Back To Korea

639 92 1
                                    

Jisoo mengepak beberapa pakaiannya, tidak semua. Dia tidak menggunakan koper karena itu akan memperlambatnya jadi dia hanya membawa ranselnya. Dia menjaga kamarnya tetap rapi agar tidak ada yang menduga mereka pergi. Kemudian dia melihat buku-buku di atas meja. Beberapa buku adalah buku Jinyoung dan ada buku hariannya.

Jisoo mengambil buku harian itu dengannya dan meninggalkan buku-buku lainnya. Ketika dia hendak keluar dari kamarnya dia berhenti. Dia melihat kembali ke buku Jinyoung. Dia mengambil semuanya. Dia membuka halaman pertama dari salah satu buku dan menulis sesuatu di sana. Tidak peduli apakah Jinyoung akan menemukannya atau tidak.

Jisoo dan ibunya selesai berkemas dan melihat keluar terlebih dahulu. Saat itu hampir tengah malam dan lingkungan sudah sepi. Sepertinya waktu yang aman untuk pergi. Mereka membawa barang-barang mereka dan meninggalkan rumah. Sebelum itu, Jisoo meletakkan buku Jinyoung di pintu depan.

Jisoo memikirkan banyak hal dalam perjalanan mereka. Dia tidak pernah berharap hidupnya akan jadi seperti itu. Dia masih berusia tujuh belas tahun dan sudah mengalami mimpi yang sangat buruk. Dia memikirkan Jennie, Rose dan Lisa. Dia benar-benar ingin mengucapkan selamat tinggal, tetapi itu adalah cara terbaik untuk pergi.

Kemudian Jisoo memikirkan tentang para lelaki. Mereka sangat baik padanya. Mereka tidak memperlakukannya sebagai teman Jennie, Rose, atau Lisa. Tapi mereka memperlakukannya sebagai Jisoo. Dia beruntung memiliki teman baik seperti mereka semua. Kemudian dia memikirkan tentang Jinyoung, cinta pertamanya. Dadanya sakit.

Jisoo hanya berharap satu hal. Semua temannya akan hidup bahagia dan memiliki masa depan yang cerah. Dia tidak bisa mengatakannya kepada mereka tetapi dia membisikkannya di dalam hatinya. Dan hal terakhir, dia berharap Jinyoung akan bahagia dengan Nayeon. Jinyoung akan melupakannya, dan begitu juga dirinya.

...

Jisoo telah selesai membaca buku hariannya. Sangat emosional. Sudah sepuluh tahun tapi dia masih belum bisa move on dari ini. Dia melihat foto itu lagi. Dimana mereka sekarang? Apakah mereka menjalani kehidupan yang bahagia? Satu-satunya yang dia tahu sekarang adalah Jennie. Jennie selalu menjadi gadis populer.

...

"Aku tidak percaya kamu pergi besok," kata Sana sambil duduk di sebelah Jisoo.

Jisoo tersenyum kepada rekan kerjanya. Hari ini adalah hari terakhir dia bekerja.

"Aku akan sangat merindukanmu. Bukan hanya sebagai teman, tetapi juga sebagai rekan kerja. Aku tidak bisa membayangkan bekerja dengan orang lain," rengek Sana.

Jisoo terkekeh. Dia tahu apa artinya itu. Sebelum dia bergabung dengan perusahaan ini, Sana mengganti rekan kerjanya berkali-kali. Dia adalah arsitek terbaik di sini dan jika dia tidak suka cara rekan kerjanya bekerja, dia akan meminta CEO untuk mengganti partner-nya. Jisoo adalah satu-satunya yang berhasil bertahan.

"Kamu akan menemukan seseorang yang lebih baik dariku," Jisoo membujuk Sana.

"Berhentilah mengatakan seseorang lebih baik daripada kamu. Kamu yang terbaik, dalam hal apa pun. Kamu bisa percaya kata-kataku," Sana menjelaskan.

"Aku yang terbaik dalam hal meninggalkan orang," kata Jisoo.

"Tolong berhenti mengatakan itu, Jisooooo!" rengek Sana lagi.

Sana lebih dari sekadar rekan kerja untuk Jisoo. Mereka sudah seperti saudara. Dia berbicara tentang segalanya kepada Sana, termasuk masa lalunya. Sana juga melakukannya. Jadi Sana benar-benar tau alasan mengapa Jisoo pindah ke Jepang sepuluh tahun yang lalu. Dia juga tau Jennie, superstar dari Korea, adalah sahabat Jisoo.

"Apakah kamu sudah membeli tiket fan meeting-nya?" tanya Sana.

"Ya, dengan uang terakhir yang kupunya," Jisoo tertawa.

"Kamu akan bekerja segera setelah tiba di Korea kan?" Sana khawatir tentang keuangan Jisoo.

"Ya! Aku akan menjadi arsitek terbaik di perusahaan itu karena kamu tidak ada di sana."

Jisoo menggoda Sana tentang pekerjaan mereka. Ketika Jisoo dan ibunya tiba di Jepang, dia membutuhkan setidaknya satu tahun untuk beradaptasi. Dia melanjutkan studinya setelah dia bisa berbicara bahasa Jepang dengan lancar. Dia belajar keras untuk memenangkan beasiswa untuk fakultas arsitek di sebuah perguruan tinggi bergengsi.

Dia melakukan pekerjaan paruh waktu untuk membantu ibunya yang bekerja di restoran pamannya. Perlahan, mereka membayar hutang mereka. Setelah lulus, Jisoo mencoba bekerja sebagai arsitek di sana-sini. Dia sangat berbakat sampai mendapat tawaran dari perusahaan besar. Dia bertemu Sana dan bekerja untuk proyek-proyek besar.

Karena hutang itu, Jisoo dan ibunya tidak bisa menikmati uang yang didapatnya. Ketika hutangnya lunas, ibunya menyarankan untuk menabung sehingga mereka bisa membeli apartemen secara tunai. Dia trauma dengan hutang itu. Akhirnya mereka bisa membeli apartemen di Korea dan membuat rencana untuk pulang.

"Jadi, kamu akan bertemu Jennie di fan meeting?" Sana bertanya.

"Aku ragu dia masih ingat aku. Mungkin aku akan datang terlambat untuk melihat penampilan penutupnya saja," jawab Jisoo.

"Kamu menghabiskan uang terakhirmu hanya untuk datang terlambat? Luar biasa!"

"Haruskah aku membawakannya hadiah?"

"Apa yang dia suka?"

"Dia dulu suka Jaebum." Jisoo tersenyum mengingatnya.

"Apa?" Sana bertanya.

"Itu nama seseorang. Jennie dekat dengan Jaebum saat SMA."

Jisoo menunjukkan sebuah foto kepada Sana.

"Ini Jaebum," dia menunjuk Jaebum.

"Dan ini Jinyoung," dia menunjuk Jinyoung.

"Dari mana asal foto ini?" tanya Sana.

Ini adalah pertama kalinya Jisoo menunjukkan foto itu padanya.

"Aku menemukannya di buku harianku semalam. Aku hampir melupakannya."

"Wow, kamu dan Jennie sudah sangat cantik sejak muda. Kuharap Jennie masih mengingatmu."

Jisoo tersenyum. "Aku harap begitu."

"Dan tentang Jinyoung, apakah kamu ingin bertemu dengannya juga?"

Jisoo tidak segera menjawab. Dia tidak tau di mana Jinyoung sekarang. Dia mungkin dalam dinas militer atau sudah menikah.

"Aku ingin menjalani kehidupan baru di Korea." Dia hanya bisa mengatakan itu.

"Aku mengerti," Sana tersenyum.

"Setidaknya kamu membuat akun media sosial. Jadi aku bisa melihat aktivitasmu. Tidak ada yang akan mengganggumu lagi setelah hutang itu lunas. Kamu bisa menunjukkan dirimu kepada dunia sekarang," saran Sana.

Jisoo setuju dengannya. "Mari kita buat satu!"

Sana membantu Jisoo membuat akun Instagram.

Akhirnya Jisoo harus mengucapkan selamat tinggal. Dia memeluk Sana dan menangis. Sana juga menangis. Mereka berjanji untuk tetap berhubungan. Jisoo dan ibunya kembali ke Korea. Dia pikir mereka akan tinggal di Jepang selamanya tetapi dia salah. Situasinya sudah aman sekarang sehingga mereka dapat kembali dan hidup dengan damai.

Jisoo melihat sekeliling apartemen mereka. Tidak besar tapi cukup untuk dua orang. Dia mengambil selfie di dekat dinding kaca di mana pemandangan gedung-gedung tinggi dapat dilihat. Dia mengunggahnya ke Instagram-nya. Tidak lama, pemberitahuan muncul. Itu adalah komentar dari Sana.

"Apartemen yang bagus!"

Jisoo tersenyum dan menbalas komentar itu. Dia mengirim banyak gambar ke Sana melalui aplikasi obrolan. Tempat kerjanya, kedai kopi favoritnya dan area pertemuan penggemar Jennie akan diadakan. Sana menjadi bersemangat dan ingin melihat Jennie secara langsung.

"Aku akan mengirim fotonya," balas Jisoo.

TBC

Now. Here. Us. | JinJiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang