❀tujuh❀

23.2K 2.8K 410
                                    

•°•°•

Sudah cukup Haechan merasa menderita selama ini. Dia merasa kuat karena dia memiliki Jisung yang membuatnya ingin selalu hidup. Tetapi, jika Jisung saja menolak kehadirannya sama seperti Mark menolaknya, Haechan bisa apa?

Kerja kerasnya untuk bekerja memenuhi kebutuhan Jisung, itu bukanlah hal yang pantas untuk di pertanyakan. Melahirkan dan merawatnya sejak dalam kandungan, bahkan Jisung sudah tidak peduli lagi tentang itu.

Dimana letak kesalahan Haechan?

Apakah itu adalah akibat dari dia yang tidak memberitahukan siapa ayah dari Jisung? Sehingga membuat anak itu keras dan pemarah seperti sekarang?

Mata beruang Haechan tertutup. Meresapi setiap air hangat yang mengaliri pipinya siang itu. Tidak peduli dengan pekerjaannya yang seharusnya dia lakukan untuk mendapatkan uang, hatinya sudah terlalu sakit. Sangat sakit jika itu menyangkut dua pria yang bersangkutan dengan hidupnya.

Mark dan Jisung.

Dua pria satu darah yang sama-sama berhasil membuat Haechan sama seperti sampah. Berhasil menginjak Haechan setelah perngorbanan yang telah dia lakukan. Berhasil menjadikan Haechan badut dalam film yang hanya akan menangis setelahnya.

•°•°•

Suara ketukan pintu terdengar tiga kali, membuat Haechan terbangun dari lamunan tentang dirinya sendiri. Dia mendongak, hanya untuk menghentikan air matanya agar tidak mengalir lagi. Mengangkat tangannya dan menghapus pipinya yang basah.

"Siapa yang datang?" Dia melirik jam dinding, ini masih jauh dari jam Jisung pulang sekolah. Dan juga tidak pernah ada yang bertamu jika itu bukan teman-teman Jisung.

Lalu siapa?

Haechan berjalan pelan, kemudian memegang handel pintu. Membukanya perlahan sebelum akhirnya mendongak untuk melihat tamunya yang berkunjung.

"Siapa–" Haechan mematung dalam sekejap. Melebarkan mata, tidak mempercayai apa yang ada di hadapannya.

"Halo, Haechan."

"Kak Mark?" Haechan berbisik pelan, menyebutkan nama lelaki yang kini berada di hadapannya. Tak kuasa, dia hanya bisa menunduk tanpa mau menatap mata Mark yang kini sedang memandangnya penuh penyesalan.

"Haechan..." Mark memulai. Menarik napasnya pelan-pelan, sampai dia sendiri merasa kuat untuk mengatakan semua yang telah ia pendam selama empat belas tahun ini.

"Aku minta maaf."

Dalam waktu kurang dari satu detik, Haechan terkesiap. Dia mengakkan lagi kepalanya dan menatap Mark sendu. Apa maksdunya? ia bertanya dalam hati. Wajahnya menampakkan raut ketidak-mengertian akan ucapan Mark.

Belum sempat berpikir lebih jauh, Haechan sudah merasakan hangatnya tubuh Mark menyelimutinya. Pelukan yang sebenarnya tidak pernah Haechan dapatkan dari lelaki paling di cintainya itu dulu.

Haechan diam tidak bergerak. Hanya merasakan setiap detiknya pelukan Mark yang semakin mengerat pada tubuhnya. Ia ingin menangis, matanya berair dan terasa panas.

"Maaf... Maafkan aku, Haechan. Maafkan aku."

Tapi seribu kalipun Mark meminta maaf, semua tidak akan merubah apapun. Haechan tetaplah Lee– uh Park Haechan . Seorang laki-laki yang mencintai Mark, tetapi malah di anggap sampah oleh Mark. Rasa kecewanya tetaplah rasa kecewa dan rasa itu lebih besar dibandingkan rasa cintanya dulu.

sad movie ⑅ markhyuck versTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang