❀tigabelas❀

34.4K 2.4K 342
                                    

•°•°•

Lorong rumah sakit itu begitu sepi saat malam sudah tiba. Mark dan Haechan duduk berdampingan di sebuah kursi tunggu yang ada di luar ruang rawat Jisung. Mark yang meminta Haechan untuk keluar setelah Jisung terlelap tidur dan mendapatkan pemeriksaan malam.

Haechan menundukkan kepala, sementara Mark duduk tenang namun kedua tangannya saling tertaut bergenggaman.

"Ehem, Haechan." Mark memulai dengan sebuah dehaman halus. "Bolehkan aku membicarakan sesuatu denganmu?"

Haechan mengangguk pelan dan menggumam iya dengan sangat kecil. Masih menundukkan kepala karena ia bingung harus berbuat apa.

"Ini tentang masa lalu kita. Ng, maksudku, aku ingin minta maaf." Ujarnya dengan nada penyesalan yang kentara.

"Aku tahu, aku bukanlah pria baik seperti apa yang selalu kau katakan. Dengan membuatmu terluka malam itu saja, sudah membuktikan kalau–"

Sontak, tubuh Haechan menegak, ia menggenggam tangan Mark kuat dan menatap tepat ke matanya. Menggelengkan kepala dan tersenyum lembut.

"Bisakah kau tidak membahas itu? Aku bahkan sudah melupakannya dan saat kau membahasnya membuatku teringat akan luka itu lagi."

"Aku tidak ingin membahasnya lagi. Aku lelah jika mengingat itu. Karena yang terpenting bagiku adalah Jisung sudah menemukanmu dan kau tidak menolaknya. Aku sudah senang karena Jisung kini tersenyum bersama ayahnya."

"Tapi, hatimu–"

Ketika keduanya saling menyelami mata masing-masing, tanpa di sadari wajah mereka sudah begitu dekat dan dengan beraninya Mark menekan bibir Haechan dengan bibirnya. Mengecupnya sekilas saja.

"Kau memaafkanku yang berengsek ini, Chan?"

Haechan mengangguk manis di wajahnya yang sedikit merona karena menangis tadi.

"Aku bahkan tidak pernah marah padamu. Hanya saja sakit dan kecewa, itu tidak masalah. Aku memaafkan kau bahkan jika kau tidak minta maaf sekalipun."

Mark tersenyum. Kemudian ingatannya kembali pada satu hal yang mengganjal.

"Kau akan menikah dengan Hyunjin?" Dadanya bergetar saat bertanya akan hal itu. Mark benar-benar bodoh. Menanyakan sesuatu hal yang jawaban ia sudah tahu sendiri.

"Semoga kau bahagia Haechan. Dan soal Jisung, kita–"

"Darimana kau tahu?" Haechan memotong bingung.

Kedua mata Mark justru mengerjap beberapa kali. Dia juga dibuat bingung.

"Aku datang dengan Jisung ke panti asuhan seminggu lalu. Dan salah satu anak panti mengatakan, kau dan Hyunjin sedang pergi untuk menyiapkan acara pernikahan kalian. Katanya, gerejanya juga besar dan semua anak-anak di panti akan di undang." Itu adalah kenyataan yang dia dengar dari anak panti waktu itu.

Namun, Haechan malah terkekeh saat itu juga. Seolah mengejek Mark yang begitu saja percaya pada semua perkataan anak panti.

"Kenapa kau tertawa begitu?"

"Eh, tidak." Haechan menatap Mark dengan senyuman manis.

"Sebenarnya, aku tidak akan menikah dengan Hyunjin. Maksudku, aku bahkan tidak berpacaran dengannya. Kalaupun aku akan menikah, aku pasti akan membicarakannya dulu dengan Jisung dan denganmu." Haechan memelankan suaranya di akhir kalimat.

"Hyunjin hanya bergurau. Dia bercerita pada salah satu anak panti bahwa dia akan menikah dengan gereja yang besar. Ketika ditanya dengan siapa, dia menjawab denganku. Dan selanjutnya, malah jadi sebuah kesalahan paham ternyata."

sad movie ⑅ markhyuck versTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang