Permukaan kaca semakin mengilap tertimpa cahaya matahari pagi, licin karena sudah dilap sampai bersih.
Aku tersenyum puas saat melihat kaca jendela kecil samping dapur yang bersih mengilap. Dapur yang bersih pada pagi hari, aku sangat menyukainya.
Merenggangkan tubuhku yang pegal sesaat, menarik dan menghembuskan napas dengan perlahan. Menghirup udara pagi yang menyejukkan.
Tak terasa, acara yang diadakan oleh kerajaan sudah menapaki hari ke tujuh. Artinya, besok adalah hari terakhir para tamu kerajaan berada di sini. Hatiku berdenyut sakit mengingat hal itu. Karena berarti pula bahwa hanya tinggal sedikit waktu yang tersisa melihat keberadaan Yunho. Aku yakin, setelahnya Yunho akan melupakanku. Meskipun kami pernah bercengkrama akrab, tetapi aku hanyalah seorang budak kerajaan.
Namun aku lebih tidak rela jika Yunho bersanding dengan Azele atau Helena. Itu akan membuat diriku lebih sakit.
Ya, sepertinya memang aku telah jatuh hati pada pangeran tampan bermata musang itu.
BRAK
“Hari ini kita akan disibukkan dengan persiapan Pesta Dansa di Great Hall. Tamu kerajaan akan hadir kurang lebih dua ratus orang malam ini. Aku harap kalian dapat menghidangkan berbagai makanan kecil untuk nanti malam. Dan tak lupa juga, ‘pesta rahasia’ tengah malamnya.”
Berbalik badan saat mendengar beberapa derap langkah yang memasuki dapur dan suara Theodore yang menggema.
Aku mengerenyitkan dahi saat mendengar kalimat terakhir yang Theodore ucapkan sebelum beranjak keluar dari dapur.
Kulirik Irene dan Rose yang menghampiriku. “Selamat pagi, Jae. Seperti biasa, kau tampil sangat pagi hari ini,” sahut Rose sembari mengambil sekantung kecil tepung jagung dari bawah meja.
“Yeah, seperti biasa.”
Irene mengangkat sebuah kuali berukuran sedang dan meletakkannya di atas kompor, menuangkan beberapa liter air sebelum menyalakan kompor. “Apa menu sarapan hari ini, Irene?” tanyaku.
“Sup krim wortel, tentu saja.”
Aku mengambil pisau lalu kemudian mulai memotong-motong wortel sampai halus.
Beberapa menit berlalu, aku pun selesai memotong sayuran berwarna oranye tersebut. Menyerahkannya pada Irene lalu mengambil tempat duduk di samping meja.
Ada sekitar lima orang yang ada di dapur. Semuanya perempuan, kecuali aku tentu saja. Biasanya Ired akan ikut membantu di sini. Tapi sedari tadi aku belum melihat batang hidungnya sama sekali.
“Apa kau tahu di mana Ired?”
Rose menoleh padaku dan menjawab, “Dia sedang membantu Phill membersihkan istal.”
Aku menganggukkan kepala. Rose yang dengan telaten mengaduk sebuah adonan di atas meja. Tepung bertebaran di sekitarnya membuat meja yang tadi sudah kubersihkan tampak sangat kotor dengan butiran halus berwarna putih itu.
Beranjak dari duduk, aku menghampiri Sarah yang terlihat kesulitan membentuk adonan pai. “Sini kubantu.”
Tanpa sungkan, kuambil sebagian adonan yang ia pegang lalu membuat pai tanpa kesulitan berarti.
.
.
.
.
.“Jaejoong, bawa ini ke meja hidang. Cepat!”
Sedikit berlari, kuhampiri Irene kemudian menyambar nampan yang di atasnya terdapat puluhan kue mangkuk menggoda selera.
Aku mengenakan pakaian resmi pelayan yang disediakan oleh kerajaan untuk acara resmi seperti ini. Semua pelayan wajib memakainya. Pakaian berbahan katun dengan atasan kemeja putih dan celana panjang hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
FanfictionHanya kisah seorang pelayan kerajaan nun jauh di sana yang bertemu dengan seorang pangeran dari negeri seberang. Klise, tapi penuh tantangan dan petualangan. Di mana kapal itu akan berlabuh? . . . Imajinasi YunJae dengan petualangan absurd yang tert...