Namjoon - 119

1.2K 163 9
                                    

Isi cerita garis besarnya berupa dialog via telefon

Hari yang penat bagi Namjoon sang police officer hotline 119, ia tetap harus bekerja hingga larut malam begini untuk menggantikan shift temannya yang sakit

Ketika ia ingin menyandarakan punggung penatnya ke kursi tiba-tiba saja sebuah panggilan darurat masuk

"Halo, Kami 119 ada yang bisa kami bantu?"

"Temanku dipukuli kekasihnya" suara dari seberang sana terdengar tipis, sepertinya perempuan

Namjoon meninggalkan sejenak sambungan telefon untuk melacak asal panggilan telefon dan mengirimkan datanya pada pihak polisi jaga. Namun anehnya data yang di cari eror, alamatnya tidak dapat di temukan

Mau tak mau Namjoon harus menanyakan langsung kepada sang penelfon

"Bisa anda jelaskan dimana posisi anda?"

"Aku bersembunyi dibalik tangga universitas ***, aku terlalu takut untuk menolongnya. Bisakah polisi datang kemari secepatnya?"

Namjoon mengirimkan alamat ke polisi dan menunggu kabar baik selagi menenangkan sang penelfon

"Baik, kami segera kirimkan polisi kesana. Sampai polisi datang tetaplah tersambung (telefon) dengan saya"

"Aku sangat takut, berapa lama lagi polisi akan sampai?"

"Mungkin akan makan waktu 10-15 menit"

Terdengar suara jeritan perempuan dari seberang telefon dan membuat Namjoon terkejut serta cemas

"TOLONG!!!! TEMANKU HENDAK DIBUNUHHH"

"Mohon bersabar, kami telah mengirim polisi kesana"

"Lelaki itu, dia membawa sebuah pisau"

Namjoon tak tahu harus berkata apa, lidahnya kelu....inilah yang selalu tak disukainya dari pekerjaannya mendengar dan merasakan kecemasan orang orang yang tersambung telefon dengannya

"AARRRRGGGGHHHH"

"Apa yang terjadi? Apakah teman anda  baik baik saja?"

"LELAKI ITU MENGHUNUSKAN PISAUNYAAAA!! AKU TAKUT...AKU TAKUT, LELAKI ITU MELIHATKU DAN AKAN MENIKAMKU JUGA"

Dengan mengerahkan otak jeniusnya Namjoon mencari cara untuk membantu sang penelfon selamat dari keadaan bahaya

"Apakah ada cara untuk anda keluar dari gedung?"

"Tidak, seluruh pintu terkunci hanya pintu masuk yang dibuka"

"Apa saja yang anda bawa?"

"Aku membawa tas besar, tapi hanya berisi buku dan dokumen"

"Apakah anda punya senjata perlindungan diri? Semacam pisau lipat atau semprotan bubuk cabai?"

"Tidak, tidak ada yang seperti itu. Aku tak mempunyainya"

"Cobalah anda mencari kerikil"

"Hmmm aku menemukan satu"

"Lemparkan ke area yang kosong dan jauh dari posisi nyonya, itu dapat mengalihkan perhatiannya sejenak"

"Baiklah"

Terdengar bunyi kerikil yang terpantul pantul di lantai keramik dan diikuti suara langkah kaki yang cukup berat

"Aku berhasil, lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?"

"Ambillah kesempatan saat lelaki itu tak memperhatikan nyonya"

"Baik, kapan polisi akan sampai?"

Namjoon menengok ke radar gps dan menimpali pertanyaan sang penelfon

"Dalam waktu 2 menit"

Klotak

Terdengar bunyi patah

"Heelsku patah, aku keta—huan. Apa yang harus ku—lakukan sekarang" ucap sang penelfon sedikit terbata-bata dan terdengar hembusan angin. Sepertinya sang penelfon dalam bahaya, ia berlari dari sang pembunuh itu dan berusaha menjaga telefon tetap tersambung

"TOLONGGGGG AKU, IA MENGEJARKU" Ucap sang penelfon panik tapi seakan berbisik

"huh—hah....huh—hah, syukurlah....aku bersembunyi dibalik loker universitas, semoga ia tak menemukanku"

"Sedikit senyapkan telefonnya, agar ia tak dapay menemukan anda” ujar Namjoon

"Tenanglah ia tak mungkin dapat menemukARRRRRRRGGGHHHH—BLURP....BLURP....BLUP (bunyi cairan merembes)—"

Sambungan seketika terputus dan Namjoon mendapat panggilan dari polisi jaga, Namjoon meletakan telefon darurat dan mengangkat panggilan dari para polisi yang berada di lokasi kejadian

"Tidak terjadi apa-apa disini, apa kau yakin itu bukan panggilan tipuan?"

Namjoon bingung, jikalau itu hanya telefon iseng teriakannya tak mungkin senyata itu

"Sudahkah kalian menelusuri tempat kejadian?"

"Hmm, dan tak ada apapun yang dapat kami temukan"

Namjoon teringat sesuatu yang dikatakan perempuan penelfon itu

"Coba periksa tiap loker universitasnya"

Polisi melakukan perintah Namjoon dan melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap seluruh loker di universitas *** itu dan benar saja mereka menemukan mayat perempuan di loker paling ujung

"Joon-ah kami menemukan mayat perempuan" Namjoon benar-benar terkejut sekaligus menyesal mendengar pernyataan dari para polisi itu

"Tapi kurasa dia sudah berada lama di sini mayatnya sudah membusuk, darahnya pun sudah kering dan ponselnya mati kehabisan baterai"

Dalam hati Namjoon merasa ada yang janggal, tidak mungkin mayat perempuan itu membusuk sebegitu cepatnya. Bukankah ia baru menutup panggilan perempuan itu?

"Tim medis akan membawanya dan mulai menginvestigasi mayatnya lebih lanjut. Tak usah kecewa, sepertinya ia dibunuh beberapa bulan yang lalu. Ini bukan karenamu"

Namjoon merasa sekujur tubuhnya lemas, ia tak percaya dengan apa yang baru saja mitra kerjanya katakan

Kriiiing...kriiiiing.....krriiing

Namjoon mengangkat panggilan darurat itu dan  mengondisikan hatinya agar bisa se stabil mungkin, tapi pembicara di sambungan telefon benar-benar membuat jantungnya berdetak kencang sekali lagi

"Terima kasih tuan, seandainya seseorang sepertimu yang menanggapi panggilanku dulu, aku mungkin tak akan jadi seperti sekarang. Sekarang aku bisa tenang......Hihihihihi"

TBC

Silent Scream [BTS Creepy Pasta]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang