"AKU tak menyangka keajaiban ini terjadi pada mu, Kadelia."
Wonwoo pun mengusap lembut kepala sang kekasih yang sedang mengecupi perut datarnya dengan penuh kasih, sore ini keduanya telah sampai daratan. Pria manis itu terduduk diatas batu karang sisi laut yang tak begitu tinggi dan Mingyu masih berada didalam air dengan wujud duyungnya tepat dibawah Wonwoo. Pria tampan itu telah mengetahui adanya kehidupan diperut kekasihnya, tentu saja itu adalah hasil dari cintanya yang besar pada si manis dari kota Kaira ini.
"Apakah kau bahagia, Kandera?"
"Sangat, sangat bahagia. Ini sebuah kejutan yang membuat ku bahagia."
Wonwoo terkekeh diatas sana dengan rona merah disisi pipinya dan Mingyu tak bisa berhenti mengusap perut datar Wonwoo lalu mengecupinya penuh kasih meskipun perut si manis belum membesar seperti ibu hamil pada umumnya.
Merasa sudah cukup memberi kasih sayang pada calon keturunannya, Mingyu pun naik keatas karang dengan wujud duyungnya, mengambil duduk disisi Wonwoo dan pria manis itu langsung menyambut dirinya dengan pelukan hangat yang di iringi senyuman kebahagiaan. Mingyu pun membalas pelukannya dan mengecupi pucuk kepalanya penuh kasih.
Jika dilihat dari belakang keduanya adalah sepasang kekasih manusia yang romantis tetapi jika dilihat dari depan, terlihat jelas bahwa sepasang kekasih itu memiliki perbedaan. Sang dominan memiliki sirip dan si submisif memiliki kaki pada umumnya. Berbeda ras namun cinta telah menyatukan mereka hingga terciptanya si kecil yang kelak akan meneruskan jabatan sang ayah di Kerajaan Lautan Armorel.
Chups~
Mingyu mengecup bibir Wonwoo dan pria manis itu pun membalas ciumannya, ciuman penuh cinta yang memabukkan dan juga menghangatkan. Desiran ombak mengisi kesunyian mereka yang sedang berciuman menyalurkan hasrat cintanya masing-masing. Tangan besar Mingyu menyelinap masuk kedalam pakaian Wonwoo dan menyentuh bagian sensitif di dada pria manis itu sehingga terciptanya lengkuhan merdu dari bibir manis Wonwoo.
"Aku tidak mengerti mengapa kau seindah ini, Kadelia."
Ciuman Mingyu pun turun menuju area leher Wonwoo dan pria manis itu hanya bisa memejamkan matanya pasrah sambil memijit bahu lebar pria yang sangat mencintainya itu.
"Kebahagiaan apa yang kau inginkan dari ku? Aku akan mewujudkannya hanya untuk diri mu seorang."
Wonwoo membuka matanya perlahan dan Mingyu pun menghentikan kecupan yang meninggalkan jejak dileher putih Wonwoo, manik dalam keduanya saling menatap dengan matahari yang berada di cakrawala sebagai saksi bisu dari cinta suci mereka. Tangan rapuh Wonwoo mengelus sisi pipi Mingyu dan bibirnya tersenyum tipis.
"Aku sudah bahagia sejauh ini dengan mu, Kandera. Tapi... Rasanya aneh jika aku adalah satu-satunya manusia yang menetap dilautan ini meskipun hidup bersama mu."
Mingyu mengerutkan dahinya tak mengerti dan Wonwoo pun melanjutkan ucapannya..
"Boleh kah permintaan kebahagiaan ku diubah menjadi permohonan ku pada mu?"
"Tak perlu memohon, apapun yang kau minta aku akan—"
"Aku ingin menjadi bagian dari ras mu, Kandera."
Deg!
Sontak permintaan Wonwoo membuat Mingyu membulatkan matanya tak percaya, pria manis itu meneguk salivanya dalam-dalam, ia tahu ucapannya ini memang gila. Ucapan Kaio Junhui beberapa hari yang lalu benar ia wujudkan yakni mengkhianati rasnya sendiri, ras manusia.
"Kadelia, kau tidak boleh—"
"Aku sudah memikirkan ini dari sebelum Kaio pergi meninggalkan Pulau Aralanta."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] KANDERA (GOD KANO)
FantasyPara Siren telah membuat Jendral Kaio Junhui murka, Kadelia Archira Wonwoo yang ikut berlayar bersama sang kekasih pun harus mendapatkan nasib yang nahas, ia dan kapal yang ditumpangi kekasihnya tenggelam di laut Araloana. Namun sesosok manusia berk...