Memories Of You

1.9K 142 9
                                    

"Kita akan kembali ke Korea lusa. Pilih barang-barang yang akan kamu bawa dan tinggalkan sisanya. Kita akan membeli barang-barang baru begitu sampai di Korea."

Ibu Jisoo keluar dari kamar dan membiarkan Jisoo menyusun barang-barangnya. Telah 10 tahun berlalu sejak mereka meninggalkan Korea.

Jepang tidaklah buruk, Jisoo senang tinggal di sini. Namun ibunya tak bisa melupakan Korea, kampung halaman mereka. Pulang ke rumah juga tak begitu buruk. Mereka sudah menemukan apartemen untuk ditinggali. Mereka akan memulai hidup yang baru, karena kehidupan masa lalu mereka di Korea sedikit traumatis.

Jisoo melihat sekitar kamarnya, memindai barang apa yang memang ia perlukan. Ia memulai dari lemari pakaiannya. Dia hanya memilih beberapa pakaian karena bisa saja style di Korea sedikit berbeda. Dia akan membeli pakaian baru nanti. Ia mengepak pakaiannya di salah satu koper miliknya.

Jisoo mengepak buku-bukunya juga, bukunya yang berharga. Sedih karena ia harus meninggalkan beberapa bukunya di sini. Terlalu banyak jika ia harus membawanya semua. Satu koper tidaklah muat, dan ia hanya punya dua koper. Ia harus memilih barang-barangnya dengan bijak.

Di antara buku-buku tersebut, Jisoo menemukan sebuah buku harian. Ia tidak ingat dengan buku harian ini karena ia meletakkannya di tumpukan paling bawah. Buku harian itu terlihat tua, namun sampulnya masih bagus. Ia meletakkan buku yang lain di atas meja dan mulai membaca buku hariannya. Di halaman pertama terdapat sebuah foto.

Jisoo merasakan sesuatu di dalam dirinya saat ia melihat foto tersebut. Ada sebelas orang mengenakan seragam SMA, tujuh anak laki-laki dan empat anak perempuan. Dia adalah satu dari keempat anak perempuan tersebut. Dia tidak bisa mengingat kapan foto itu diambil. Tapi ia ingat mereka semua dulu begitu dekat.

Matanya mulai menyisir foto itu.

"Jennie, Rose, Lisa..."

Ia mencoba mengingat anak laki-laki.

"Jaebum, Mark, Jackson, Bambam, Youngjae, Yugyeom..."

Ia menahan tangisnya.

"... Jinyoung."

Hatinya sakit, dan ia tak mampu bertahan lagi. Ia menangis.

Sudah 10 tahun berlalu, waktu yang cukup lama untuk melupakan seseorang. Jisoo berusaha sangat keras untuk melupakan semua tentang anak laki-laki itu. Mengapa dia harus menemukan buku harian ini lagi setelah semua usahanya? Ia gagal. Faktanya, Jisoo tak bisa melupakannya. Fakta lainnya, Jisoo masih mencintainya.

Jisoo membuka halaman berikutnya dan tiba-tiba saja segala kenangan kembali ke pikirannya seperti air terjun. Wajahnya, matanya, kata-katanya, perlakuannya terhadap Jisoo; ia mengingat semuanya. Ia hanya bersikap baik kepada Jisoo. Ia sangat dingin terhadap anak perempuan lain.

Ia juga berbicara pada Jennie, Rose dan Lisa. Tapi Jisoo selalu menjadi gadis favoritnya. Semua orang tau tentang hal itu, terutama keenam teman dekatnya. Mereka suka menggodanya jika itu tentang Jisoo. Tapi hanya sampai disitu. Ia tidak pernah menyatakan perasaan apapun kepada Jisoo, membuat Jisoo bingung.

Jisoo hanyalah seorang siswa biasa. Dia menjadi terkenal setelah berteman dengan Jennie, siswa super kaya di sekolah. Jisoo adalah siswa terpintar di kelasnya, tapi juga seorang kutu buku yang kuper. Jennie menyukai siswa pintar lalu dia meminta Jisoo untuk menjadi temannya.

Jennie hanya berteman dengan Rose dan Lisa sejak SMP, lalu Jisoo bergabung dengan kelompok itu. Kemudian, semua orang di sekolah menjuluki mereka sebagai Fantastic Four. Selain Fantastic Four, ada juga 7 Keajaiban Dunia. Itu adalah Jaebum dan teman-temannya.

Sudah biasa jika siswa populer berteman dengan siswa populer yang lain. Dan itu berlaku bagi Fantastic Four dan 7 Keajaiban Dunia. Mereka suka bermain bersama tak hanya di kantin sekolah, tapi juga di luar sekolah.

Jisoo adalah gadis pendiam. Meskipun ia berteman dengan gadis-gadis populer tidak membuatnya menjadi seseorang yang menarik perhatian. Namun, anak laki-laki begitu segan padanya. Jennie selalu mentraktirnya karena dia tidak kaya raya seperti tiga temannya.

Ibu Jisoo adalah orang tua tunggal dengan banyak hutang setelah ayahnya meninggal. Jisoo merasa tidak pede di antara tiga temannya, namun mereka begitu menyayanginya. Perlahan, ia mulai bisa berinteraksi dengan anak laki-laki kecuali satu yang bernama Jinyoung.

Jisoo bisa melihat Jinyoung begitu senang saat bertemu teman-temannya, tapi sangat berhati-hati terhadap perempuan. Dia tidak terlalu sering berinteraksi dengan perempuan. Bahkan Jennie, Rose dan Lisa tidak bisa dekat dengannya. Meskipun sering main bersama, Jinyoung sangat jarang mengobrol dengan anak perempuan.

Jinyoung bahkan tidak berbicara banyak dengan Jennie, maka Jisoo tidak mau mencoba peruntungannya. Keenam anak laki-laki lain begitu ramah padanya maka itu sudah cukup. Namun apa yang terjadi berikutnya begitu berbeda. Jisoo menemukan bahwa Jinyoung juga adalah seorang kutu buku, sama sepertinya.

Jisoo sering melihat Jinyoung di perpustakaan, membaca sesuatu. Tapi dia tidak memiliki keberanian untuk menyapanya maka dia hanya duduk di suatu tempat dan membaca bukunya. Suatu hari, Jinyoung duduk di depannya dan menyapanya.

"Apa yang sedang kau baca?" tanya Jinyoung.

Awalnya, Jisoo tidak menjawab pertanyaannya. Dia melihat ke kanan dan kiri, memastikan bahwa Jinyoung sedang berbicara kepadanya, bukan kepada orang lain. Perlahan, ia mengangkat buku dan menunjukkan sampulnya kepada Jinyoung. Jinyoung melakukan hal yang sama, ia menunjukkan bahwa mereka membaca buku yang sama.

"Aku sering melihatmu di sini. Mana yang lain?" Jinyoung bertanya lagi.

Jisoo tau kalau Jinyoung bertanya tentang Jennie, Rose dan Lisa. "Di kantin, mungkin."

"Mungkin?" Jinyoung menggoda.

Itu adalah pertama kalinya Jinyoung tersenyum pada Jisoo setelah berteman berbulan-bulan.

"Mereka tidak suka membaca buku, kurasa teman-temanmu juga," kata Jisoo.

Jinyoung mengangguk. "Tepat sekali. Mereka suka bermain game, dan aku payah soal itu. Jadi aku menghabiskan hampir seluruh waktuku di sini."

Dia tidak terlihat kuper sama sekali, justru dia memiliki banyak penggemar.

Jinyoung sangat populer di sekolah karena pembawaannya yang dingin. Dia tidak peduli pada siapapun kecuali keenam sahabatnya. Banyak anak perempuan yang ingin mendekati Jinyoung hanya untuk mendapatkan tatapan tajam darinya. Anehnya, itu tidak membuat mereka menyerah. Mereka justru berusaha semakin keras.

Itulah mengapa Jinyoung menghabiskan banyak waktunya di perpustakaan. Dia merasa tidak nyaman karena anak-anak perempuan itu. Itulah saat dia mulai suka membaca buku, dan ia menyadari bahwa itu sangat menyenangkan. Lalu setelah Jennie dan kawan-kawan berteman dengan sahabat-sahabatnya, ia bertemu Jisoo.

Jinyoung tidak memperhatikan Jisoo pada awalnya. Baginya, perempuan adalah perempuan. Hampir semua dari mereka sangat mengganggu. Namun kemudian, pendapatnya berubah. Meskipun Jisoo berteman dengan anak-anak populer, dia tetap tampil sederhana. Membuatnya terlihat berbeda.

TBC

Now. Here. Us. | JinJiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang