Hai, aku merindukanmu.
Meski sebenarnya aku tahu, kau tak akan merindukanmu balik. Aku sendiri tak begitu yakin dengan perasaan rindu ku. Sudah lama sekali aku tak pernah merasakannya.
Sampai detik ini pun aku sejujurnya lupa rindu itu seperti apa.Rindu.
Kupikir perasaan sederhana yang menuntut seseorang untuk datang melalui temu. Tapi, dari hati terdalamku, aku sama sekali enggan bertemu lagi denganmu.
Aku hanya tak ingin mengulang masa lalu. Walaupun sebenarnya masa lalu bisa kita ubah menjadi masa depan. Tapi entah, berada di masa lalu bukan mimpi dan angan-angan ku yang patut Tuhan kabulkan.Aku hanya ingin menjalani masa depan dengan suasana yang berbeda, rasa yang berbeda dan dengan orang yang berbeda.
Kalau boleh aku lancang, aku tak ingin kau hadir lagi mengusik hidupku. Walaupun aku tahu niatmu hadir bukan sehina itu. Tapi kehadiranmu mengingatkanku tentang betapa kejamnya masa lalu.
Tentang masa-masa yang tak berpihak kepadaku. Tentang kau yang lebih memilih duniamu tanpa pedulikan ada gadis kecil yang dengan sangat menunggu sekecup senyum dari bibirmu."Kau dulu mendambakan aku, maafkan bila saat itu aku tak mengerti apa yang hati kecilmu harapkan. Tapi kita bisa mengukir kembali kisah lama itu, agar aku tahu kau tetap bisa mendambakan aku secara nyata dan terbalas."
Disaat itu dilemaku kambuh. Kau hadir disaat kau bukan lagi prioritas ku. Kau hadir disaat aku beranjak menjadi gadis dewasa, bukan gadis kecil lagi seperti yang kau lihat dulu. Disaat seperti ini aku merasa ada sesuatu di hatiku yang bergejolak, inginku menerimamu kembali, menjejaki setiap detak waktu yang terutang dulu. Namun hati kecil berkata, kau sudah dewasa, tahu dimana hatimu harus kau letakkan.
Masih banyak hal yang harus kau selesaikan. Mimpi-mimpi mu menunggu untuk terwujud, untuk saat ini bukan waktunya memadu kisah, apalagi kisah lama."...."