelatih sedang duduk memperhatikan latihan harian. Pelatih menyuruhku duduk di lantai, sepertinya pembahasan kami akan panjang.

"Kita, aku tahu kemarin kau pulang larut dari biasanya bersama Ojiro," ucap pelatih. Ya ampun, dari segala pembahasan tentang tim, beliau memulai dengan kejadian kemarin sore. "apapun alasanmu, kau jangan memaksakan diri untuk latihan, atau berkegiatan di luar itu. Keberadaanmu sangat dibutuhkan."

"Baik."

"Selain itu, jika ada apa-apa, jangan sungkan untuk bilang."

Aku mengangguk dalam diam. Sebenarnya sejak terjebak ke dalam masalah pribadi [Surname]-chan, aku sedikit sulit untuk berkonsentrasi hari ini. Pikiranku selalu tertuju kepada gadis yang sudah lama tidak kulihat itu. Apakah pelatih menyadari kalau aku tidak seserius biasanya?

Freezing Holiday || Kita Shinsuke x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang