04.

5.4K 191 3
                                    

Avara kembali memasuki mansion milik orang yang tadi siang mengaku bahwa ia bernama Avaro. Sulit bagi Avara untuk percaya bahwa pria itu benar - benar Avaro.

"Nona sudah pulang ternyata" sapa Melina. Avara hanya tersenyum,lalu permisi untuk menuju kamar.

"Gimana caranya agar aku percaya dan menemukan bukti kalau pria itu benar - benar Avaro?" Gumam Avara. Ia duduk di tepian tempat tidur dengan seragam sekolah yang masih melekat pada tubuhnya.

Tok tok tok

Saat Avara sedang fokus memikirkan cara agar ia bisa menemukan bukti tentang pria itu,suara pintu yang diketuk membuyarkan semuanya. Avara segera berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Maaf nona,makanan sudah siap" ucap Melina.

"Oh,baiklah. Aku akan membersihkan badanku terlebih dahulu" kata Avara yang langsung diangguki oleh Melina.

Avara menyantap makanannya dengan santai dan sesekali menyapukan pandangannya keseluruh isi mansion.

kemana perginya lelaki itu? -batin Avara. Katakanlah,jika Avara sudah mulai merindukan lelaki psikopat itu.

Saat ia menyapukan pandangannya ke lantai atas. Mata Avara terkunci pada pintu sebuah kamar yang ia rasa adalah kamar lelaki itu. Timbul keyakinan pada benak Avara,kalau dikamar itu ia bisa mencari bukti tentang pria yang mengaku bernama Avaro.

Setelah ia menyelesaikan makannya,ia segera menaiki anak tangga dan menuju kamar yang ia yakini sebagai kamar pria gila itu.

Avara berjalan mengendap - ngendap dan sangat berhati - hati. Saat sudah sampai di depan kamar tersebut, Avara segera masuk ke dalam dan menutup pintu itu rapat - rapat.

Avara kembali menyapukan pandangannya ke seluruh sudut kamar itu. Ia berjalan mendekati sebuah lemari dan membukanya,ia berusaha mencari bukti dengan sedetail mungkin. Namun,tidak ada satupun bukti yang Avara temukan disana.

Avara beralih menuju laci sebuah meja,tapi tetap saja tidak ada bukti apapun. Avara tidak menyerah,ia kembali berjalan dan tetap menyapukan pandangannya,hingga matanya terkunci pada laci sebuah nakas. Ia pun berjalan munuju nakas itu dan membuka laci tersebut.

Deg

Tubuh Avara menegang saat melihat apa yang ada di laci itu. Sebuah kalung berliontin cicin yang sama persis dengan kalung miliknya. Beberapa foto pun turut serta dalam laci itu,yang memang foto itu adalah fotonya bersama Avaronya. Kini,sulit bagi Avara untuk tidak percaya,tapi sulit pula bagi Avara untuk percaya.

Ceklek

"Apa yang kau lakukan di kamarku?" Tanya seseorang tiba - tiba dengan tatapan tajam. Avara spontan berbalik dan menatap pria itu takut.

"A-aku..." ucap Avara gugup

"Aku hanya mencari ini" kata Avara sambil menunjukkan kalung yang ia temukan. Tatapan pria itu berubah menjadi sendu dan dalam,sesaat kemudia pria itu mendekati Avara dan menjatuhkan Avara kedalam pelukannya.

"Apa kau percaya kalau aku adalah Avaromu?" Tanya pria itu lembut sembari mengelus rambut Avara. Avara melepaskan pelukan pria itu dan menatapnya dalam.

"Aku butuh bukti lain" kata Avara dan kini air matanya telah tumpah.

"Ini" kata pria itu dengan jari telunjuk yang menunjuk dada sebelah kirinya. Avara menatap arah tunjuk pria itu. Sebuah peristiwa muncul di ingatan Avara.

Flashback on

"Kau bukan ibuku! Kau adalah orang yang telah membunuh ibuku!" Teriak seorang anak lelaki.

"Baguslah jika kau sudah mengetahui itu" jawab seorang wanita dengan senyum iblisnya

"Aku membencimu!" Bentak anak lelaki itu,lalu akan berlari pergi. Namun,saat anak lelaki itu baru saja menginjakkan kakinya satu langkah,sebuah benda tajam menusuk dada kirinya.

"AAA!!" Teriak anak lelaki itu.

"Avaro!!" Teriak seorang gadis kecil dan menghampiri Avaro yang terduduk lemah. Sedangkan wanita yang melakukan hal keji itupun langsung melarikan diri.

"Tunggu nyonya Clareta! Kau harus bertanggung jawab!!" Seru gadis kecil dan akan mengejar wanita itu. Namun,tangan Avaro segera menarik lengan Avara.

"Tolong aku,Avara" lirih Avaro

Flashback off

"Ta-tapi kau bukan Avaroku,Avaroku bukan pembunuh" ucap Avara dengan suara bergetar dan menatap Avaro.

"Tolong berikan aku waktu untuk menjelaskan semuanya" pinta Avaro sambil menggenggam tangan Avara.

"Tapi tidak sekarang,aku lelah. Biarkan aku tidur" kata Avara,lalu melenggang dari hadapan Avaro.

"Argghhh!!" Teriak Avaro frustasi. Ia tahu,ia salah,andai saja ia bisa menghilangkan dendam itu,ia tak akan mungkin seperti saat ini. Ia mengacak rambutnya,matanya menatap tajam lurus kedepan.

"Aku butuh beberapa orang" ucapnya dengan seringaian,lalu beranjak menuju mobilnya.

  Avaro menatap seorang perempuan penggoda dengan senyum miringnya.

"Mangsa sudah datang" gumamnya senang. Ia keluar dari mobil dan menghampiri perempuan itu.

"Hai nona,bisakah aku bersenang - senang denganmu?" Tanya Avaro manis. Perempuan itu langsung saja tersenyum.

"Oh,ya tentu saja" ucap perempuan itu yang terkesima dengan ketampanan Avaro. Siapa yang tidak terkesima oleh pria itu? Bahkan,saat ini ia sangat jauh dari kata seorang psikopat.

"Mari,ikutlah ke mobilku" ajak Avaro yang diikuti oleh mangsanya. Sesaat Avaro tersenyum miring.





TBC

Maaf ceritanya pendek, trs typo dan makin kgk jls😅😆

Tpi makasiiiiii bgt buat tmn" yg udh setia baca cerita ini😙

Jgn lupa,tinggalkan jejak tmn" dgn klik tnda bintang dan coment,ok!😉

Lanjut ato gak??? Coment ya!😆

Love semuahhhhh❤😙😙❤

Romantic But PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang