O4 • new feeling

6.1K 955 34
                                    

Selain terbiasa sendiri, aku juga terbiasa rindu tanpa dirindukan.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Pipi Haechan tak henti-hentinya memerah. Entah kenapa, mungkin karena baru diantar pulang Jaemin?






Jadi begini ceritanya. Hujan yang tadinya hanya gerimis tiba-tiba menjadi deras. Haechan tidak tau kenapa, karena biasanya hujan di Florence hanya sekedar gerimis. Wajah Haechan berubah muram, kalau begini meskipun jarak apartemennya dekat dengan coffee shop dia tetap tidak bisa pulang. Haechan itu benci membawa payung, ia lebih suka menunggu lalu berjalan menerobos ketika dirasa sudah cukup reda.


Haechan menghela nafas berat, bagaimana dia bisa pulang?






“Kamu mau pulang?” tanya Jaemin yang sedari tadi menatap Haechan yang terlihat gusar.

U-ugh, iya.” jawab Haechan.

Jaemin sedikit mendengus geli, kenapa lelaki didepannya ini selalu gugup?


“Tapi sepertinya, membutuhkan waktu sedikit lama untuk menunggu hujan reda. Kamu bawa kendaraan?” tanya Jaemin lagi. Tolong jangan bilang pada Stella jika Jaemin melakukan hal aneh seperti ini. Karena Jaemin yang Stella kenal adalah manusia berhati dingin dan enggan berhubungan lebih dengan orang baru.


Haechan menggeleng sebagai jawaban. Bagaimana mau punya kendaraan, untuk membayar sewa apartemennya saja ia masih kesusahan.

Jaemin melihat jam tangannya. Puk 16.46 ternyata sudah cukup sore.


“Sebentar lagi saya mau pulang, kamu mau saya antar?”

Siapapun bawa Jaemin ke dokter setelah ini.

Haechan menolehkan kepalanya kearah Jaemin, apa dia tidak salah dengar? Orang yang baru dikenalnya kurang dari satu jam menawarkan tumpangan?

“Ti-tidak perlu, aku bisa pulang sendiri.” jawab Haechan.

“Kamu yakin? Hujan diluar masih sangat deras, dan tolong berhenti gugup. Itu sedikit membuat saya tidak nyaman.” Jaemin mendengus pelan.

Haechan hanya bisa tersenyum canggung. Lalu mencoba menetralkan kegugupannya.


“Ah, maaf. Apartemenku dekat, mungkin aku akan menunggu sedikit lebih lama. Apa kamu mau pulang?” kalimat terpanjang Haechan setelah proses perkenalannya dengan Jaemin.

Jaemin mengangguk “Kalau kamu mau, saya bisa memberi tumpangan.” kata Jaemin.

Haechan ragu, apakah dia harus menerima tawaran Jaemin? Tapi mereka kan baru mengenal.


[i]  c-,off'ee bl-,end ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang