“Aah—ah! Ah. Ah. Aaaahh…”
Ini nikmat. Ia bergerak begitu dalam dan liar. Hingga suara-suara aneh keluar dari mulutku yang sedari tadi tak henti menyebutkan namanya.
Tubuhku terhimpit oleh tubuh Yunho dan permukaan halus batu di belakangku. Dengan posisi di dalam air, kakiku terbuka lebar dengan Yunho berada di antaranya.
Kejantanannya yang keras dan besar memasuki tubuhku di bawah sana. Tubuh kami menyatu dengan begitu sempurna. Pahatan tubuh Yunho yang terpampang dengan jelas membuat hasratku memuncak seketika. Ia terus menggerakkan pinggangnya, menubruk pinggul sempitku yang rapuh.
Dinginnya air sungai sudah tak terasa lagi. Panas. Hanya panas yang kami rasakan saat ini.
Aku mendesah keras saat kejantanan Yunho menumbuk keras sesuatu di dalam tubuhku, membuat aku tak kuasa menahan pekikan nyaring yang begitu saja keluar dari mulut. Tubuhku mengelinjang menahan nikmat.
Yunho pun sama sepertiku. Ia melenguh lumayan keras dengan sesekali mengerjapkan matanya nikmat.
Direngkuhnya tubuhku ke dalam pelukannya, memelankan gerakan pinggul dan menggantinya dengan hentakan kejantanan miliknya dalam tubuhku.
“Ah! O—oohh.. Yunhohh.. Mmmpphh-”
“Ssstt-… Jae. Hhhh.”
Bibir bentuk hatinya kembali memagut bibirku dengan gerakan lembut. Aku membalas lumatannya, menggigit bibir bagian bawah Yunho yang tebal dengan gemas. Tangannya menyibak rambutku yang basah ke belakang.
Kecupannya meliar ke leher dan tengkukku. Menorehkan ruam-ruam merah dengan kecupannya yang kencang menggigit permukaan kulitku. Setelahnya, Yunho beralih melumat puting kemerahan di dadaku.
Tubuhku menegang. Denyutan kejantanan Yunho terasa begitu nikmat di dalam sana.
Tak lama kemudian, aku dan pria yang kucintai sama-sama mendesah kencang—menyerukan euforia akan kenikmatan yang bersamaan kami raih.
Aku mencintaimu, Yunho…
.
.
.
.
.TAP
TAP
TAP
Aku berjalan gontai menuju halaman samping istana di mana terdapat arena duel di sana.
Waktu telah beranjak siang, para pelayan kerajaan baru saja selesai membersihkan sisa-sisa pesta tengah malam tadi. Aku dan yang lainnya hanya dapat menggeleng pelan melihat kekacauan tersebut.
Kain-kain bekas sobekan baju yang berhamburan di Great Hall membuatku terbayang bagaimana ganasnya pesta tadi malam. Untung saja aku bisa melarikan diri dari sana.
Akan tetapi…
Ya Tuhan, pantatku sakit sekali.
“Jae, tadi malam kau kabur kemana?” bisik Irene.
“Rahasia,” jawabku. Irene menghela nafas pelan. “Aku kasihan pada Sarah. Dia menjadi ‘tahanan kamar’ Davith sepanjang malam hingga fajar. Aku bahkan tidak mau membayangkan bagaimana rasanya menjadi dia. Oh, gadis yang malang.”
Aku termenung sesaat sambil meneruskan langkahku bersama yang lainnya. Beberapa kabar burung yang sampai di telingaku pagi ini ialah bahwa ada dua orang Pangeran yang menolak pinangan Sang Raja. Artinya, dua pangeran tersebut mau tak mau harus berhadapan dengan sepuluh pengawal tangguh dan seorang pangeran kerajaan West.
“Irene, apa kau tahu siapa saja yang menolak?”
Irene menggeleng, “Tidak. Aku hanya tahu kalau memang benar ada dua orang pangeran yang menolak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
FanfictionHanya kisah seorang pelayan kerajaan nun jauh di sana yang bertemu dengan seorang pangeran dari negeri seberang. Klise, tapi penuh tantangan dan petualangan. Di mana kapal itu akan berlabuh? . . . Imajinasi YunJae dengan petualangan absurd yang tert...