5. Debaran yang tak kukehendaki

6.7K 444 201
                                    

RaLi Couple
#05

⚠ : Masih belum bosan mengingatkan, tolong tinggalkan jejak setelah membaca. Terimakasih. ♥

Selamat Membaca ✋


"AAAAAAAAAA...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

...AAA!!!" Teriakku yang tak begitu keras karena wajahku kututup dengan bantal. Suaraku teredam oleh bantal. Posisiku sekarang tengah tengkurap di kasur dengan seragam sekolah yang masih melekat di badan.

Aku mengganti posisiku menjadi terlentang. Lalu aku merengek kesal sambil memukul-mukul kasur dengan tangan, sedangkan kakiku kutendang-tendangkan ke segala arah. Aku kesal! Juga bingung..
Dan..... baru kali ini aku mengalaminya.

Aku bangkit dari kasur. Berjalan menuju balkon kamar, meninggalkan kondisi kamar yang semakin berantakan-yeah.. Akulah pelakunya.

Aku memandang langit dari balkon kamarku. Aku menghela napas. Kekesalanku perlahan-lahan menguap, tergantikan oleh rasa tenang. Langit seperti ini selalu menenangkan bagiku. Meskipun indahnya hanya sesaat.

Menyinggung hal itu, aku jadi teringat Ali lagi. Apakah jika dia memang menyukaiku, rasa itu hanya bertahan sebentar? Seperti langit yang mulai memunculkan semburat-semburat warna lain yang masih kupandangi sekarang. Apakah jika kami.. memang akan bersama di masa depan.. Hubungan kami hanya akan sesaat saja? Lalu Ali akan meninggalkanku dan aku akan menangis seperti di novel-novel??

Eh? Aku reflek memukul-mukul kepalaku. "Astaga, kau berpikir apa sih, Otak? Mengapa dari tadi hanya memikirkan si Biangkerok itu?! Huh. Sadarlah, Ra." Ucapku jengkel. Um, pada diriku sendiri tepatnya.

Itu tidak mungkin terjadi! Heh. Yang benar saja.. Ali itu sahabatku! Sahabat! Astaga.. Levelku tak serendah itu.

Aku mengusap dahi, dengan tangan lain yang berkacak pinggang, "Aku sudah gila."

Ah, tidak bisa begini. Aku tidak boleh memikirkannya terlalu sering. Sungguh, itu tidak baik untuk jantungku. Eh, memikirkan tentang itu.. Mengapa pula jantungku berdegup cepat sekali saat ini?
Aku meraba dada. Merasakan detak jantung yang semakin menggila. Seperti habis berperang dengan Si Tanpa Mahkota saja. Ah~ Itu mungkin akibat aku banyak polah daritadi. Tapi ish..

"ASTAGA!!" Pekikku seraya mengacak rambut. Mengubahnya menjadi rambut khas singa.

Aku berjalan cepat meninggalkan balkon. Aku menjatuhkan tubuhku ke kursi belajar. Lalu mulai membuka buku kumpulan soal-soal. Mencoba memecahkan satu persatu soal di sana.

"Tapi itu tidak sepenuhnya salah, kok."

Sial! Pipiku memanas lagi. Astagaa, aku benar-benar sudah gila!

"Heh. Tidak salah apanya! Jelas-jelas itu salah! Mengapa tidak menyalahkannya saja, sih!! Argh!" Gumamku.

5 menit berlalu, satu soal pun belum kuselesaikan. Paragraf pertama saja, belum selesai kubaca. Aku hanya mengulang kalimat yang sama setelah berhenti berpikir, lalu berpikir lagi, setelah itu membaca kalimat yang sama yang telah kubaca tadi, begitu seterusnya sampai 5 menit. Membuat kepala semakin puyeng.

RaLi Couple ( RAIB dan ALI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang