It's Hurt

414 59 1
                                    

" It's hurt to love someone who doesn't love you back "

Jika Singto tau patah hati rasanya akan sesakit ini, mungkin dia tidak akan pernah mau mencintai.

Andai waktu bisa diputar kembali, dia ingin kembali ke hari dimana dia pertama kali berjumpa dengan Kristt. Dia ingin mencegah dirinya di saat itu untuk datang ke taman universitas sehingga dia tidak akan berjumpa dengan Kristt dan dia tidak akan jatuh cinta.

Tetapi Singto percaya, walaupun saat itu mereka tidak bertemu dan takdir berkehendak di lain waktu, dia tetap akan jatuh cinta kepada Kristt.

Singto lebih menyesali soal dia yang mengungkapkan perasaannya. Andai dia tidak mengungkapkannya, mungkin saat ini mereka sedang bercanda di taman universitas atau mungkin sedang makan siang bersama dikantin jurusan.

Seandainya dia tidak jujur dengan perasaannya, saat ini dia pasti sedang berada di sisi Kristt. Walaupun tidak sebagai pacar, setidaknya menjadi teman masih lebih baik daripada tidak menjadi siapapun di kehidupannya.

Terlebih lagi, saat ini Kristt pasti membencinya. Jika tidak, Kristt tidak akan menghindarinya. Walaupun di negaranya pasangan sesama jenis telah dilegalkan, untuk beberapa orang hal itu tetaplah menjijikkan.

Pertama Singto tidak menyadari jika Kristt menjauhinya. Dia selalu berpikiran positif jika Kristt sedang sibuk sehingga tidak membalas pesannya satupun.

Dia juga masih berpikir mungkin saja chatnya tertumpuk oleh chat orang lain atau grup ketika melihat Kristt online atau upload story instagram dengan keadaan chatnya yang masih belum dibaca.

Dia masih berpikir alasannya tidak berjumpa dengan Kristt akhir-akhir ini dikarenakan jadwal ujian yang semakin dekat membuat Kristt harus belajar dengan lebih giat.

Dan kejadian di kantin beberapa hari lalu menyadarkan Singto jika Kristt sedang menghindarinya.

" SINGTOOO I MISS YOUUU" teriakan heboh dari pintu kelas menarik perhatian anak-anak yang berada di dalam kelas termasuk Singto. Singto menatap malas kearah Newwie yang saat ini sedang berjalan menuju kearahnya.

" Aku tidak " ucapnya begitu Newwie berada dihadapannya.

Newwie memandang Singto dengan kesal. Seharusnya dia sadar jika sahabatnya yang satu ini tidak mungkin merindukannya lagi, terlebih lagi dia sudah digantikan. " Dasar tidak berperasaan " protes Newwie dan duduk disebelah Singto.

" Jadi ceritakan apa yang terjadi selama aku pergi ? "

" Tidak ada apapun "

" Jika tidak ada, kau tidak akan mengeluarkan aura semenyeramkan seperti ini " Newwie protes tak tahan dengan aura Singto yang terasa suram.

" Jika kau tak suka, kau boleh pergi ". Tangannya mulai mengeluarkan buku-buku dari tasnya dan menyusunnya di atas meja.

" Tidak-tidak, kau yang dulu bukanlah yang sekarang " Newwie menggeleng, balasan Singto yang lagi-lagi cukup sadis membuatnya yakin ada yang salah dengan sahabatnya. Singto tidak pernah membuat aura setidakmenyenangkan ini. Lagipula Singto bukanlah tipe manusia yang galak dan sadis. Dia tipe manusia yang ramah dan disukai banyak orang.

" Kita harus menyelesaikan masalahmu atau aku akan merasakan aura hitammu lebih lama lagi "
" Apa ini karena Nong Kristt? " pertanyaan itu tepat sasaran. Buktinya saat ini, Singto terdiam kaku.

" Ah benar, Nong Kristt. Kenapa? Kau ditolak? "

Singto menggeleng " Dia menghindariku "

" Hah? Bukankah selama ini hubungan kalian baik-baik saja? " Newwie menatap bingung kearah sahabatnya. Dia hanya cuti selama satu setengah minggu dan Singto telah membuat sebuah drama merumitkan di kisah percintaannya.

" Aku mengungkapkan perasaanku secara tidak langsung, dia sadar dan kemudian menghindariku (?) " Singto sedikit menaikkan nada suaranya diakhir seolah bertanya kepada dirinya sendiri. Jujur, dia sedikit tak yakin dengan alasan Kristt menghindarinya. Dia belum 'menembak', dia hanya memberikan gombalan berisikan kode.

" APA? KAU BODOH!! "
Newwie geleng-geleng kepala melihat sahabatnya. Orang normal saja butuh pendekatan yang cukup lama. Seharusnya untuk gay denial seperti Kristt, Singto harusnya tau dia butuh waktu lebih lama lagi.

" Mck mck mck, kau memang masih terlalu hijau didunia percintaan " ucapnya lagi dengan nada prihatin.

" Jadi apa yang akan kau lakukan? " Newwie menatapnya penasaran.

Singto diam, sejujurnya pertama kali dia tau Kristt sedang menghindarinya  dia ingin kembali mengejar Kristt. Tetapi dia masih takut jika dia akan dihindari untuk kedua kalinya. Rasanya menyakitkan terlebih lagi Kristt cinta pertamanya.

Layaknya yang Newwie katakan, dia masih hijau di dunia ini. Dia memang hebat mengenai hal lain, tetapi untuk cinta mental Singto masih cukup lemah. Dia belum siap untuk merasakan sakit non fisik yang lebih dari ini.

" Aku menyerah " jawabnya pelan.

" Kau yakin ? " pertanyaan dari Newwie membuatnya sedikit ragu.
Dia jadi tergoda untuk mencoba lagi.
Singto berpikir, mencoba memperhitungkan kembali keuntungan dan kerugian yang akan dia peroleh jika mencoba lagi.

" Singto ada yang sedang mencarimu " temannya yang duduk di dekat pintu berteriak dan menunjuk kearah pintu kelas mereka.

Di pintu kelas mereka, seseorang yang akhir-akhir ini familiar di kehidupannya sedang berdiri. Singto bisa pastikan orang itu sedikit gugup terlihat dari kepalanya yang terus melihat kebawah.

" Bagaimana, apa kau yakin untuk melepasnya? " Newwie sekali lagi bertanya, menekankan setiap kata yang dia ucapkan.

" Jangan gunakan logikamu,  cinta tidak menggunakan itu tapi menggunakan ini " lanjutnya sambil menunjukkan kearah dada Singto.

Singto menatap kearah pintu kelas mereka. Mata hitamnya menatap lelaki yang sedang berdiri di pintu kelas. Lelaki itu terlihat manis dengan baju pink yang digunakannya.

" Baiklah kau menang " balas Singto kepada Newwie dan berjalan kearah pintu ketempat dimana Kristt sedang berdiri menunggunya.

Days With You (Boyslove)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang