05 - SHORTNESS OF BREATH

22.7K 2.3K 39
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak💜

🌙🌙🌙

        Pria itu terbangun dengan peluh yang menghiasi dahinya. Nafasnya tersenggal-senggal. Sekelebat bayangan masa lalu yang kembali menyapa membuat perasaannya kembali terluka hebat.

        Seakan-akan, luka masa lalunya kembali terkuak dengan parah.

         Dada pria itu terasa sesak. Penglihatannya semakin lama semakin memburuk. Nafasnya semakin terasa berat. Hingga pria itu hanya bisa memejamkan mata sembari mengusap dadanya yang semakin lama semakin sakit dan pengap.

        Hingga bayangan masa lalu itu terlihat dalam pejaman mata. Cahaya, hujan dan suara dentuman keras seakan menggema di seisi ruangan yang saat ini pria itu tempati.

         Apa yang harus pria itu lakukan sekarang? Perasaan ini semakin membuatnya tidak menentu.

         Dengan pasrah, pria itu membiarkan semuanya mengalir dengan apa adanya. Setelah ia membuka mata. Semuanya masih terasa sama. Hanya saja perasannya yang berbeda, pria itu merasa sangat takut kepada suatu hal yang ia tidak ketahui kepastiannya.

        Pria itu terbatuk hebat. Hingga kedua tangannya membekap mulutnya dengan sendiri. Darah menggumpal terlihat di telapak tangan pria itu. Beriringan dengan udara yang tidak lagi bisa ia hirup dan mata yang seakan-akan di penuhi dengan kabut tebal.

         Pria itu tergeletak tak sadarkan diri di atas tempat tidur.

🌙🌙🌙

         Liana sudah berada di rumah, setelah pulang dari sekolah Liana tidak singgah ke tempat mana pun. Ia langsung bergegas pulang dan bersegera menuju dapur.

          Ada perasaan aneh ketika ia memasuki dapur. Seorang pria sudah terduduk di sana sambil termenung. Dari belakang, Liana sudah tahu siapa pemilik punggug lebar itu.

         Tidak berniat memulai percakapan, Liana hanya melangkah seadanya dan tidak mendekati pria itu. Tidak ada pertanyaan yang mengarah kepada pria itu. Liana tidak menanyakan alasan pria itu pulang cepat dari semestinya. Tapi, setahu Liana dia adalah bos di perusahaan. Jadi jika dia ingin pulang kapan pun dan di waktu apa pun maka tidak ada yang akan menghentikannya.

          Hanya saja, yang membuat Liana merasa terganggu sedari tadi adalah punggung pria itu yang terlihat sangat tidak terkontrol. Pria itu seperti sudah lari marathon. Punggungnya naik turun dengan cepat. Sesekali ada helaan nafas berat yang tercipta dari pria itu.

         Liana menggeleng. Pria itu mungkin melakukan sesuatu. Jadi, Liana tidak akan mencoba ikut campur. Meski setitik rasa penasaran menarik dirinya untuk mendekat. Tapi Liana masih berbetah diri di posisinya yang berada cukup jauh dari pria itu.

           Semakin lama, suara nafas pria itu semakin berat. Rintihan kesakitan dari mulut pria itu menggema memenuhi dapur. Tangan pria itu terulur dan meraih gelas kaca yang berisi air putih yang tersisa setengah.

          Dari belakang, Liana melihat pria itu meneguk air putih itu dengan cepat. Lalu tangan pria itu menghempaskan gelas kaca itu dengan keras di atas meja.

         Sepertinya air putih yang pria itu minum tidak membuat perubahan. Rintihan yang terdengar semakin menyiksa. Dengan keberanian Liana mendekati pria itu dan berdiri di hadapannya.

         "Kau, apa kau baik-baik saja?!" tanya Liana dengan wajah yang di penuhi dengan kerutan.

         Tidak ada jawaban yang ia dapat. Tapi kondisi pria itu bisa mendefinisikan semua yang telah terjadi pada pria itu.

         "Berdirilah! Dan segera bergegas ke kamarmu." Liana meraih lengan pria itu dengan ragu. Merasakan tidak ada penolakan, Liana pun melakukan gerakan dengan cepat. Menuntun pria itu ke kamarnya. Untung saja kamar pria itu tidak terlalu jauh dari dapur.

           Liana mengalami kesulitan, karena tubuh pria ini bisa di bilang tidak ada apa-apanya dengan tubuh Liana yang kecil.

          Setelah sampai di dalam kamar, dengan sempoyongan Liana membawa pria itu ke dekat kasur dan membaringkannya di sana.

         "Kau merokok?!" Liana mencium aroma rokok dari mulut pria itu tadi. Jadi, tidak menutup kemungkinan jika benar lelaki itu telah menghisap rokok dan mungkin saja pria yang ada di hadapannya ini tidak terbiasa hingga itu menimbulkan komplikasi pada dirinya dan mengakibatkan pria itu sesak nafas seperti ini.

         "Seharusnya kau jangan merokok, kau harusnya lebih menjaga dirimu."

         Liana melepaskan sepatu pria itu dan beralih menatap pria yang sudah berstatus sebagai suaminya. Dengan telaten Liana melonggarkan ikatan dasi di leher pria itu. Kemudian Liana memilih duduk di lantai sembari mengamati pria yang ada di hadapannya ini.

         Wajah pria itu sudah sedikit tenang. Seketika wajah dinginnya berubah menjadi wajah polos layaknya wajah anak kecil yang sedang tertidur pulas. Liana tidak bisa menampik kenyataan bahwa pria yang berstatus suaminya ini adalah pria tampan yang nyaris sempurna.

           Liana seakan larut dengan wajah Taehyung. Tapi yang membuat Liana kembali terkejut adalah, ketika Taehyung dengan gampangnya menggenggam telapak tangan kecil Liana. Meski dalam keadaan yang setengah sadar, Liana tentu saja merasa kaget akan perlakuan pria itu.

          Dengan perlahan Liana mencoba melepaskan genggaman pria itu. Tapi, entahlah. Serasa ada lem yang merekatkan kedua tangan mereka. Hingga Liana hanya pasrah, matanya menatap genggaman tangan mereka.

         "Kau terlihat sangat kuat, tapi ternyata rokok bisa membuatmu seperti ini." kata Liana dengan bergumam. Kemudian Liana menempelkan kepalanya di tepian kasur.

          Meski tidak niat menemani pria itu, tapi seketika serangan kantuk yang menyerang membuat Liana tertidur lelap dengan tangan yang masih di genggam oleh Taehyung.

🌙🌙🌙

Singularity [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang