Pulang

18 1 0
                                    

Teruntuk yang pernah jauh, aku bahagia mencintaimu walau jarak mengurungkan keinginan kita untuk bertemu. Kata-katamu dari ujung telepon setiap malam menjelaskan bahwa rindu tak perlu sungkan.

Memilikimu adalah kisah tentang jarak terbaik yang pernah diberikan Tuhan. Sapa selamat pagi dan selamat malam yang selalu kita lempar dari tempat masing-masing adalah bekal penawar keluh yang sedang jauh.

Hingga tiba saat aku harus kembali ke Subang. Kembali dalam pelukan berbalut nostalgia. Sebentar, izinkan aku menulis tentangmu kali ini, dari seribu enam ratus empat puluh dua kaki di atas bumi.

Kepadamu aku pulang hari ini. Banyak yang ingin kuceritakan. Banyak yang ingin ku sampaikan. Diantara hujan dan secangkir kopi ditempat biasa. Kemarilah, kutawarkan dialog tentang keluh yang tak sempat.

Kepadamu, aku ingin meminta maaf karena kita terpaksa berjarak. Terbunuh kesibukan dan terjeda beberapa jam.

Aku rindu tatapmu, pun rindu nada bicaramu. Seperti bau hujan pada sore itu, mencintaimu selalu menyenangkan.

Nona, Aku pulang.
Sambut aku dengan senyummu yang sederhana.


Subang, Indonesia
2019

RebahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang