VIII

287 51 8
                                    

Hatiku hancur berkeping-keping. Berserakan dengan lancangnya melukai batin.

Kini aku hanya bisa berdiri menyandar pada pilar penyangga dapur dengan raut wajah yang menyedihkan. Kutulikan telinga dari hingar-bingar pesta tengah malam yang akan segera dilaksanakan.

Boleh aku bicara dengan jujur?

Pesta tengah malam yang tadi sempat disinggung oleh kepala pelayan adalah pesta laknat!

Di mana kau dapat menemukan tubuh-tubuh telanjang pelacur yang bergelimpangan di dalam sana. Memuaskan hasrat para lelaki hidung belang. Biar kutebak, sebentar lagi akan ada pekikan-pekikan dari beberapa pelayan perempuan yang diseret paksa oleh Davith dan teman-temannya.

Aku sendiri segera beranjak dari Great Hall usai pesta dansa berakhir. Aku tidak mau menjadi salah satu ‘santapan’ lelaki bejat di dalam sana. Terlalu mengerikan untuk kubayangkan sendiri.

Tubuhku merosot dengan perlahan. Kutekuk kedua lutut mencapai dagu, menumpukannya pada lutut dengan pikiran yang mulai beterbangan kembali ke beberapa saat yang lalu.

Raja memberitahukan bahwa kedua putrinya telah memilih dua Pangeran masing-masing. Yang mana salah satu dari dua yang mereka pilih dapat menolak pinangan tersebut dengan syarat harus bisa mengalahkan sepuluh orang pengawal dan satu orang Pangeran kerajaan West.

Entah benar atau tidak, aku dapat merasakan adanya unsur pemaksaan di sini. Bayangkan saja, kau mungkin datang ke sini hanya untuk bersenang-senang atau apapun itu, namun pada akhirnya kau malah dipaksa menikah dengan orang yang belum tentu kaucintai.

Terlebih, ada seorang yang kaucintai terpilih menjadi salah satunya. Kau tahu?

Ya.

Azele memilih Yunho dan Pangeran Luke, sedangkan Helena memilih Pangeran George dan Pangeran Max. Kenapa mereka memilih dua Pangeran dari negeri seberang itu? Mungkin saja daya tarik dari rambut hitamnya yang berkilau membuat dua perempuan itu tertarik.

Hanya saja rasanya sangat sakit sekali. Terluka, namun tak mengeluarkan darah.

Mungkin begini rasanya patah hati. Pantas saja Sarah yang mulanya ceria itu jadi pendiam karena patah hati. Ternyata memang begini rasanya.

Menepuk pipiku dua kali agar aku tak terlarut dalam rasa pahitnya patah hati.

Sadar, Jae! Kau hanyalah seorang pelayan, budak kerajaan!

Sedangkan Yunho… seorang Pangeran, adik Kaisar negeri seberang sekaligus seorang Panglima perang yang paling disegani.

Kasta yang amat sangat jauh berbeda. Bagaikan langit dan bumi, air dan minyak, yang tak akan pernah bersatu.

Dalam keremangan dapur yang sunyi, aku hanya dapat merenungi nasibku yang malang.

“LEPASKAN!”

Aku menanjamkan pendengaranku saat mendengar suara teriakan perempuan yang agak familier di telinga.

Tunggu dulu. Itu suara Sarah!

Bergegas, aku segera menghampiri pintu dan mengintip dari lubang kunci. Koridor istana yang sepi memantulkan suara teriakan Sarah dengan nyaring.

Dapat kulihat dari kejauhan, Sarah ditarik oleh dua orang pengawal menuju Great Hall. Aku hanya bisa memandang iba dan berdoa dalam hati semoga gadis manis pendiam itu tidak terluka parah saat harus ‘melayani’ para lelaki di dalam tempat itu.

Menghela napas berat dan menyandarkan tubuhku pada pintu dapur.

Aku jadi teringat pada si kembar. Alan dan Frederick terpaksa diungsikan ke kastil utama bersama Raja, Permaisuri dan para Selir. Tentu karena Alan dan Fred masih sangat kecil untuk melihat hal bejat yang selalu dilakukan oleh kakak-kakaknya.

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang