Kalut

3 0 0
                                    

Aku menyebutnya minggat.
Orang lain punya definisi sendiri, itu tak masalah buatku.
Karena aku sendiri tau, definisi yang kubuat tak selamanya benar.

Mungkin ini sepele buat kalian. Tapi buatku hal ini punya pengaruh besar buatku dimasa depan. Paling tidak sebagai pembelajaran bahwa aku tak boleh lari dari masalah.

Agustus.
Awal dari permasalahan itu mulai menghantuiku. Tiba-tiba datang, memberi deadline, secara mendadak. Gegabah. Membuat ku merasa bahwa selama ini mentalku masih dibawah rata- rata. Aku kurang dalam memberi tantangan pada diriku sendiri, sampai pada kondisi ini aku down, mentalku kocar-kacir.

Dan itu cukup menguras kapasitas otakku.

Aku dituntut untuk berpikir keras, jauh lebih keras dari biasanya. Untuk hal ini aku masih bisa mengatasi nya. Tapi untuk mengeksekusi sebuah tindakan yang masih awam buatku, itu tantangan terberatku. Terlebih lagi aku harus berhadapan lagi dengan masa laluku. Hmmm, terimakasih telah mengisi satu mingguku dibulan agustus ini dengan limpahan depresi.
Aku menikmatinya.

...
Sebenarnya aku tak pernah sekalut ini. Satu minggu belakangan ini aku mengalami susah tidur. Padahal biasanya aku paling ahli dalam hal memejamkan mata, dikasur.

Otakku berkata:"Ini baru awal, masih ada waktu-waktu lain lagi yang bukan hanya menguras otakmu, tapi hati dan dompetmu juga. Jadi tenanglah, kau hanya perlu menghadapi nya, dengan biasa, rasa santaimu. Kau punya stok rasa santai yang luar biasa banyak. Pergunakan dengan baik. "

Dan untungnya sisi rasionalku cukup tinggi. Malam ini aku memutuskan dua hal:
Aku harus menghadapinya dengan santai, seperti biasa yang kulakukan. Atau.
Aku harus mulai menerapkan materi negosiasi,dan sedikit pledoi untuk pembelaanku nanti.

Satu yang pasti; aku tidak boleh diam saja.

Memorabilia SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang