He Likes Me or He Likes Me Not?

727 98 0
                                    

Siswa di kelas mulai saling berbisik-bisik. Jisoo menunduk, merasa malu. Rose dan Lisa juga tampak terkejut.

"Serius?" Lisa meyakinkan.

Jennie, Rose dan Lisa sudah berteman dengan 7 Keajaiban Dunia sebelum Jisoo bergabung dengan mereka. Maka mereka sangat tau orang seperti apa Jinyoung itu. Jaebum dan yang lainnya selalu berkata jangan diambil hati tentang tingkah laku Jinyoung yang dingin terhadap mereka.

Tentu saja mengagetkan melihat Jisoo dengan Jinyoung.

"Kamu berhutang penjelasan kepada kami, Jisoo," ucap Jennie saat guru memasuki kelas.

Jisoo masih tak mengerti. Mengapa teman-temannya sangat penasaran dengan dirinya dan Jinyoung. Siswa lain di kelas juga penasaran padanya.

Jennie menjadi bersemangat saat sekolah selesai. Dia tidak bisa fokus pada pelajaran karena keingintahuannya dan Jisoo tampak tak peduli akan hal itu.

"Kamu punya janji pada kami, Jisoo," Jennie mengingatkan.

Jennie, Rose dan Lisa menatap Jisoo seakan-akan mereka ingin menyerangnya.

"Kenapa kalian terlalu penasaran dengan Jinyoung?" Jisoo tak paham.

Para gadis memutar bola mata mereka.

"Kamu benar-benar tidak tau bagaimana dinginnya Jinyoung?" tanya Rose.

"Dia tidak peduli pada siapapun kecuali teman-temannya," tambah Lisa.

"Tapi kalian semua adalah temannya," kata Jisoo.

"Apa kamu pernah melihat kami berinteraksi dengannya?" tanya Jennie.

Jisoo menggeleng. Bukan karena dia tidak tau, tapi karena dia tidak pernah melihat satupun dari temannya berinteraksi dengan Jinyoung.

"Dia tidak suka anak perempuan. Semua siswa di sekolah tau tentang itu. Tapi dia berubah karena kamu, Jisoo."

"Ow, tunggu tunggu. Kamu tidak bisa membuat kesimpulan seperti itu, Jen." Jisoo bereaksi. "Hanya karena dia mengantarku ke kelas bukan berarti dia berubah. Aku dan dia hanya memiliki minat yang sama. Itu saja, tidak ada yang istimewa," jelas Jisoo.

"Minat apa?" tanya Lisa.

"Buku," jawab Jisoo.

"Itu sebabnya kamu bertemu dia di perpustakaan," Jennie menyimpulkan.

"Kamu bertemu dia di perpustakaan? Hanya hari ini atau?" tanya Rose.

"Jika tidak salah sudah dua pekan," jawab Jisoo.

Para gadis mulai menggila.

"Ya Tuhan, Jisoo. Kenapa kau tidak cerita pada kami!"

Lisa hampir saja menyerang Jisoo ketika dia mengingat sesuatu.

"Saat kita ke kantin, Jisoo dan Jinyoung tidak pernah ada di sana, kan? Itu karena kalian berdua bertemu di perpustakaan. Hanya kalian berdua!" Lisa tidak bisa menahan dirinya sendiri. Dia sangat terkejut tapi sekaligus juga senang.

Hanya Jisoo yang tidak paham apa yang sedang terjadi. Jennie, Rose dan Lisa terlihat sangat senang. Itu seperti hari pernikahan mereka.

"Tolong katakan pada kami kalau Jinyoung berbicara padamu," Jennie memohon.

"Tentu saja, kami membicarakan banyak hal."

Para gadis berteriak senang.

"Aku ingin tau apa yang ia katakan sebelum kalian pergi ke kelas?" Rose juga memohon.

"Dia bilang, dia rasa aku bisa masuk ke dalam hatinya walau tanpa izin darinya," Jisoo menjawab jujur.

Lisa hampir pingsan. Jennie memeluk Rose, hampir menangis. Jisoo hanya tertawa melihat reaksi mereka.

"Jisooooo... Kamu benar-benar memenangkan hati Jinyoung. Aku pikir hari ini adalah hari kiamat tapi ternyata hanya hari Jinyoung jatuh cinta." Jennie bersiap untuk berdansa di udara tetapi Jisoo menangkap tangannya dan memintanya untuk duduk kembali.

"Tidak, dia tidak jatuh cinta," Jisoo berusaha mengonfirmasi.

"Tunggu, teman-teman. Kita harus tenang. Mungkin Jinyoung tertarik pada Jisoo. Tapi jika dia tidak menyatakan perasaannya, kita tidak bisa menyimpulkan apapun," Lisa berkata bijak.

"Akhirnya ada yang masih waras," Jisoo mendesah.

"Tapi aku bisa bilang Jisoo cukup istimewa untuknya," kata Rose.

"Yah, aku rasa juga begitu. Jaebum bilang padaku bahwa Jinyoung tidak menyukai anak perempuan karena ada seseorang yang pernah mematahkan hatinya. Ia pasti membenci anak perempuan," jelas Jennie.

"Jinyoung juga menceritakan itu padaku," Jisoo mengakui.

Para gadis terlihat kembali terkejut.

"Aku sudah bilang dia istimewa untuknya!"

"Jisoo, dengarkan aku. Jika seorang anak laki-laki menceritakan padamu tentang masa lalunya, itu berarti dia mempercayaimu. Kepercayaan dari seseorang lebih susah didapat daripada hatinya. Laki-laki bisa memberikanmu hatinya, tapi tidak kepercayaannya. Tapi jika dia memberikanmu kepercayaannya, maka akan lebih mudah untuk mendapatkan hatinya."

Lisa sangat bijak hari itu. Jennie dan Rose tak bisa tidak setuju dengannya.

"Jika aku menceritakan ini pada Jaebum atau yang lain, mereka juga pasti akan kaget seperti kita," kata Jennie.

"Tidak. Mereka pasti akan bereaksi berlebihan." Rose membenarkan. "Aku rasa mereka akan mendorong Jinyoung ke kolam renang atau semacamnya."

Para gadis selain Jisoo tertawa keras membayangkannya. Jisoo merasa tak nyaman. Dia tidak ingin Jinyoung mendapat masalah karena ini. Harusnya ia diam saja sejak awal.

Lisa menyadarinya. "Tidak, Jisoo. Kami tidak mau kamu banyak berpikir tentang ini."

Jennie dan Rose berhenti tertawa.

"Maaf, kami tidak bermaksud begitu. Mari berhenti membahas ini, oke? Kami tidak akan membahas ini lagi jika kamu tidak mau," Jennie merasa menyesal.

"Kami minta maaf, Jisoo."

Para gadis memeluk Jisoo, membuatnya merasa lega. Dia tidak ingin berpikir bahwa Jinyoung menyukainya. Mereka hanyalah teman.

Tapi penyesalan tersebut hanya berlangsung satu hari. Keesokan harinya, para gadis kembali menggila karena Jinyoung menghampiri Jisoo di kantin karena ia tidak bisa menemukan Jisoo dimanapun di perpustakaan.

"Kamu di sini ternyata," kata Jinyoung. "Lain kali aku akan mentraktirmu makan." Ia pergi setelah itu.

"Ya Tuhan... Ya Tuhan!" Jennie mengguncang bahu Jisoo kuat-kuat.

Wajah Jisoo berubah merah seperti tomat. Rose sangat kaget sampai tidak bisa mengatakan apapun.

"Apakah itu nyata?" Lisa bertanya tidak percaya.

"Dia punya perasaan pada Jisoo, aku berani jamin," Rose menyimpulkan.

"Hanya karena ia ingin mentraktirku bukan berarti dia punya perasaan padaku," Jisoo berkelit.

"Jika itu Jackson yang suka mentraktir anak perempuan, kami tidak akan bereaksi seperti ini, Jisoo. Tapi ini Jinyoung, JINYOUNG! Aku tidak pernah melihat dia berbicara dengan anak perempuan tapi dia ingin mentraktirmu!" kata Jennie.

"Aku tidak bisa menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya antara kamu dan Jinyoung. Aku bisa merasakan ini akan menjadi makin menyenangkan," kata Lisa percaya diri.

"Percayalah, Jisoo. Jika Jinyoung merasakan sesuatu untukmu, itu akan menjadi perasaan yang paling tulus. Dia bukan tipe laki-laki yang suka menggoda perempuan."

"Tepat sekali," Rose setuju. "Tenang saja dan nikmati prosesnya."

Rose benar. Jika Jinyoung memiliki sesuatu untuk Jisoo, mereka bisa saja menjalin hubungan. Tapi jika tidak, mereka masih tetap bisa berteman. Tidak ada ruginya. Maka para gadis membiarkan Jisoo bertemu Jinyoung lebih sering.

TBC

Now. Here. Us. | JinJiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang