Galau

391 58 6
                                    

Bohong jika selama ini Kristt tidak memikirkan ucapan Singto. Bohong jika selama ini dia baik-baik saja.
Nyatanya seminggu ini dia tidak baik-baik saja terbukti dengan lingkar berwarna hitam dibawah matanya. 

Sepanjang 18 tahun dia hidup, baru kali ini dia menerima pernyataan cinta dan itu dari laki-laki. Dia tidak benci dengan LGBT, dia tidak benci dengan gay. Menurutnya cinta memang tak bisa dipaksakan untuk siapa dan dari siapa. Terlebih lagi LGBT telah menjadi hal yang biasa di negaranya.

Hanya saja selama ini dia masih memikirkan jika cintanya akan seperti kehidupan orang normal lainnya. Bertemu dengan perempuan yang dia anggap sempurna, menikah, punya anak, dan hidup bersama sampai mati. Sebuah pemikiran yang sangat sederhana dan tidak memusingkan sama sekali.

Berbeda dengan sekarang, semenjak pengakuan Singto dia merasa kisah cintanya menjadi ribet. Disatu sisi dia selalu seberusaha mungkin tidak berjumpa dengan Singto. Hal yang membuat manusia kura-kura (kuliah rapat - kuliah rapat) sepertinya untuk sementara menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang - kuliah pulang).

Tetapi, disisi lain dia merasa merindukan kakak tingkatnya itu. Terlebih lagi bagaimana cara Singto memandangnya. Jujur, Kristt harus akui cara Singto memandangnya seolah-olah menunjukkan bahwa dia adalah orang yang paling berarti di hidup si pria tersebut. Rasanya seperti terlalu dicintai (?)

Kesimpulannya adalah KRISTT SEDANG BERADA DI FASA GALAU. Fasa yang mungkin dijalani setiap manusia gay denial seperti dirinya.

" Kristt " tepukan dibahunya kembali menyadarkan Kristt dari alam sadarnya.

" Oh Gun, apa kabar? " suara Kristt terdengar tak bersemangat.

" Kita baru saja menghadiri kelas yang sama dan kau bertanya apa kabar ?" suara Gun meninggi. Lelaki kecil berwajah imut itu memprotes temannya yang terlihat sedang berada di antara sadar dan tak sadar.

" Maaf aku tak sadar " Kristt cengir, seberusaha mungkin terlihat tak berdosa.

" Kau baik-baik saja kan? " Gun bertanya. Kristt mengangguk.

" Kau yakin? " matanya menyipit. Curiga jika temannya yang satu ini menyembunyikan sesuatu.

"Umm" Kristt menggumam mengiyakan.

Gun mencebik " terserah mu saja ". Matanya kemudian memandang keseluruhan isi kantin fakultas mereka " Mau pesan apa Kristt? Sepertinya aku akan memesan babi goreng dengan es teh "

" Samakan saja " Kristt menjawab tak minat. Selain tidak bisa tidur, selera makannya juga turun.

" Oke " balas Gun dan pergi memesan makanan.

Kristt memandang sekitarnya. Kantin fakultas ramai seperti biasanya. Matanya terus menjelajah sampai pada akhirnya pandangannya berhenti di salah satu sudut kantin.
Singto sedang berada disana, bercanda bersama anggota gengnya yang lain.

Kristt segera mengalihkan pandangannya, tidak ingin bertatapan dengan Singto dan membuat Singto menyadari kehadirannya.

Sayangnya, terlambat. Singto menyadarinya. Terbukti dari dirinya yang berjalan melangkah kemeja Kristt.

" Sendiri Nong " sapanya ramah, merasa sedikit lucu dengan Kristt yang terlihat sangat gugup.

" Aku permisi " Kristt berujar cepat. Dia segera bangkit berdiri dan hendak pergi meninggalkan tempat itu.

" Tunggu " Singto menarik tangan Kristt yang hendak beranjak, menahan Kristt untuk tetap tinggal.

" Kau menghindariku? " tanyanya langsung.

" Apa? Tidak. Aku memang ada urusan mendadak " Kristt berusaha mengelak dengan sopan.

" Aww ada apa ini? Kristt makananmu " suara Gun memecah suasana yang ada diantara keduanya. Singto melirik makanan yang dipegang oleh Gun.

" Kau memang menghindariku ". Kalimat itu bukan pertanyaan lagi, melainkan sebuah pernyataan lirih yang membuat Kristt si pendengar merasa bersalah.

" Jika kau merass terganggu, baiklah aku tidak akan menghubungimu lagi " Singto tersenyum. Bukan senyuman menggoda seperti biasanya, melainkan sebuah senyuman terpaksa.

Singto melepaskan tangan Kristt. Pandangannya terlihat bingung, berusaha untuk tidak melihat Kristt sama sekali.

" Kau lanjutkan makanmu. Biar aku yang pergi " ucapnya mutlak dan pergi meninggalkan kantin fakultas.

Kristt terduduk, kepalanya secara terus menerus memutar wajah Singto tadi. Terlihat begitu menyakitkan dan itu mengganggu hatinya.

" Kristt sekali lagi kau mengatakan kau baik-baik saja, aku akan melemparmu dari atap fakultas " ancaman Gun menarik perhatian Kristt.

Kristt menatap salah satu sahabatnya ini " aku menyakitinya " ucapnya lirih.

" Aku menyakitinya dan aku juga merasakan sakit " Krist berkata lagi, meremas dadanya yang lagi-lagi terasa sesak. Namun kali ini rasanya berbeda dengan sebelumnya. Kali ini bukan sesak yang mendebarkan tetapi sesak yang menyakitkan.

" Ada apa hmm? " suara Gun melembut, tak tega melihat sahabatnya yang kebingungan.

" Kau bisa bercerita padaku " ucapnya dengan senyum menenangkan.  Kristt mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca dan kemudian cerita itu mengalir. Tentang bagaimana pertemuan pertama mereka dan kejadian seminggu yang lalu.

" Kristt kau menyukainya " Gun mengutarakan pendapatnya ketika cerita itu selesai diakhiri.

" Tidak mungkin, kau taukan aku bukan gay " Kristt mengelak, mencoba menyangkal detakan yang ada didalam dadanya.

" Kristt menyukai P' Singto bukan berarti kau gay. Kau menyukai P' Singto bukan menyukai semua laki-laki di dunia ini " Gun berusaha menjelaskan.

" Tidak mungkin, kau taukan aku punya rencana hidupku sendiri ".

" Rencana yang mana? Bertemu dengan perempuan yang kau anggap sempurna, menikah, punya anak, dan hidup bersama sampai mati? Kau yakin itu yang kau inginkan? " Kristt diam, mulai merasa ragu dengan apa yang dia inginkan.

" Kristt coba pikirkan dengan baik apa yang kau inginkan. Hidup ideal seperti itu atau hidup dengan orang yang kau cintai " pertanyaan Gun menampar Kristt.

Dia mencoba membayangkan kehidupannya yang ideal dan dia merasa hampa berbeda dengan ketika dia membayangkan hidup bersama Singto.

Itu berarti wajah Singto yang akan dia lihat ketika dia bangun pagi dan menjadi seseorang yang membisikkan kata-kata cinta ditelinganya.

'Blush' membayangkannya saja berhasil membuatnya merona.

" Sepertinya kau tau sekarang apa yang kau inginkan " suara Gun menggodanya.

Kristt tersenyum malu " Ayo makan makananmu, kau perlu tenaga untuk mengejarnya nanti " ucap Gun yang membuat Kristt kembali menjadi ' manusia rakus' setelah seminggu absen dari gelar tersebut.

Days With You (Boyslove)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang