Mabuk

2.9K 147 36
                                        

Previous Part:

Aku dan Noval ada di warnet IT, di satu bilik yang sama. Noval lalu menceritakan semua kisah dan beban berat yang selama ini ditanggungnya. Di ujung cerita, selepas Noval menceritakan semua ceritanya, aku berusaha menenangkan dia. Aku berusaha membuatnya tenang dengan mengajak Noval untuk mabuk.

Dan Noval meng-iyakan ajakanku.

--

Selepas Noval mengangguk setuju bahwa dia ingin aku ajak mabuk, aku segera menyuruh Noval untuk minggir sejenak dari hadapan komputer bilik warnet. Aku ingin menggunakan komputer tersebut. Noval menggeser badannya jadi ke arahku, sedangkan aku mengisi posisi awal Noval. Kami bertukar tempat sejenak.

Lalu aku membuka komputer yang sedari tadi hanya menampilkan billing gambar lumba-lumba. Menyala sedari tadi namun tidak Noval gunakan. Aku memainkannya, menyalakan komputer itu ke mode personal warnet. Kemudian setelah komputer tersebut menyala, aku membuka web. Aku mencari satu hal:

'Tempat jual amer di Jogja'

Amer = Anggur Merah. Salah satu minuman beralkohol.

Aku men-scroll hasil pencarian yang kudapat, mencari tempat jual amer manakah yang paling dekat dari lokasi warnet ini. setelah kudapati satu tempat yang kurasa paling dekat (aku tanya Noval tempatnya, dan kata dia tempatnya nggak jauh), aku memutuskan keluar dari bilik itu.

Sebelum keluar, Noval menjelaskan terlebih dahulu letaknya, agar aku tidak nyasar saat menuju ke sana. Sebenarnya Noval bersikukuh ingin ikut membelinya juga, namun aku melarang dia. Aku suruh dia untuk di warnet saja. Aku pikir, saat ini Noval butuh istirahat terlebih dahulu setelah apa yang selama ini dia pikirkan. Dan, mendiamkannya di warnet tanpa ikut aku, menjadi pilihanku untuk membuat Noval sejenak beristirahat.

-- Meskipun, yaaa, keputusan untuk nggak ngebawa Noval ikut, adalah keputusan bodohku juga. Noval bener, dia takut aku nyasar. Aku salah, tidak membawa Noval ikut denganku. Soalnya.., aku beneran nyasar setelah aku berada di luar. Anjing.

Sekarang aku ada di tengah perjalanan. Feelingku mengatakan bahwa lokasinya sudah dekat –tentu setelah aku juga mencocokkan dengan arah yang Noval tadi jelaskan. Sepanjang perjalanan menuju ke sini, aku memikirkan soal cerita Noval tadi.

Bagaimana dia yang dilupakan oleh orang tuanya sehingga membuat kiriman bulannya macet. Bagaimana ia kehilangan dirinya sendiri yang pernah bahagia di masa sekolahnya dulu. Bagaimana ia sempat frustasi, mencari hiburan di luar pesantren dengan menonton konser, namun itu hanya membuat dia mendapat hukuman selepas pulangnya.

Pasti berat.

Pasti berat apa yang Noval rasa.

Aku memikirkan apa yang dilakukan orang tua Noval. Dan memikirkan ini, aku jadi berterima kasih kepada orang tuaku sendiri. Sebagaimanapun galaknya mereka, mereka memasukkanku ke pesantren dengan alasan yang jelas. Noval tidak pernah tahu alasan jelas apa yang menyebabkan ia dimasukkan ke pesantren. Entah memang karena ingin Noval menjadi lebih baik, tidak seperti orang tuanya sendiri. Atau karena ingin menjauhkan Noval dari setiap pertengkaran yang dilakukan orang tuanya di rumah.

Aku tahu, dua alasan tersebut sama-sama membuat Noval kehilangan kebahagiaannya.

Jalanan macet. Namun aku berhasil menyalip satu dua kendaraan di jalan. Hingga sepertinya aku hampir sampai di tempat yang dijelaskan Noval tadi. Di depan sebuah gang, ada plakat yang bertuliskan 'Jl. Prawirotaman'.

 Prawirotaman'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Andri, Jogja, dan PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang