O3 • dua gelas

6.3K 1K 39
                                    

Kopi hangat yang kau seruput adalah sekarang. Dan, ampas kopi yang kau tinggalkan adalah kenangan.
.
.

 Dan, ampas kopi yang kau tinggalkan adalah kenangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Haechan berjalan menyusuri jalanan menuju apartemennya. Renjun tidak bisa menemaninya pulang karena harus menemani Jeno potong rambut.




Huft, menyebalkan.


Saat hendak menyebrang matanya menangkap coffee shop yang sekitar empat hari lalu dikunjunginya. Langit mulai mendung dan sedikit demi sedikit rintik hujan mulai turun. Haechan menghela nafas, ia suka hujan tapi ia tak suka dengan segala kenangan yang kembali dibawa hujan turun kemudian menyentuhnya.


Memang bukan salah hujan, salahkan saja seseorang yang membuat Haechan sedikit membenci hujan.

Mau tak mau kakinya melangkah masuk kedalam Caffè Rosanò; setelah memesan Haechan mengedarkan pandangannya. Hari ini cukup banyak yang datang, sampai hampir seluruh meja sudah terpenuhi.

Mata beruangnya terus mencari tempat kosong, dan akhirnya jatuh pada kursi pojok sebelah kanan. Tempat dimana Haechan melihat pria yang membuatnya terpesona empat hari lalu.


Kakinya melangkah menuju meja tersebut lalu mendudukan pantatnya ke kursi. Tak lama kemudian pesanannya datang. Haechan memandang semua pengunjung yang datang, sepertinya mereka dalam suasana hati yang baik. Melihat orang-orang bercengkrama hangat seperti itu membuat Haechan merasa miris. Betapa menyedihkannya dia yang hanya berteman dengan Renjun.

Buru-buru Haechan menepis pemikiran itu. Bukankah harusnya Haechan bersyukur karena masih ada yang mau menjadi temannya?




Haechan menatap gelasnya yang masih mengepulkan asap beraroma manis. Dia mengangkat gelas itu, meniupnya, lalu menyeruput sedikit dari isi gelas itu kemudian kembali diletakkan diatas meja. Matanya menelusuri jalanan yang sedang diguyur hujan lalu kembali menatap gelas kopinya.

Jari telunjuknya bergerak memutari bibir gelas, mencoba merasakan bagaimana sakitnya masa lalu yang masih ia bawa hingga sekarang di hatinya. Matanya memejam, menikmati aroma kopi yang berbeda bersahutan seolah saling menunjukkan kemolekan diri.





Aroma lain tiba-tiba masuk kedalam indra penciumannya. Ini jelas bukan aroma kopi, mana ada kopi beraroma oceanic? Aroma ini sedikit asing, tapi Haechan pernah mencium aroma ini.

[i]  c-,off'ee bl-,end ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang