❀duabelas❀

22.1K 2.3K 146
                                    

•°•°•

"Kau tidak ke panti?"

Hyunjin menggelengkan kepalanya dan mengusap lagi pucuk rambut Haechan yang halus menenangkan.

"Tidak. Aku tidak akan pergi ke panti lagi. Karena aku sudah harus berkemas dan berada di desa ibuku. Kau tahu? Aku memiliki surat ijin praktik di sebuah rumah sakit." Katanya senang, kemudian merangkul Haechan dan berjalan menuju rumah laki-laki itu.

"Eiy, kenapa kau tidak memberitahuku dari kemarin? Dan malah membuat gosip kepada anak-anak panti asuhan tentang pernikahan." Haechan mengerang pelan dalam rangkulan hangat Hyunjin. Berjalan menuju halaman depan rumahnya. Rumah yang sudah lama dia tinggalkan sejak Jisung memilih ikut ke kota dan dirinya yang menyibukkan diri dengan menjadi sukarelawan di panti asuhan.

Hyunjin tertawa. "Kejutan untukmu. Karena aku pikir kau akan senang kalau aku tinggal ke sana dan Mark akan terus mengawasimu setelahnya." Dia begurau dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari orang di rangkulannya.

Keduanya tertawa. Hingga saat Haechan sudah sampai di depan pintu rumahnya, Hyunjin menatapnya dalam.

"Ini adalah terakhir kali aku akan bersikap seperti ini padamu. Karena besok, mungkin kau sudah menemukan kebahagiaanmu dan aku tidak bisa mengusiknya dengan sikapku ini." Hyunjin tersenyum. Menggenggam dua tangan Haechan dengan lembut.

"Berjanjilah, kau tidak akan menangis dan tidak akan bersedih lagi setelah ini. Karena aku menyukaimu yang tertawa bahagia." Kemudian Hyunjin mendekat, dia mengecup pucuk kepala Haechan singkat.

"Aku mencintaimu."

Haechan terdiam lagi. Entahlah, jika di dekat Hyunjin, Haechan tidak bisa banyak berbicara dan malah hanya akan diam.

"Tapi Mark dan Jisung lebih mencintai dan lebih membutuhkanmu." Lanjutnya menyadarkan Haechan, jika masih ada dua orang yang harus dia temui setelah ini.

•°•°•

Tidak jauh dari sudut mereka, Mark melihat semuanya. Dari mobil Hyunjin berhenti di depan rumah Haechan lalu pada momen kehangatan manis yang mereka berdua lakukan.

Mark tersenyum lirih.

"Seharusnya aku yang ada di posisi menenangkan dan membuat Haechan tersenyum lagi." Gumamnya ketika melihat tawa Haechan begitu tulus saat bersama Hyunjin.

Tentu saja Mark sudah menunggu disini selama lebih dari satu jam. Walaupun tidak sepadan dengan Haechan yang menunggunya selama belasan tahun.

Tetapi Mark mempunyai suatu hal penting yang harus ia sampaikan pada Haechan saat ini. Dan hal itu adalah mengenai Jisung, putra mereka.

Jadi, Mark memilih untuk menunggu Hyunjin pulang sehingga dia bisa dengan bebas berbicara pada Haechan.

•°•°•

"Haechan."

Baru saja Haechan akan masuk ke dalam rumah saat ia menyentuh handel pintunya, seseorang memanggilnya dan ia harus kembali menoleh ke belakang. Matanya melihat ada Mark yang berdiri tegap beberapa meter dari posisinya. Mata Haechan membulat lebih.

"Kak Mark"

"Maafkan aku, tapi aku tidak bermaksud membuatmu takut. Aku hanya ingin kau mengingat Jisung dan menjenguknya kali ini saja." Ucap Mark agak cepat. Mark hanya takut jika Haechan akan pergi saat ucapannya malah berbelit-belit saja.

"Apa? Ada apa dengan Jisung?"

Seketika, perasaan Haechan berubah khawatir. Matanya memanas saat Mark mengatakan tentang Jisung yang entah mengapa Haechan berpikir bahwa terjadi sesuatu yang buruk dengan anak itu.

sad movie ⑅ markhyuck versTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang