❀delapan❀

24.3K 2.7K 639
                                    

•°•°•

Satu minggu berlalu.

Keputusan untuk ikut bersama sang ayah sepertinya adalah keputusan yang sangat buruk untuk Jisung. Terbukti, di hari ke delapan dia berada di rumah ayahnya dia mulai bosan.

Jisung merindukan Haechan yang membangunkannya setiap pagi, sementara di sini dia bebas untuk bangun sesiang yang dia mau. Jisung merindukan masakan yang dibuat Haechan pada malam hari, karena disini rasanya sangat berbeda dan terasa hambar walaupun seluruh bahannya sangat mahal. Jisung merindukan Haechan yang tersenyum, merindukan Haechan yang kesal, merindukan Haechan yang marah, dan segalanya yang ada di rumahnya.

Di siang hari, Mark tidak ada di rumah dan akan pulang ketika menjelang malam. Mark akan mengajak Jisung jalan-jalan untuk melihat kota di malam hari dan makan malam di restoran mewah. Tapi tetap saja, semuanya terasa kurang.

Karena tiga belas tahun hidup Jisung di habiskan bersama Haechan, maka ketika delapan hari hanya bersama Mark, anak itu merasa asing.

Padahal, dia sendiri yang ingin ikut ke kota, dia sendiri yang ingin bersama Mark dan lebih memilih ikut bersama ayahnya. Tapi apa? Jisung baru menyadari, jika tanpa Haechan dia bukanlah apa-apa.

Jisung need his papa.

•°•°•

"Ayah, bisakah besok kita pergi ke rumah papa? Menemui papa dan mengajaknya bersama kita disini?" Jisung bertanya ketika Mark sedang bersantai menonton tv.

"Eh? Kau merindukan papa?"

Jisung mengangguk lesu.

"Aku ingin bertemu papa." Ucapan itu membuat Mark menatap Jisung dengan lekat.

"Kemudian, aku ingin meminta maaf. Karena selama ini aku tidak pernah baik kepada papa."

Mark tersenyum. Tangannya terulur dan mengacak rambut Jisung.

"Besok kita ke sana. Kita ajak papa untuk ikut ke sini dan pindah kemari. Kau mau?"

Mark merasa Jisung benar-benar mirip dengannya. Sifat kasar dan egoisnya benar-benar sama.

•°•°•

Esok harinya, Mark dan Jisung benar-benar berangkat ke rumah Haechan yang berada jauh sekali dari tempat Mark. Namun mereka begitu terkejut ketika tidak menemukan Haechan di sana. Seluruh pintunya terkunci, tirai jendela tertutup, dan lampu-lampu di luar rumah menyala.

"Apakah papa pergi?" Tanya Jisung lirih.

Mark yang melihatnya merasa begitu menyesal. Mungkin, saat Haechan mengatakan 'pergilah' pada Jisung, itu adalah ungkapan kecewanya.

"Kau tahu dimana papa bekerja?"

Jisung mengangguk. Menyebutkan sebuah alamat tempat dimana Haechan bekerja. Di sebuah caffe besar, tepatnya menjadi seorang koki. Tapi, para pegawai di sana mengatakan jika Haechan sudah berhenti bekerja seminggu yang lalu dan tidak menitipkan pesan apapun untuk Jisung, pegawai di sana sudah hapal dan dekat dengan Jisung.

"Papa mungkin marah padaku." Ucap Jisung lirih ketika Mark sedang mengendarai mobilnya tidak tentu arah.

"Ayah, aku ingin bertemu papa..."

Mark terlihat berpikir. Ia juga tidak tahu dimana Haechan. Menanyakan pada Yangyang pun percuma. Dia hanya akan di caci maki oleh laki-laki itu.

"Apakah kau pernah mendengar papa menyebut suatu tempat yang sering di kunjunginya?"

sad movie ⑅ markhyuck versTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang