06.

4.7K 162 2
                                    

"Apa kau yakin akan masuk ke dalam? Kita sudah telat dua jam pelajaran" kata Avara menatap Avaro yang berada dibangku kemudi.

Saat ini mereka berada di depan pintu gerbang sekolah. Avaro hanya diam,tak ada keinginan sedikitpun untuk menoleh ke arah Avara. Lain dengan hatinya yang berkecambuk takut akan kehilangan gadis disampingnya.

Tinn tinn tinnnn

  Avaro terus menekan tombol klakson. Avara yang berada disampingnya heran sendiri. Apa yang pria ini lakukan? Pikir Avara. Sampai saat Avara menghentikan pergerakan pria itu,dan berhasil membuat Avaro menatapnya.

"Apa?!" Bentak Avaro. Spontan Avara terlonjak kaget dan menarik tangannya yang tadi menghentikan Avaro.

"A-apa yang kau lakukan? Mengklakson seperti itu?" Tanya Avara takut.

"Bukan urusanmu! Kalau kau ingin keluar,keluarlah!" Ketus Avaro. Sungguh,Avara merasakan sakit pada hatinya. Katakanlah, jika Avara mulai merasakan rasa yang berbeda pada pria itu.

Tanpa pikir panjang,Avara keluar dari mobil itu,setetes air mata menyertainya. Ia tidak pernah dibentak dan sekarang ia dibentak oleh Avaro?

Avaro memukul setir mobilnya. Ia merutuki dirinya sendiri,apa yang telah ia lakukan pada gadisnya?

"Arghhhh!" Teriak Avaro frustasi. Setelah itu,melenggang pergi.


Avara akhirnya memasuki lingkungan sekolah. Ia tak habis pikir dengan pria itu,bisa - bisanya ia dibentak dan ditinggalkan dengan semaunya oleh Avaro? Menyebalkan. Avara berlari kecil menuju kelasnya,ia sudah pasrah jika harus dihukum hingga jam pelajaran terakhir pun.

Disisi lain,Avaro melihat sekelilingnya,lumayan sepi. Ia berjalan menyusuri jalanan yang mungkin hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang. Ia melihat seorang pria dewasa yang sedang duduk di sebuah bangku taman. Dengan segera Avaro menginjak pedal gas untuk mendekati mangsanya. Avaro keluar dari mobilnya dan berjalan menghampiri pria itu.

"Maaf,bisakah aku meminta bantuanmu?" Ucap Avaro.

"Dengan senang hati. Apa yang harus aku bantu?" Tanya pria itu.

"Ikutlah denganku" titah Avaro sopan dan sayangnya pria itu mau saja mengikuti Avaro.

"Masuklah" kata Avaro pada pria itu. Pria itupun segera masuk kedalam mobil Avaro.

Avaro menuju kearah rumah sepi dan cukup tua. Ia tak henti - hentinya menunjukkan seringaiannya. Avaro sangat ingin mencium dan melihat darah yang mencuat karena ulahnya.

"Apa yang perlu aku lakukan?" Tanya pria itu.

"Kau masuk,sepertinya ada orang yang akan dibunuh di dalam sana" ucap Avaro meyakinkan pria itu. Pria itu pun memasuki rumah tua itu tanpa adanya rasa curiga sedikitpun. Lain dengan Avaro yang menyeringai puas.

Setelah lumayan jauh masuk kedalam,pria itu tidak menemukan siapa - siapa. Pria itu membalikkan badannya untuk bertanya pada Avaro. Namun,saat ia berbalik...

Jlebb

Sebuah pisau menusuk mata kiri pria itu. Itu membuat pria tersebut menjerit. Kini ia mengerti siapa orang yang dimaksud Avaro akan terbunuh didalam sini,ialah dirinya.

"Argghhh..." teriak pria itu saat mata kanannya ditusuk pula. Ia berusaha memberontak agar Avaro menghentikan aksinya tapi nihil. Apalagi dengan kedua mata pria itu yang terasa sangat sakit.

"Apa yang kau mau? Jika kau mau uang,katakanlah! Tapi aku mohon...jangan membunuhku" mohon pria itu. Avaro mengeluarkan tawa devilnya,ia suka saat - saat ini. Saat dimana korbannya memohon seperti ini.

"Aku tidak butuh uang! Aku sudah kaya" kata Avaro tinggi,lalu kembali mengeluarkan tawa devilnya. Sungguh menakutkan.

"AAkhh..." pekik pria itu lagi saat pisau lipat Avaro menusuk dada pria tersebut tepat pada jantung pria itu berada. Dengan seketika pria itu tak bernyawa dibuatnya.

Avaro tersenyum puas. Ia mengeluarkan ponselnya,lalu menghubungi orang suruhannya untuk membereskan korbannya. Inilah salah satu kelebihan seorang Avaro,ia bermain dengan sangat - sangat rapi. Berkali - kali polisi melacak kasus pembunuhan. Namun,satu kalipun ia tak pernah menerima surat panggilan kepolisian.

Avaro membuka baju sekolahnya yang dipenuhi oleh darah,ia membuang baju dan pisau lipatnya kesembarang arah. Setelah itu,ia masuk ke dalam mobilnya. Ia meraih sweater hitamnya pada bangku belakang dan segera memakainya. Saat ia akan menjalankan mobilnya. Sosok seseorang terlintas dipikirannya.

Avara -batin  Avaro.

"Bodoh! Avara pasti dihukum" umpat Avaro. Ia segera menginjak pedal gas dan melenggang menuju sekolahnya.

Brakk






TBC

Ngehehehe,gimana ceritanya tmn"? Bagus gak? Suka gak? Mudahan aja suka😆

Kira - kira itu bunyi gebrakan apa ya??

Maaf ceritanya mengandung typo dn krg jls ato kgk jls gtu🙏

Tpi makasiiiiii bgt buat tmn" yg udh setia baca cerita ini😙❤😙

Vote and coment yak!😉

Love semuahhhhh😙❤❤😙

Romantic But PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang