TWO

46.6K 1.7K 64
                                    

"Ikutlah  denganku malam ini."

Ucapan ajakan dari Joseph tidak terdengar seperti merayu, melainkan lebih ke arah memaksa hingga Tamsin sangat sadar hal itu. Rasa panik pun segera mencengkram keberaniannya karena dia tidak siap untuk ini—pulang bersama dengan pria asing yang tidak dikenalnya sama sekali.

Jika dua orang yang tidak saling kenal namun memilih untuk pulang bersama, tidak ada tujuan lain selain seks. Meski Tamsin sudah merasakan kenikmatan duniawi itu saat sekolah menengah dulu, tapi tetap saja dia masih ragu-ragu.

Bagaimana jika dia hamil dan pria ini tidak mau bertanggung jawab?

Oh kau bodoh Tamsin! Lantas apa gunanya benda berbahan karet latex yang disebut kondom?!

Tamsin mengejek dirinya sendiri dalam hati. Dia terlihat seperti wanita lugu yang tidak pernah melakukan seks. Memang dia hanya pernah melakukan satu kali saat itu—saat dia masih menjadi budak cinta dari seorang kapten basket playboy di sekolah-tetapi, ayolah, wanita mana didunia ini yang masih perawan diusianya ke dua puluh satu tahun?

Baiklah, dilihat dari ekspresi ramah dari pria yang duduk manis di sampingnya ini, Tamsin bisa sedikit tenang. Jose tidak membawanya ke hotel atau rumah, dia hanya menawarkan makan malam biasa. Ya seperti itu katanya.

Tamsin akhirnya menerima ajakan Jose dan sekarang ia tengah duduk manis di dalam mobil yang tak pernah ia bayangkan akan dinaiki seumur hidup.

"Apa kau kuliah, Tamsin?" tanya Joseph seraya tersenyum teduh.

Soal ajakan tersirat yang Jose tanyakan di bar, Tamsin sungguh tidak bisa menolaknya. Entah bagaimana caranya, Jose tahu jika Tamsin berbohong tentang jadwal panggung bersama Beck di Logan House. Ia sangat malu karena mengada-ada.

Seakan lebih meyakinkannya, Jose berkata jika orang suruhannya sudah memastikan bahwa mereka bebas malam ini. Saat itulah, Tamsin baru menyadari bahwa Jose bukan pria biasa. Dia pasti orang kaya yang punya kuasa hingga bisa meyakinkan hal sepele seperti itu.

Namun anehnya, Tamsin tidak pernah mendengar nama "Jose" di media, baik itu dimajalah hingga televisi. Wajahnya pun terlihat asing, tidak seperti pebisnis terkenal lainnya seperti Troy Trenton yang sering muncul di acara gosip. Lantas siapa Jose sebenarnya?

Tamsin menggeleng, "tidak. Setelah tamat high school, aku memutuskan untuk pergi ke Amerika."

Tamsin masih tidak nyaman bisa berada di dalam mobil semewah ini. Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan. Tamsin takut jika kuku-kuku panjang dijarinya bisa menggores jok kulit premium yang sedang diduduki ini.

"Kenapa?" tanya Joseph lagi.

"Itu—" Tamsin menggaruk tengkuk lehernya, merasa risih ketika hendak membicarakan masa lalu pahit setelah kematian kedua orang tuanya akibat kecelakaan mobil, "ada sesuatu."

"Jika merasa berat, jangan diceritakan." Joseph mengusap kepala Tamsin pelan. Satu tindakan sederhana, tapi mampu membuat jantung Tamsin bergetar. Untunglah Jose mengerti keinginannya.

Joseph melirik dari ekor matanya, kemudian tersenyum sinis. Rona merah dipipi putih pucat milik Tamsin terlihat jelas. Gadis itu ternyata sangat lugu dan bodoh, mau saja masuk perangkapnya. Malam ini dia tidak bisa lepas begitu saja. Terimalah akibatnya karena telah menggoda Joseph Williem yang sedang bergairah.

Namun tentu saja, untuk lebih menarik kepercayaan gadis itu, Joseph membutuhkan pendekatan supaya Tamsin merasa nyaman. Dia tidak bisa melakukan itu sesuka hati seperti maniak seks, dia ingin Tamsin menyerah dengan sendirinya secara utuh.

"Jadi...." Joseph menyela keheningan diantara mereka, "kau tinggal dengan siapa di sini? Tidak mungkin kau tinggal sendirian." Karena kau masih kecil dan tidak punya penghasilan tetap, lanjut Joseph dalam hati.

OBSESSION [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang