AULIA WIJAYA
Lagu lawas Pieces of Me dari Ashlee Simpson mengisi segenap ruangan, mengalun dan melawan warna yang begitu sendu dari balik jendela kaca yang baru saja sekilas kuperhatikan.
Senja tiba, sebab langit terlukis begitu jingga.
Aku mengintip dari balik menu, satu-satunya pelayan wanita brunette dengan gincu merah menyala berdiri di hadapanku. Tag nama bertuliskan 'Betty C. Reiser' tersemat di seragam hijau toska miliknya. Dia menunggu dari balik konter memanjang yang memenuhi setengah dari ruangan. Restoran cepat saji ini bernuansa vintage dan tak jauh dari area Highland Park. Selain itu, tempat ini benar-benar membuatku terkesan sore ini.
Aroma lezat dari mentega dan daging yang dipanggang memacu hidungku untuk terus-terusan menghirupnya. Makanan memang selalu memulihkan energiku, itulah kenapa aku dan perutku sedang tak sabaran sekarang. Mataku membaca menu berisi daftar santapan comfort food tersebut dengan seksama, aku tak mau salah pilih kalau sudah masalah perut.
Setelah aku perhatikan selain makanan yang terlihat enak, harga yang terjangkau, dan tempat yang nyaman, restoran ini juga memerhatikan estetika yang menarik pengunjung. Aku jarang sekali merasakan pengalaman autentik khas Amerika ketika di Indonesia, sekarang aku sedang excited sepertinya.
Nuansa diner ala 50-an begitu terasa semenjak taksi menurunkanku beberapa menit yang lalu. Penampakan dari depan bangunannya sudah menarik perhatian, membuat mataku tertumbuk pada plang neon bertuliskan 'Mrs. Chuck's Diner. Open 24hour' di depannya. Kotak neon itu menonjol dengan gemerlapan cahaya lampu berbagai warna di tepi jalan walaupun hari masih tergambar begitu jingga.
Bagian dalamnya tak kalah menarik. Begitu melangkahkan kaki ke dalam, aku kembali tersadar bahwa aku sedang berada di Amerika. Jiwa mudaku sebagai remaja Indonesia meraung ingin mengabadikannya di kamera ponsel. Tapi aku harus tahan, aku bisa dinilai kampung karena tak ada yang melakukan hal itu di sini. Kalau di Jakarta, tempat ini bisa jadi 'surganya' para anak muda yang hobi mem-posting konten foto di aplikasi Instagram. Setiap sudut dan area restoran ini sangat 'Instagrammable' dan memanjakan mata.
Mrs. Chuck's memiliki lantai yang memberikan kesan retro dengan motif wajik hitam-putih. Pada bagian kanan terdapat bar atau konter tempat staf menyiapkan minuman serta makanan di baliknya, kursi-kursi kecil berderet di bagian luar konter di mana adalah tempatku duduk sekarang.
Mrs. Chuck's sepertinya menjadi destinasi rutin semua orang, tak heran aku merasakan tempatnya begitu nyaman untuk bersantap atau untuk sekadar hangout bersama teman atau keluarga. Aku jadi ingat Robb pernah menyebutkan tentang restoran ini.
Pengunjung yang kebanyakan berusia sama denganku mengisi sofa-sofa panjang berwarna merah yang bisa diisi oleh 5-6 orang, ada juga yang mengisi kursi-kursi berkaki hitam serta meja dari besi di tengah ruangan. Dua orang pria seusia Richard duduk tak jauh dariku dan sedang bercengkrama sembari menyesap kopi mereka.
Baru saja sepasang kakek nenek datang dengan mesra dan saling menuntun, lalu duduk berdua di sofa panjang. Aku memperhatikan si kakek berdiri dan berjalan ke konter untuk bergabung denganku memesan. Aku membiarkannya terlebih dahulu dan mendengarnya memesan seporsi hamburger, kentang goreng, dan segelas lemonade sebelum dia membayar lalu kembali duduk di hadapan sang nenek.
Hatiku mencelos, pesanan beliau masing-masing satu untuk dibagi berdua. Aku mau tak mau tersenyum melihat mereka masih bisa saling mengasihi dan berbagi. Emosi seperti ini selalu terjadi padaku. Maksudku, tentu menjadi harapan semua orang untuk bisa saling mendampingi pasangan sampai usia tua tapi tidak mudah menjalankan hubungan yang bisa tahan lama. Toh orang tuaku tidak bisa untuk terus jatuh cinta, ini seperti misteri dan aku terus memutar pertanyaan tanpa jawaban di kepalaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing With A Stranger
Fiksi RemajaPernikahan bunda dengan seorang pria Amerika bernama Richard cukup membuat hidup Aulia Wijaya seperti sedang jungkir balik di luar kendalinya, terlebih ketika ia terpaksa meninggalkan Indonesia untuk memulai hidupnya dari awal di St. Paul, kota keci...