Meet You At The Library

917 103 4
                                    

Sama seperti Jinyoung, Jisoo suka menghabiskan waktunya di perpustakaan. Dia hanya ikut bersama temannya ke kantin jika mereka memaksanya. Ketika dia melihat Jinyoung di perpustakaan, dia selalu gugup untuk menyapanya karena ia mengira mereka tidak begitu dekat.

Sebenarnya, Jinyoung juga melihat Jisoo ketika ia ke perpustakaan. Dia ingin menyapanya namun ia pikir anak perempuan lain sedang bersamanya. Maka Jinyoung hanya membiarkannya dan membaca bukunya sendiri. Kemudian ia tau bahwa Jisoo selalu datang ke perpustakaan sendirian.

Suatu hari Jinyoung melihat Jisoo di perpustakaan dan menghampirinya. Ia duduk di depannya, dipisahkan oleh meja. Jisoo menyadari ada seseorang yang sedang duduk dan menatap dirinya. Itu adalah Jinyoung. Orang yang berada di daftar terakhir untuk berbicara dengannya.

"Apa yang sedang kau baca?"

Itu adalah pertama kalinya mereka saling mengobrol. Mereka akhirnya menemukan sesuatu yang lebih menyenangkan daripada membaca. Mungkin karena mereka memiliki minat yang sama. Maka percakapan mengalir begitu saja. Mereka tidak pernah membuat janji untuk bertemu di perpustakaan, mereka hanya bertemu saja.

Jisoo duduk di kursi sebelah jendela dan kemudian Jinyoung bergabung dengannya. Mereka duduk bersebelahan, memegang buku mereka sendiri. Mereka hanya duduk diam di sana beberapa lama, fokus pada cerita. Hari berikutnya mereka mendiskusikan tentang buku tersebut, bertukar pengetahuan dan opini.

"Bagaimana jika Sherlock Holmes tidak memiliki Dr. Watson sebagai temannya, apakah dia akan menjadi terkenal dan mendapatkan banyak kasus?" tanya Jinyoung.

Jisoo membalas, "Aku rasa iya karena dia sangat brilian. Holmes dapat hidup dan melakukan apapun yang ia inginkan sendirian."

"Benarkah?" Jinyoung tampak ragu.

"Tapi dia akan kesepian." Jisoo mengatakan itu dengan menatap langsung ke mata Jinyoung. "Kamu akan kesepian jika kamu tidak mengizinkan siapapun untuk masuk ke dalam hatimu."

Mereka saling bertatapan sampai Jisoo menyadari apa yang baru saja ia katakan.

"Oh, maaf. Maksudku adalah Holmes, bukan kamu." Jisoo mengalihkan pandangannya dan membuka buku di tangannya secara acak.

"Menurutmu aku kesepian?" Jinyoung bertanya padanya.

"Kamu punya 7 Keajaiban Dunia," jawab Jisoo.

"Bukan itu maksudku."

Jisoo melihat Jinyoung kembali. Ia tidak menyadari betapa dekatnya mereka duduk sekarang. Dia dapat merasakan napas Jinyoung menyapu wajahnya. Dia tidak bisa mengatakan apapun, otaknya membeku.

"Siapa yang menurutmu bisa masuk ke dalam hatiku, meski tanpa izin dariku?"

"Ibumu?" Jisoo menjawab dengan polos.

Jinyoung terkekeh. Dia tidak menduga jawaban itu darinya. Belakangan, ia menemukan bahwa Jisoo sangat lucu dan menggemaskan. Dia sangat terus terang. Dia hanya mengatakan apa yang ingin ia katakan. Jisoo terlihat bingung dengan respon Jinyoung.

"Apa?" tanya Jisoo tidak mengerti.

Jinyoung masih tertawa keras dan Jisoo mulai mengaguminya karena ia tidak pernah tertawa seperti ini sebelumnya di depannya. Dia hanya tersenyum pada apapun. Tapi dia terlihat sangat bahagia hari ini. Jisoo penasaran apakah ia alasannya.

"Kamu tau, kamu membuatku merasa sangat bahagia hari ini," Jinyoung menyatakan.

Jisoo merona. Dia benar. Jinyoung bahagia karena dirinya. Dia tidak dapat menahan senyumnya.

"Belum pernah ada orang yang bilang begitu padaku," kata Jisoo.

"Apakah itu hal yang bagus?" tanya Jinyoung.

Jisoo mengangguk. Dia bahkan tidak mampu melihat Jinyoung. Dia berpura-pura membaca bukunya, tapi Jinyoung tau dia tidak sedang membaca.

"Apa kamu punya pacar? Atau mantan pacar?"

Jisoo menggeleng. "Tidak keduanya. Bagaimana denganmu?"

"Aku punya satu di masa lalu."

"Apa yang terjadi?" Jisoo penasaran.

"Hubungannya tidak berjalan dengan baik. Tapi kami juga tidak pernah menyatakan tentang putus. Itu yang membuat diriku berhati-hati terhadap perempuan. Karena mereka dapat membuat seseorang jatuh cinta pada mereka, dan mereka dapat pergi begitu saja seperti tak ada kejadian."

"Aku tidak pernah jatuh cinta seperti itu kepada perempuan. Dialah yang pertama, dan pada masanya itu membuatku sangat bahagia. Aku bisa bertemu dengannya setiap hari tanpa merasa bosan. Setelah aku jatuh begitu dalam, dia meninggalkanku. Sampai sekarang aku tidak tau alasannya. Aku tidak bisa menghubunginya sehingga aku tidak bisa bertanya."

"Ia memblokir nomorku. Aku merasa sekarat di dalam diriku. Sekarang sudah sulit bagiku untuk mempercayai seorang perempuan lagi. Maka aku hanya menghindari mereka karena aku tidak ingin mengalami hal yang sama lagi. Tapi menurutku kamu berbeda. Kamu tidak terlihat seperti mereka."

"Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Jisoo.

"Karena kamu tidak berusaha keras untuk mendapatkan perhatian dari teman-temanku. Bagimu, jika mereka ingin berteman denganmu, ya sudah. Tapi jika mereka tidak mau, tidak masalah. Benar kan?"

"Apakah itu hal yang bagus?" Jisoo menanyakan pertanyaan yang sama.

Jinyoung tersenyum. "Itulah yang disukai oleh laki-laki dari seorang perempuan. Perempuan yang hanya memberikan perhatian kepada laki-laki tertentu, tidak semua laki-laki."

"Tapi aku jarang berbicara dengan orang lain. Dulu Jennie yang berbicara padaku lebih dulu, kemudian aku menjadi temannya. Dengan Rose dan Lisa juga," Jisoo menjelaskan.

"Lalu kenapa kamu bicara denganku? Karena aku yang bicara padamu duluan? Sebenarnya kamu bisa menghindari aku, Jisoo. Tapi kamu malah menjadi temanku."

Jisoo tak bisa menjawab. Apa yang terjadi dengan atmosfernya? Mereka saling bertatapan lagi, tidak menemukan kata apapun untuk diucapkan.

"Bagaimana denganmu? Jika kamu selalu berhati-hati terhadap perempuan, kenapa kamu bicara denganku? Kamu bisa tetap menghindariku seperti yang kamu lakukan ke anak perempuan lain."

"Kamu membuatku nyaman. Seperti yang kubilang, kamu berbeda Jisoo. Aku belum pernah melihatmu sebagai gadis yang mengganggu. Aku rasa..."

Jinyoung diam, membuat Jisoo penasaran apa yang akan ia katakan selanjutnya. Dia menunggu.

"... Kamu bisa masuk ke dalam hatiku tanpa izin dariku."

Bel masuk berbunyi, tanda pelajaran selanjutnya akan dimulai. Jinyoung berdiri dan meletakkan buku di atas meja.

"Kamu ikut?" tanyanya.

Jisoo mengikuti langkah Jinyoung dan mereka berjalan ke kelas dalam diam. Mereka tidak berada di kelas yang sama, maka Jinyoung mengantar Jisoo ke kelasnya terlebih dahulu. Dia pergi ke kelasnya setelah itu.

"Tunggu, itu Jinyoung?" Jennie bertanya pada Jisoo setelah ia duduk.

Jisoo mengangguk dan mulai mempersiapkan alat tulisnya.

"Bagaimana bisa dia mengantarmu ke kelas?" Jennie tampak terkejut.

"Kami bertemu di perpustakaan," jawab Jisoo.

"Dan?" Jennie tidak puas dengan jawabannya.

"Dan apa?" Jisoo bingung.

"Apakah ini hari kiamat atau apa?" Jennie hampir berteriak, membuat Rose dan Lisa melihat ke arahnya.

"Ada masalah apa, Jen?" tanya Rose.

"Kamu tidak lihat siapa yang bersama Jisoo saat dia masuk ke kelas?" tanya Jennie ke Rose dan Lisa.

Mereka berdua menggeleng.

"Itu Jinyoung, demi Tuhan!" Jennie sudah berteriak sekarang, membuat separuh kelas melihat kepadanya.

TBC

Now. Here. Us. | JinJiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang