09.

3.9K 144 2
                                    

Apa kau akan sesakit dan sehancur ini saat aku yang berada di posisi Dafa? Adakah rasa sakit, yang sedikit lebih ringan disaat melihat orang yang aku cintai yaitu gadisku,menangis untuk pria lain? -Alvaro Samuel Ditama.

***********


Avara turun dari lantai atas,ia menjalankan kakinya menuju ruang makan. Hari ini,ia tidak pergi ke sekolah karena memang hari libur. Ia menyantap sarapannya dengan nikmat. Namun,Avara merasakan ada yang kurang. Avara menghentikan kegiatannya dan mencari apa yang kurang.

Avaro -batin Avara

"Bu Melina" panggil Avara. Melina yang berada tak jauh dari sana menghampiri Avara.

"Ada yang bisa dibantu?" Tanya Melina sopan.

"Aku tidak melihat Avaro. Kemana dia?" Tanya Avara. Melina terlihat bingung. Avara hanya mengernyitkan dahinya penasaran. Ada apa dengan Melina? Pikir Avara.

"Tuan Avaro....pergi semalaman dan belum pulang hingga saat ini,nona" ujar Melina. Spontan Avara terbelalak kaget. Apa yang pria itu lakukan hingga tidak pulang semalaman?

"Jadi,Avaro menyuruhku untuk tidur karena ia ingin pergi?" Gumam Avara.

"Non Avara? Apa non baik - baik saja?" Tanya Melina.

"Hah...ya aku baik - baik saja" kata Avara. Lalu melenggang pergi,meninggalkan Melina dengan sarapan Avara yang masih tersisa.

Avara duduk di sofa ruang tengah. Sudah siang begini pria itu belum pulang. Avara memijat keningnya,memikirkan Avaro yang sangat memusingkan.

Disisi lain,Avaro menyeringai. Ia menatap lapar seorang pria dewasa. Ia ingin segera menghabisi mangsanya yang sudah tak berdaya akibat dipukuli oleh Avaro semalaman.

"Say hello pada pisauku" ucap Avaro dengan nada meledek. Ia tertawa devil,lalu menatap tajam orang yang ada di hadapannya.

"Dasar bodoh! Kau kira aku ini bodoh sepertimu,hah?! Kau menggelapkan uang perusahaanku dengan menjadi karyawanku,begitu? Sungguh bodoh!" Ujar Avaro pedas. Avaro berjongkok dihadapan pria yang terkulai lemah itu,ia menyeringai dan mulai mengarahkan pisau lipat kesayangannya pada pria itu.

"A-apa ya-yang akan ka-kau lakukan?" Tanya pria itu gugup dan takut.

"Membunuhmu tentunya" jawab Avaro santai.

"A-aku bisa melaporkan dirimu ke po-polisi" ancam pria itu. Avaro hanya tersenyum miring.

"Jika kau bisa,lakukan! Lakukanlah!" Bentak Avaro.

Jlebb

"Akhhhh" dengan satu tusukan pada dada pria itu yang ditemani dengan satu jeritan panjang yang keluar dari mulutnya,telah mengantarkan pria tersebut pada hembusan napas terakhirnya.

"Selesai. Aku tidak perlu menusuk dibagian lain,sudah cukup disini saja. Aku kasihan padamu" ujar Avaro pada korbannya. Ia tersenyum puas.

"Aku tinggalkan kau disini saja ya. Aku harus mencari korban lain agar kau memiliki teman untuk menuju neraka" ujarnya kembali dan tertawa devil. Katakanlah ia gila. Tapi siapa yang tidak geram, uang perusahaan di gelapkan oleh karyawan sendiri?

Hari menjelang sore,tapi pria itu belum juga muncul dari balik pintu utama. Pikiran Avara melayang kemana - mana. Ia takut jika Avaro melakukan hal yang tidak Avara inginkan. Avara mencoba menghilangkan pikiran buruknya. Ia beralih untuk menonton televisi.

Saat Avara menyalakan televisi,tayangan yang muncul adalah berita pembunuhan. Tepat saat itu pula Avaro datang,perlahan Avara mendekat ke arah televisi.

"Avara,menjauhlah sedikit dari televisi!" Peringat Avaro dan berjalan menuju kamar.

"Tunggu!" Suara Avara menghentikan langkah Avaro.

"Dengarkanlah!" Lanjut Avara.

"Seorang pemuda SMA meninggal dengan cara mengenaskan. Tim polisi menemukan jasad korban beberapa jam setelah korban meninggal dengan dugaan terbunuh. Diyakini inisial korban D. Berikut terdapat pula foto korban" suara televisi menyeruak masuk ke telinga Avara dan Avaro.

"Dafa!" Seru Avara histeris dengan tiba - tibanya.

Deg

Apa maksud dari semua ini? Tubuh Avaro menegang seketika. Bukan,bukan ia yang melakukan ini. Avaro membalikkan tubuhnya. Ia mendekati Avara yang terduduk dilantai. Air mata Avara setetes demi setetes mulai mengalir. Sungguh,Avaro tidak sanggup melihat Avara menangis seperti ini.

"A-Avara" panggil Avaro ragu.

"Jangan mendekatiku!" Bentak Avara.

"Avara,aku...aku tidak melakukan itu" ucap Avaro mencoba menjelaskan.

"Kau pembohong! Kau pembunuh!" Teriak Avara lalu berlari menuju lantai atas. Avaro tidak tinggal diam,ia segera mengejar Avara. Sudah Avaro duga, pasti gadisnya akan mengira bahwa ia yang membunuh Dafa. Ini semua salah paham.

"Avara!" Panggil Avaro. Dengan cepat Avaro menarik lengan Avara dan membuatnya menghadap ke arah dirinya.

"Avara percayalah! Aku tidak melakukan itu" ucap Avaro. Avara tiba - tiba menarik resleting jaket Avaro dan terpampang disana,kaos putih yang dipenuhi darah.

"Ini yang kau katakan tidak melakukan itu? Kau pergi semalaman hanya untuk itu,Avaro?! Kau benar - benar gila! Kenapa kau harus melakukan itu Avaro?! Apa kau cemburu?! Tapi apa yang harus kau cemburukan?! Aku tidak ada hubungan apapun dengan Dafa. Ia sahabatku. Kenapa ia yang harus kau bunuh?!" Teriak Avara.

"Jika kau dendam pada Clareta,seharusnya kau bunuh Clareta,bukan Dafa ataupun orang lain yang tidak tahu apa - apa! Kau pembohong! Pembunuh!!" Teriak Avara lagi.

Plakk

Satu tamparan mendarat dipipi Avara. Avaro tidak marah,ia hanya ingin gadisnya tenang. Avara bisa pingsan,jika ia harus berbicara dengan berteriak seperti itu.

"Tenanglah Avara!" Ucap Avaro sambil memegang lembut kedua bahu Avara. Avara hanya memegangi pipinya yang tertampar.

"Sekarang kau menamparku?" Kata Avara dengan gemetar.

"Bukan seperti itu maksudku" balas Avaro dan menatap Avara.

"Bukan seperti apa? Kau menamparku,Avaro!" Bentak Avara. Ia tidak suka dengan semua ini. Kemana Avaronya yang dulu?

"Aku hanya tidak ingin kau pingsan hanya karena kau berbicara dengan cara berteriak seperti itu! Aku hanya ingin kau baik - baik saja! Aku takut kalau kau kenapa - kenapa!" Bentak Avaro balik.

Avara membalikkan badannya,ia berdiri membelakangi Avaro. Tubuhnya luruh kembali dilantai. Ia sakit,sangat sakit. Menghadapi ini semua membuatnya gila,tapi jika ia pergi,itu akan membuatnya kehilangan. Tubuh Avara bergetar,Avaro bisa melihat itu. Avaro tahu jika gadisnya menangis,tapi gadisnya menangis bukan untuknya.

Apa kau akan sesakit dan sehancur ini saat aku yang berada di posisi Dafa? Adakah rasa sakit yang sedikit lebih ringan disaat melihat orang yang aku cintai yaitu gadisku,menangis untuk pria lain? -batin Avaro sambil menatap getir punggung gadisnya yang masih terlihat bergetar.



TBC

Hai" gmna bagian ini? Suka gak? Mudahan aj suka ya💙😊

Mksiiii bgt buat tmn" yg udh baca cerita ini❤🙏😙

Maapken jikalau ada kta ato klimat yg krg jls ato mungkin gk nyambung,krna msih bljr

Love semuahhhh❤😙

Romantic But PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang