Books, Cafe, You

643 95 10
                                    

"Aku membawa beberapa buku hari ini. Kamu bisa membawanya pulang." Jinyoung memberi Jisoo buku saat mereka bertemu keesokan harinya di perpustakaan.

"Tapi aku sudah membaca dua dari ini." Jisoo memisahkan dua dari lima buku dan mengembalikannya kepada Jinyoung.

"Aku harusnya bertanya dulu kepadamu, tapi aku tak tau caranya," kata Jinyoung.

"Aku rasa kita harus bertukar nomor HP," Jisoo menyarankan.

"Haruskah?" Jinyoung bertanya dengan senyum menggoda.

Jisoo tak bisa menahan pipinya untuk merona.

"Sudah lama aku tidak berkirim pesan dengan anak perempuan. Aku harap kamu bisa mengerti jika aku sedikit kaku," jelas Jinyoung.

"Aku rasa kamu masih tau bagaimana caranya. Kamu bisa bicara dengan bebas denganku seperti ini," kata Jisoo.

"Ya, aku juga heran. Saat kita mengobrol, segalanya hanya keluar begitu saja dari pikiranku. Dan caramu merespon membuatnya semakin baik," balas Jinyoung. "Kita harus minum kopi untuk diskusi lebih dalam."

Jisoo setuju dan mereka mencari waktu yang tepat untuk pergi ke kafe. Lalu mereka pergi ke kantin karena teman-teman mereka sedang berkumpul di sana. Para gadis tidak terkejut ketika melihat Jisoo dan Jinyoung jalan bersama, tetapi para anak laki-laki iya. Itu dapat terlihat dari mulut yang menganga.

Jackson adalah orang pertama yang bereaksi. "Kenapa kalian datang bersama?"

Para lelaki sangat terkejut melihat teman mereka yang dingin berjalan di samping anak perempuan. Jisoo hanya duduk dengan para gadis dan Jinyoung tampak tak peduli dengan para lelaki.

"Apa ada sesuatu antara kalian berdua?" tanya Jaebum.

"Bisakah kita makan? Aku lapar," kata Jinyoung.

"Tidak, tidak bisa sampai kau menjawab pertanyaan kami," kata Mark.

"Kami bertemu di perpustakaan dan aku mengajaknya kesini. Itu saja," jelas Jinyoung acuh tak acuh. Namun tatapannya kepada Jisoo setelah itu membuat para lelaki berteriak.

Jinyoung dan Jisoo saling bertatapan dan tersenyum. Para lelaki dan para gadis berteriak senang namun mereka tak bisa mendengarnya. Mereka berada di dunia mereka sendiri. Jisoo tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Satu hal yang ia tau, ia sangat senang. Dia harap Jinyoung merasakan hal yang sama.

"Kau menyukainya?" tanya Jaebum ke Jinyoung setelah mereka masuk ke kelas.

"Kurasa," jawab Jinyoung.

"Sejak kapan? Aku tidak pernah melihatmu menaruh perhatian padanya. Kita sering sekali bermain bersama para gadis, namun kau selalu tampak tak peduli dengan mereka."

"Sebenarnya aku peduli," Jinyoung membenarkan.

"Ketika pertama kali Jisoo bergabung dengan para gadis, aku sudah memperhatikannya. Aku kira dia akan cari perhatian dengan salah satu di antara kita, tapi dia tidak. Itulah pertama kalinya aku menyimpulkan dia tidak sama dengan anak perempuan manapun di sekolah ini. Dia pendiam, tenang dan menghargai orang lain. Aku suka kepribadiannya."

" Lalu, aku sering melihat dia sendiri di perpustakaan. Dia adalah satu dari siswa-siswa populer di sekolah, terima kasih kepada Jennie, Rose dan Lisa. Tapi dia tidak merasa seperti itu. Dia selalu menjadi dirinya sendiri. Aku tidak tau bagaimana dirinya sebelumnya, tapi menurutku dia tidak berubah," jelas Jinyoung.

"Suatu hari aku mengampirinya. Aku bertaruh, jika dia bereaksi berlebihan maka aku akan berhenti bicara padanya. Tapi dia terlihat malu, polos dan berterus terang. Perilakunya tidak dibuat-buat. Kau bisa berbicara apapun dengannya karena dia memiliki pengetahuan tentang itu. Dia adalah anak perempuan paling pintar yang pernah kutemui."

Yugyeom dan Youngjae yang duduk di belakang Jinyoung dan Jaebum dapat mendengarkan penjelasan Jinyoung dengan baik. Mereka tidak percaya bahwa Jinyoung membahas tentang anak perempuan. Sudah tiga tahun sejak patah hatinya yang pertama, dan sekarang dia mulai mengagumi anak perempuan lain. Semesta pasti sedang bercanda.

"Wow, Jinyoung. Aku sangat terkejut. Kau berubah kurang dari sebulan. Aku kira kau suka padanya karena dia cantik," komentar Jaebum.

"Iya, dia memang sangat cantik. Tapi apa kau pernah melihat dia menggoda laki-laki dengan penampilannya?" tanya Jinyoung.

"Tidak, tidak pernah," jawab Jaebum.

"Itulah poinnya," kata Jinyoung.

"Jadi Jinyoung suka dengan perempuan yang tidak pedulian seperti dirinya. Seperti cermin, huh?" Yugyeom bergabung dalam percakapan.

"Apa kau akan menyatakan perasaan padanya?" tanya Youngjae.

"Tidak, tidak sekarang. Itu bukan sebuah perasaan khusus, aku hanya suka kepribadiannya saat ini," jawab Jinyoung.

Mereka kecewa dengan jawaban Jinyoung, tapi mereka bisa memahaminya. Jinyoung berusaha sangat keras untuk bangkit dari patah hati. Dia sangat muda pada saat itu. Cinta pertama yang mematahkan hatinya begitu hebat. Dia harus memastikan bahwa Jisoo bukanlah tipe serupa. Lebih baik untuk berhati-hati.

...

"Bagaimana?" tanya Jinyoung.

Itu adalah hari Jinyoung dan Jisoo pergi ke kafe. Sebuah kafe yang memiliki banyak sekali buku di rak-raknya. Jisoo memindai buku-buku tersebut dengan matanya perlahan, dia terpukau. Jinyoung menyukai tampilan wajah bagian kanan Jisoo. Sangat cantik. Rambutnya yang ikal membuatnya tampak sempurna.

"Aku bisa menemukan semua seri buku. Lebih lengkap dari koleksi buku di perpustakaan sekolah kita," balas Jisoo. Tidak menyadari Jinyoung menatapnya dalam-dalam.

"Aku sering datang kesini jika tidak ada rencana dengan teman-temanku."

"Sendirian?"

"Biasanya iya, sekarang denganmu. Aku satu-satunya orang yang suka membaca," Jinyoung tertawa.

"Begitu juga aku," Jisoo ikut tertawa.

"Apa kamu mau aku melakukan story telling?" tawar Jinyoung.

"Benarkah?"

"Pilih bukunya, aku akan membacakannya untukmu."

Jisoo mengambil sebuah buku lalu duduk. Dua cangkir kopi sudah dihidangkan untuk mereka.

Jinyoung mulai membaca bukunya. Sebenarnya dia sudah membaca buku itu. Tapi karena Jisoo memilihnya, dia bacakan saja untuknya. Jisoo mendengarkan dengan penuh perhatian sambil bertopang dagu di atas meja. Itu adalah kegiatan mereka di akhir pekan. Bertemu di kafe dan melakukan story telling.

"Kamu butuh intonasi yang berbeda untuk memberikan emosi pada cerita. Terutama pada bagian percakapan," Jinyoung memberikan pelajaran pada Jisoo tentang story telling. Dia sudah membacakan dua buku untuk Jisoo. Sekarang Jisoo yang ingin membacakan buku untuk Jinyoung, tapi dia sangat payah dalam hal itu.

Sebelumnya Jinyoung duduk di depan Jisoo. Tapi dia harus pindah ke sebelah Jisoo supaya dia bisa lebih mudah mengajar Jisoo. Dia selalu ingin tau parfum apa yang Jisoo pakai, tapi tidak berani untuk bertanya. Meskipun mereka sudah pulang, Jinyoung masih bisa mengingat harumnya. Begitu lembut dan manis.

Biasanya anak perempuan suka menggunakan parfum dengan harum yang menyengat, supaya laki-laki bisa menciumnya dari jauh. Jinyoung tidak tau kalau Jisoo memakai parfum sampai ia dekat dengannya.

"Ada apa?" tanya Jisoo ketika ia menangkap Jinyoung sedang memperhatikannya.

"Tidak ada, kamu cantik," Jinyoung memujinya.

TBC

Now. Here. Us. | JinJiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang