1. Perhatian Seorang Ali

18K 935 345
                                    

RaLi Couple
#01

⚠ : Vote dulu sebelum baca!Terimakasih ♡


Selamat Membaca

Gerimis. Aku melangkahkan kaki mendekati gerbang. Hari ini aku berangkat pagi sekali. Karena aku diantar papa. Tahulah.. papa kan sering berangkat awal. Dan saat kutanya, jawabannya selalu seperti ini; Banyak pekerjaan kantor yang menunggu papa, Ra. Baiklah.. meskipun papa tidak pernah menjelaskan secara spesifik-aku tahu jika papa sibuk, jadi aku hanya menyemangatinya sebagai balasan.

Tadi pagi-pagi sekali aku terbangun karena mimpi buruk. Si Tanpa Mahkota berhasil lolos dari Si Kembar Ngglanggeran dan Ngglanggeram. Puh. Aku bernapas lega karena itu hanya mimpi. Namun tetap saja itu membuatku cemas. Masih setengah sadar aku bergegas menelpon Ali.

Beberapa menit setelahnya, terdengar dengusan si biangkerok itu,
"ALI!" seruku langsung.

"Ini siapa?" tanya Ali dengan suara serak khas bangun tidur.

"Raib. Um, Ali, apakah si Tan-

"Astaga, Ra. Aku baru tertidur satu jam yang lalu. Dan kamu telah mengganggu tidurku. Berhasil merusak mimpi indahku. Mengapa kamu menelponku selarut ini, heh? Kamu merindukanku?"

Aku terdiam. Baru saja menyadari sesuatu.

"Um, Ra? Mengapa kamu diam? Eh, aku tadi hanya bercanda. Kamu tidak merusak mimpiku, kok. .... Ra? Kamu tertidur ya? Aku benar-benar hanya bercanda. Ra marah?"

"Tidak, Ali."

"Ah.. akhirnya kamu menjawabku. Ada apa,Ra? Apakah sesuatu telah terjadi?"

"Aku... tidak jadi. Maaf mengganggumu, Ali. Kututup ya.."

"Hei,tunggu-

Tut.
Aku dengan cepat memutuskan panggilan secara sepihak. Aku baru sadar satu hal. Di saat-saat seperti ini, aku malah menelpon Ali. Dan entah bagaimana rumusnya, aku malah melupakan Seli. Bukannya menelpon Seli, aku menelpon Ali?
Ah~ aku tahu! Ali kan genius. Jadi aku reflek menelponnya karena pasti si genius itu bisa memecahkan masalah. Ya, itu pilihan yang tepat, Ra.

Rintik air hujan mengenai dahi, membuat lamunanku buyar. Rupanya, sedari tadi aku hanya diam berdiri di depan gerbang. Aku melihat ke samping, beberapa siswa mulai berdatangan. Mereka berlari berusaha menghindari hujan. Aku pun memutuskan melakukan hal yang sama. Akan terlihat aneh bila aku hanya berdiri di tengah hujan-meski aku telah melakukannya barusan.

***

Akhirnya aku sampai di serambi kelasku. Aku mengeluh. Tanganku berusaha membersihkan air di rambutku-meskipun aku tahu itu percuma.

Masih sibuk, aku melihat ke depan. Halaman sekolahku basah terkena air hujan. Meskipun hanya gerimis, namun masih berhasil membasahi latar.

Tunggu! Aku melihat sesuatu di sana. Aku mematung. Pergerakan tanganku terhenti.

Splash. Splash.

Itu Ali. Ali menuju ke arahku! Menggunakan teknik teleportasi!! Argh, Ali bodoh!

Aku meremas jariku di tempat. Si biangkerok ini berulah lagi.

Plop. Ali tiba di depanku, tapi ia tak mengetahui keberadaanku. Tangannya sibuk mengacak rambutnya yang lepek terkena rintik hujan-sama sepertiku tadi.
Seperti biasa, penampilan Ali selalu jauh dari kata rapi. Bajunya keluar, tidak memakai dasi, tidak ada bet, dan lagi, rambutnya selalu berantakan. Ah iya, bisa jadi dia belum mandi. Eh

RaLi Couple ( RAIB dan ALI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang