05.

5.2K 185 7
                                    


"Kenapa kita ke tempat ini?" Tanya perempuan yang kini tengah bergelayut manja pada lengan Avaro.

"Aku ingin kita bermain disini" ujar Avaro dengan seringaian,lalu mendorong tubuh perempuan itu ke pojokan gang buntu nan remang - remang,tempat mereka berada saat ini. Tidak lupa,Avaro mengeluarkan pisau lipatnya yang membuat perempuan dihadapannya membulatkan mata terkejut.

"Si-siapa kau se-sebenarnya?" Tanya perempuan itu gugup dan takut. Namun,Avaro hanya menampilkan senyum devilnya.

"Aku bi-bisa berteriak dan me-melaporkan dirimu ke-ke polisi" ancam perempuan itu terbata - bata karena takut. Namun,sesaat kemudian...

Jlebb

"Akhh!!!" Teriak perempuan itu dengan mata yang terpejam. Bersamaan dengan itu pula darah mencuat dari perut perempuan itu,karena tusukan yang dibuat Avaro.

"To-tolong henti-kan" mohon perempuan itu. Namun,tidak digubris oleh Avaro.

Avaro malah memutar pisaunya yang masih tertancap pada perut perempuan itu.

"Tidakk!!!" Teriak perempuan itu kembali.

Avaro semakin liar,melihat darah yang mencuat dari tubuh perempuan itu. Setelah itu,tidak ada pergerakan pada perut maupun dada perempuan itu. Mungkin ia sudah tak bernyawa.

Tidak memperdulikan apapun. Kini,Avaro membuka mulut perempuan itu dan menarik lidah perempuan itu,lalu memotongnya hingga menyisakan setengah dari pangkal lidah perempuan itu. Tak lupa pula,ia membuat garis memanjang pada kedua lengan perempuan itu. Setelah menatap puas korbannya,Avaro segera menelepon seseorang.

"Kau bereskan semuanya di Jalan Hangar,tepat di gang buntu!" Ucap Avaro,lalu memutuskan sambungan teleponnya. Ia masuk ke dalam mobilnya dan kembali menuju mansion.

Avara keluar dari kamarnya,ia berjalan menuju tangga dan menuruni anak tangga. Saat ia akan membelokkan tubuhnya menuju meja makan,pintu utama terbuka dan muncullah sosok Avaro.

Avara menatap Avaro dengan tatapan tanya. Namun,beberapa saat kemudian,ia membalikkan tubuhnya dan berlari menuju kamarnya kembali.

"Tunggu!" Suara dingin bercampur tegas dari Avaro mengintrupsi Avara untuk berhenti. Avara tidak membalikkan tubuhnya lagi,ia hanya berharap pria itu tidak menjadikannya sebagai korbannya.

"Avara,kau akan kemana?" Tanya Avaro saat berada disamping Avara. Seketika bau anyir menyeruak masuk memenuhi rongga hidung Avara.

"Aku akan ke kamar" ucap Avara yang mulai merasakan pusing karena bau anyir yang berasal dari sisa darah pada kemeja putih Avaro.

"Jangan dulu! Tidakkah kau..." ucapan Avaro terpotong oleh Avara.

"Aku lelah" kata Avara final dan melenggang.

Avaro hanya menatap Avara dengan rahang yang mulai mengeras dan jemari yang terkepal kuat. Ia tak pernah seperti saat ini,seperti berada di antara dua pilihan. Diam seperti saat ini membuatnya geram dan bertindak akan membuatnya sakit.

Avara duduk ditepian tempat tidur. Air matanya perlahan mulai turun membasahi kedua pipinya. Rasa tidak percaya kalau pria itu adalah Avaronya hadir kembali. Namun,disisi lain buktinya terlalu meyakinkan.

"Dia bukan Avaroku"lirih Avara

Avara menyisir rambutnya,tangannya mulai melakukan pergerakan untuk mengikat satu rambutnya. Setelah siap,ia keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan.

"Selamat pagi nona" sapa Melina.

"Pagi" balas Avara dengan senyumnya,lalu duduk dihadapan Avaro dengan wajah yang sudah berubah datar. Avara mulai menyantap sarapannya. Ia tak menggubris Avaro yang menatapnya intens.

Romantic But PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang