Posesif

5 0 0
                                    

Pernah pada waktu itu kita sempat menjadi satu. Jika kamu tanya darimana aku mulai nyaman, aku tidak tahu. Mungkin saat kita saling menyapa, atau mungkin saat bicara berdua.

Barangkali kamu lupa, aku tidak pernah memaksamu untuk memilihku. Aku hanya menawarkan.

Ya, aku menawarkan janji dengan segala kurang dan masa laluku. Bahkan, dengan segala urusan dan kesibukanku.

Dengan semua itu, kamu menjawab tawaranku. Ingat jawabanmu?

Aku ingatkan, kamu menjawab 'iya'.

Itu berarti kamu menerima segala resah dan kesah selama bersamaku. Kamu mengaamiinkanku pada malam itu.

Tapi, mulai hari itu juga kamu merasa perlu tahu aku ada di mana, dengan siapa, atau sedang apa.

Seperti kopi yang diteguk saat panas, kamu sangat menyenangkan, pada awalnya. Tapi, mengapa semakin kesini aku merasa tidak bisa terlepas darimu? Seperti kecanduan.

Dulu, diantara langit dan meja-meja kopi tempat biasa, kita sempat pernah tertawa bersama.

Kita pun pernah berada saat hujan di jalan, serta tangis yang mendalam. Ah, hampir saja lupa, atau saat kamu menangis di ujung telepon mengadu masalahmu.

Segala yang pernah indah itu, semuanya telah kita lewati bersama.

Kamu masih ingat?

Tapi nona, khawatirlah dengan wajar. Tanyamu serasa mengejar waktuku. Kamu merasa harus tahu segala apa dan di manaku. Belum lagi dengan citamu yang tak kuikhlaskan.

Aku merasa terkurung, aku merasa terbatas. Kamu jadikan komitmen sebagai panggung pentas.

Tentang skenario di mana aku pemerannya dan kamu sutradaranya. Seakan semuanya harus sesuai olehmu.

Barangkali kamu perlu tahu bahwa cinta tak bisa kamu paksakan. Juga nyaman yang tak sanggup aku perankan.

Semoga suatu hari nanti, kamu dapat memahami apa maksudku dengan kisah barumu.

Kuberi pesan, sebagai catatan untuk kisahmu yang baru

"Ketahuilah bahwa cinta bukan takaran gelas, melainkan ia laut yang berombak bebas."

Subang, Indonesia
2019

RebahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang