Matahari pagi yang hangat membuat Liana betah berdiam diri di taman belakang rumah. Hari ini, hari minggu. Dan Liana tidak ada kegiatan apapun. Setelah melihat pemandangan buruk di pagi hari membuat hatinya berdenyut dan sesak.
Liana seperti orang bodoh yang tinggal seatap dengan pasangan kekasih yang saling beradu rindu yang membara. Ah tidak, bahkan keberadaan Liana tidak di hiraukan sekarang.
Setelah kejadian kemarin, Taehyung sama sekali tidak menemui Liana. Pria itu malah asik berduaan dan bercumbu dengan Gheana, kekasihnya.
Masih dengan jelas, ketika Liana turun dan ingin ke dapur. Liana melihat dengan mata kepalanya sendiri, Gheana sedang memeluk Taehyung. Dan ketika wanita itu mencium Taehyung, pria itu tidak menolak.
Sekarang Liana meragukan semuanya. Kata-kata pria itu sekarang tidak terbukti. Dan Liana sangat lelah dengan kekecewaan. Ia juga lelah menangis semalaman. Itu semua tidak berguna. Meski hatinya terasa sakit. Tapi, Liana tidak akan benar-benar hancur dengan perasaanya. Ini belum terlambat, masih ada waktu untuk pergi. Biarlah perasaannya seperti ini. Selama belum terlalu dalam dan terlalu sayang, Liana masuh bisa mengatasinya.
Dari kejauhan, mata Liana menangkat sosok Taehyung yang berjalan mendekat ke arahnya. Dan Liana hanya bisa memasang wajahnya yang datar. Bukan karena Liana marah, Liana hanya bingung harus berekpresi apa? Liana sama sekali tidak yakin dengan kedatangan pria itu.
"Aku ingin bicara,"
Suara berat nan dingin itu kembali menampar Liana, kenapa baru sekarang Liana ingin menangis? Kenapa baru sekarang? Kenapa harus di depan pria ini? Itu sungguh tidak adil.
"Ya?" singkat Liana dan memalingkan wajahnya ke arah lain.
Dan yang selanjutnya, Liana sama sekali tidak mengerti dengan pola pikir pria itu.
"Tetaplah bertahan, sebelum hari ke ketiga, aku akan menyatakan pilihan ku. Kumohon jangan pergi, aku membutuhkan mu."
Liana tidak akan bisa mengatakan apapun sekarang, karena Liana sudah mengambil keputusannya sendiri. Ini tidak akan buruk, ia hanya perlu pergi. Karena ia tidak boleh egois. Ia juga tidak mau membuat keadaan semakin rumit. Ada banyak hal yang ingin Liana hindari. Termasuk tekanan perasaannya sendiri. Ia harus lebih tenang.
"Aku tidak butuh waktu itu, ceraikan aku secepatnya dan menikah lah dengan Gheana."
Yang pertama Liana lihat adalah wajah penuh keterkejutan dari Taehyung. Tapi, memang ini yang Liana inginkan. Semua harus berakhir.
"Apa? Kau pikir pernikahan ini adalah lelucon? Permainan?" bentakan Taehyung membuat Liana tersentak kaget.
"Pelankan suara mu!" teriak Liana , lama-lama, Liana menjadi ikut kesal. Air matanya sudah menetes.
"Jika kau menghargai pernikahan ini, maka kau tidak akan pernah kesulitan untuk memilih! Bahkan setelah kau mengatakan bahwa kau mencintai ku, kau akan memilih ku, kau tidak akan meninggalkan ku. Tapi, semua adalah kebohongan! Kau adalah pembohong. Aku sangat membencimu."
"Mengertilah, aku sedang bingung! Aku tidak tahu dengan perasaan ku sendiri."
Liana menggeleng kuat, "Sudah ku bilang! Ceraikan aku, itu tidak akan susah. Kalau kau tidak mau, maka aku yang akan mengurusnya. Setelah jadi, aku akan mengirimkannya padamu."
Mata tajam Taehyung menatap Liana dengan penuh kilatan amarah. Dalam satu sentakan, Taehyung menarik lengan Liana dan menyeretnya masuk kemudian menuntunnya ke arah kamar Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singularity [ TERBIT ]
Teen Fiction[TERBIT] Sebagian part sudah tidak lengkap! *** "Kau tahu kan, pernikahan kita adalah kesalahan." "Aku tahu. Kau tidak perlu mengingatkan." Taehyung mengangguk dan menatap mata Liana dengan dalam. Begitupun dengan Liana. "Kalau begitu, ku harap ka...