V

265 40 6
                                    

Hari sudah beranjak malam. Bulan mulai menggantikan tugas matahari di atas sana. Dengan taburan bintang yang menghiasi bentangan langit malam. Suasana yang mendukung untuk keluar pada malam hari.

Katakan kalau aku melupakan perintah dari Azele dan Helena. Tubuhku sangat lelah untuk sekedar berjalan ke ruang bawah tanah. Terlebih memang aku merasa sangat enggan masuk ke tempat itu lagi.

Setelah aku selesai mengobati luka Pangeran U-Know, aku segera melarikan diri ke dapur. Meminum beberapa gelas air dan makan makanan kecil yang tersedia di meja dapur. Setelah mengambil sesi tidur yang singkat untuk mengisi ulang tenaga, aku mengambil peralatan mandi di laci yang sama tempatku menaruh obat.

Masih terngiang-ngiang di kepala tentang perkataan Pangeran U-Know. Terkejut? Tentu saja. Lagi-lagi ada orang yang mengatakan padaku bahwa mataku ini ‘indah’. Dan kenapa harus laki-laki lagi?

Aku merutuk dalam hati mengingat hal tersebut.

Melangkah menyusuri padang rumput yang letaknya tidak jauh dari istal kerajaan West. Memang sudah kebiasaanku jika di malam bulan terang seperti ini aku akan mandi di sungai di ujung padang rumput ilalang. Cahaya bulan yang keperakan seolah menuntunku di jalan setapak yang diapit tingginya tanaman ilalang.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya tiba juga di tempat tujuan. Sungai dengan air terjun itu selalu membiusku dengan keindahannya. Aku sangat menyukai saat di mana bermunculan makhluk-makhluk mungil yang dapat memancarkan cahayanya beterbangan di atas sungai seirama. Sangai indah.

Mataku berbinar saat melihat pemandangan yang sangat aku sukai tersebut.

Dengan semangat yang menggebu, segera kutanggalkan pakaian dan meletakkannya di atas batu besar di tepian.

Tubuhku bergetar sesaat merasakan sensasi dingin air sungai yang perlahan mulai meresap ke dalam kulit. Aku terkikik senang saat tanganku bermain dengan aliran air yang seolah mengelus tubuhku yang telanjang.

Aku berenang menuju air terjun yang tidak terlalu tinggi. Kucuran air mengenai bahu. Ya, aku sengaja berdiam di bawah air terjun karena sensasinya yang mengenai tubuh seakan tubuhku ini dimanjakan dengan pijatan air.

“Apa kau tidak takut sakit, Jae?”

DEG

Aku refleks memundurkan tubuhku saat mendengar suara lelaki yang cukup familier di telinga. Mataku terbuka lebar saat mendapati sosok Pangeran U-Know yang tengah duduk di atas batu tempat aku meletakkan pakaianku tadi.

Cahaya bulan membuat jelas pengelihatan pada malam hari. Kulihat sunggingan senyum simpul di bibir unik si pangeran tampan. Aku memalingkan wajahku yang terasa memanas. Kenapa?

Karena Pangeran U-Know membuka pakaiannya di sana!

Ini kedua kalinya pangeran tampan negeri seberang itu membuka pakaiannya di depan mataku. Demi Tuhan!

SRAK

SRAK

SRAK

Suara benda melawan arus air itu begitu jelas terdengar ditelingaku. Pasti itu Pangeran U-Know. Benar saja, detik berikutnya sosok itu sudah ada di depanku dengan bagian dada bidangnya yang tidak tergenang air. Terang saja karena memang sungai ini tidak begitu dalam. Pun airnya hanya sampai sebatas tengkukku.

“Pangeran, luka Anda-”

“Sudah tak apa.”

Tersadar, tadi aku sempat menahan napas beberapa detik.

Pangeran U-Know beralih ke sebelah kanan. Dirinya hanya berjarak kurang dari satu meter denganku. Jantungku kembali berdegup dengan kencang. Tiap kali berhadapan dengannya selalu begini. Bahkan saat pertemuan pertama kami.

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang