FIVE

34.2K 1.5K 54
                                    

"Kecuali kau, Nona." Joseph menahan pergelangan tangan Tamsin ketika wanita itu hendak keluar dari ruang rias seperti wanita lainnya yang sengaja ia usir. Tamsin awalnya bersikap masa bodoh, tapi ternyata Joseph tidak mudah dibodohi begitu saja.

"Oh maaf Mr. Williem. Tapi saya bukan wanita pendamping, saya hanya penyanyi di sini." Tamsin menyembunyikan ekspresi ketakutan di wajahnya dengan senyum palsu. Untung saja ia batal melepas topeng panggungnya setelah masuk ke ruangan ini.

Joseph mengerutkan dahinya, "aku tahu, dan aku tidak sedang mencari itu sekarang." Ia mengajak Tamsin untuk duduk di meja rias terdekat, kemudian menutup pintu dengan gerakan elegan.

Tamsin mengatur napas, berusaha untuk tidak terlihat seperti kelinci saat bertemu dengan singa. Ia sudah menduga akan bertemu Joseph, cepat atau lambat. Namun pertemuan kedua mereka ini bisa dikatakan sangat lambat karena memakan waktu enam tahun. Tamsin tidak pernah menyesal bertemu Joseph, yang ia sesali justru latar belakang Joseph yang ternyata pengusaha kaya dengan aset dimana-mana.

Ketika Joseph berbalik dan berjalan mendekat, Tamsin bersumpah mendengar suara detakan jantungnya sendiri. Begitu cepat dan keras seolah ia baru saja olahraga hiit cardio selama dua jam. Oh astaga, efek yang ditimbulkan Joseph padanya tidak berubah sejak enam tahun berlalu.

"Apakah aku mengenalmu?"

Pertanyaan itu meluluh-lantakkan Tamsin hingga kakinya bergetar tanpa ia sadari. Joseph bersandar di depan meja rias, berdiri menjulang di depan Tamsin yang duduk di kursi.

Tamsin menggeleng lemah, ketakutan yang ia rasakan tiba-tiba lenyap ditelan bumi. Ia ingin tertawa, lebih tepatnya menertawai sikapnya sendiri yang bersikap paranoid. Jangankan bertanya soal Percy, pria brengsek iniJoseph, bahkan ragu mengenalnya atau tidak!

Gosh, kenapa rasanya Tamsin ingin marah sekarang?

"Tidak. Tentu saja kau tidak mengenalku, Mr. Williem." Tamsin tertawa remeh, melepaskan topeng panggungnya dengan santai. Ia memasang ekspresi 'enyahlah dari sini' dan 'dasar kau pria sialan' seraya mengempaskan topeng itu ke atas meja.

Joseph mengerutkan dahi, memandangi wajah Tamsin yang terlihat begitu jelas, tidak seperti di dalam foto yang Gage berikan padanya tadi sore. Meski dilihat dari dekat, ia tetap tidak bisa mengingat kapan bertemu dengan wanita ini. Namun Joseph tidak bisa menolak perasaan bahwa Tamsin terasa tidak asing baginya.

"Apa kau pernah menjadi simpanan adikku?" Joseph bertanya tanpa berpikir.

Kali ini, Tamsin terperangah dengan pertanyaan kurang ajar itu. Apa-apaan pria ini? Apa dia tidak ingat bahwa mereka pernah tidur bersama? Tamsin sadar bahwa wajahnya tidak secantik Gigi Hadid atau Kendall Jenner, namun setidaknya Joseph sedikit ingat bahwa mereka pernah berbagi kenikmatan bersama selama berjam-jam!

Semakin lama dirasa, Tamsin semakin kesal.

"Maaf Mr. Williem, tapi saya tidak pernah menjadi simpanan Mr. Trenton atau siapapun itu." Tamsin beranjak setelah melepaskan heels dan mengambil sepatu bertumit datar yang berada di kolong meja, "jika kau tidak keberatan, bisakah keluar dari sini? Aku ingin berganti pakaian dan pulang." Ia berjalan menuju loker untuk mengambil bajunya.

Tamsin tidak peduli lagi dengan raut ingin tahu dari wajah Joseph yang sepertinya sedang berpikir keras. Pria bodoh yang hanya mengandalkan jabatan dan harta. Mungkin saja Joseph tidak ingat karena terlalu banyak wanita yang pernah tidur dengannya. Sial, seharusnya dia tahu bahwa Joseph Williem adalah pria flamboyan yang gemar menggaet banyak wanita.

Joseph tidak menuruti ucapan Tamsin yang menyuruhnya keluar, ia justru berdiri dan memandang wajah Tamsin dengan intens seperti tadi. Semenjak kejadian itukejadian saat Troy murka karena ia tertangkap basah tidur dengan Aoi, Joseph mengalami gegar otak ringan. Pukulan Troy yang begitu keras menghantam mata, membuat Joseph menderita pendarahan di dalam kepala. Seperti yang dikatakan oleh dokter Henry, ia hampir tewas karena kejadian itu.

OBSESSION [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang