-1-

12 0 0
                                    


Pandanganku masih terkunci pada handphone-ku yang menampilkan Music Video dari EXO. Ayolah, bagaimana aku bisa mengalihkan pandanganku dari Chanyeol yang menurutku sangat keren dengan suara beratnya, Kai yang sangat lincah menari, dan Sehun dengan segala pesonanya. Perfect!

"Lagi ngapain?"Tanya lelaki yang entah kapan sudah duduk di sebelahku. 

Aiden adalah lelaki yang memanggilku. Ah, lebih tepatnya Aiden Kevlario. Jika teman lainnya memanggil dia Kevlar atau Rio, aku lebih suka memanggilnya Ai karena lebih terkesan imut daripada Kevlar yang terdengar seperti seorang anak berandalan.

"Biasa, Lihat suami-suami masa depan gue."Jawabku dengan sedikit senyuman.

"Dia tau lo hidup aja enggak, Ci."Balas Aiden sambil memutar bola matanya jengah.

Aku terlalu asyik mengobrol dan memperkenalkan Aiden sampai aku lupa untuk memperkenalkan diriku sendiri. Hai, Aku Precious Shanez yang biasa dipanggil Eci. Aku menyukai aroma-aroma nikmat seperti Roti Boy, Indomie, dan aroma Roti sobek Oppa. 

Selain aroma-aroma yang baru saja kusebutkan.

Aku juga menyukai━

"Kayanya di rambut gue ada kutu deh, Ci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kayanya di rambut gue ada kutu deh, Ci."

━Aiden Kevlario, Ai, Kevlar, Rio. Entah kalian menyebutnya apa, tapi aku menyukai lelaki yang baru saja kau sebut.

Jantungku akan berdegup kencang jika melihatnya, sungguh irama yang paling indah. Lalu, api yang seakan membakar tubuhku jika aku melihatnya bersama perempuan lain. Aku bukan bocah yang tak mengerti perasaan apa yang sedang kumiliki. 

Aku menyukainya. Pria yang menganggapku sebagai sahabatnya selama 2 tahun aku duduk di Sekolah Menengah Atas.

Aku tahu, aku tak seharusnya menyukai lelaki seperti Aiden yang jelas-jelas akan menyakiti hatiku dengan zona pertemanan ini.  Tapi, sialnya perasaan manis ini tak dapat kukendalikan.

"Wuiih berduaan aja nih dikelas? Katanya yang ketiga itu setan loh."

"Sahabat apa sahabat?"

"Kevlar kapan nembak Eci, nih? Kasihan tuh Ecinya digantungin."

"Kalau gak mau, Eci sini sama gue aja."

Suara ribut dari depan kelas membuatku dan Aiden mengalihkan pandangan kami. Teman-temanku dan Aiden. Ya, selain Aiden aku juga memiliki teman yang sejenis denganku, Lala dan Weni. Begitu juga dengan Aiden dengan temannya, Juan dan Randy.

Jika aku dan Aiden adalah sepasang sahabat, maka Lala dan Randy adalah sepasang kekasih. Karena itu Aiden dan aku jadi lebih sering bertemu, teman-teman kami sudah saling akrab. 

Lala dan dan Randy duduk tepat didepanku, Weni duduk disampingku dan Juan di depan Aiden. Jujur, aku merasa sedikit terganggu dengan kehadiran mereka, karena kehadiran mereka aku jadi tak bisa berduaan bersama Aiden.

"Jadi gimana? Eci mau gak sama gue? Daripada sama si Kevlar, digantungin terus."Canda Juan yang tak mendapat respons bagus oleh Aiden.

"Pertama, Lo gak boleh pacaran sama Eci. Dia masih harus fokus dengan pendidikannya. Kedua, gue sama Eci itu sahabatan, gak lebih."Jawab Aiden singkat, padat, dan jelas. Jujur saja, kalimat pertama membuatku bersemu. Namun, kalimat keduanya? Menyesakkan sekali di hati.

"Lo gak kasihan sama Eci? Inikan masa SMA, gan. Terserah dia dong mau ngapain."Kini Randy bersuara.

"Bener tuh, banyak yang mau sama Eci. Masa lo larang mulu sih."Timpal Lala.

"Kemarin katanya anak sekolah sebelah juga minta nomor Eci loh."Sahut Weni.

"Justru karena ini masa SMA. Gue harus bisa mastiin Eci bisa mempersiapkan masa depannya dengan baik. Mau itu anak sekolah ini, sekolah sebelah, sampai oppa-oppa dari korea pun gue larang buat pacaran sama Eci."

"Lo larang Eci deket sama cowok lain. Tapi lo sendiri lagi deketin cewek. Lo egois namanya, Kev."Jawaban dari Randy membuatku kaget bukan main.

Aiden sedang melakukan pendekatan dengan perempuan? 

Aku melihat Aiden. Menunggu penjelasan darinya. Ia tak pernah begini sebelumnya, dia selalu cerita tentang kesehariannya dengan se-detail mungkin.

"Lo--Lagi deketin cewek, Ai?"Tanyaku pelan.

"Gue sama dia cuma temen satu kelompok. Randy aja yang ngomongnya di lebih-lebihin."Jawab Aiden.

Aku hanya bisa mengangguk walau hatiku masih tak percaya dengan omongan Aiden. Jika mereka benar-benar akan menjadi sepasang kekasih. Sudah pasti jatahku bertemu dengan Aiden akan semakin menipis, Tidak ada lagi jalan berdua, dan yang lebih parahnya aku harus berpura-pura mendukung mereka menjadi sepasang kekasih.

"Jujur aja lah, Kev. Gue lihat kemarin dia balik bareng lo kan?"Ucap Juan yang membuatku bingung. Aku yakin sekali kalau Aiden benar-benar pulang bersamaku setelah bel berbunyi.

"Bukannya lo balik sama  gue, Ai?"Tanyaku.

"Okay, gue jujur. Gue bukan PDKT, gue cuma tertarik doang sama dia. Iya, kemarin gue pulang bareng lo. Tapi setelah gue nganter lo, gue langsung balik kesekolah buat nganter Shania."



Perempuan yang membuat Aiden tertarik itu Shania? Jadi itu tipe ideal Aiden? Perempuan cantik, pintar, dan ramah?

Ah, pantas saja Aiden tertarik dengannya.

Jika dibandingkan aku dengan Shania. Sudah jelas aku tidak ada apa-apanya bagi Aiden. Aiden hanya menganggapku sebagai sahabat yang selalu ada untuknya.

Tapi aku juga ingin menjadi Shania.

Shania pasti mendapatkan pesan-pesan romantis dari Aiden.

Bukan sepertiku yang mendapatkan pesan untuk menanyakan jawaban-jawaban dari tugas yang telahku selesaikan..

Aiden pasti melimpahkan rasa kasih sayang dan cinta pada Shania.

Bukan sepertiku yang mendapatkan rasa sakit dari cubitan Aiden jika aku lupa membawa sesuatu.

Aiden pasti memanggil Shania dengan panggilan sayang.

Bukan sepertiku yang mendapatkan panggilan Plastik karena sudah menjadi fangirl oppa-oppa korea.



"PJ jangan lupa Kev."Ucapan Lala membuatku tersentak dari lamunanku.

"Hehe...Bener tuh, Kev. Eh iya, gue ada materi yang gak gue paham. Gue pinjem Eci dulu, ya! Dah~."Ucap Weni dan segera menarik tanganku untuk keluar dari ruang kelas.

"Gue juga ikut deh, dah~."Lala tersenyum canggung dan mengikuti kami dari belakang.



Weni menyeretku ke perpustakaan yang sepi pada jam istirahat seperti sekarang. Siapa juga yang mau menghabiskan waktu makannya untuk membaca buku-buku? 

"Gak usah pura-pura tegar. Gak ada Aiden disini."Ucap Lala.

"Jadi perempuan itu Shania ya? Saingan yang berat."Timpal Weni.

"Gimana caranya gue punya saingan kalau udah kalah duluan."Ucapanku membuat mereka menghela napas.

"Enggak, Ci."

"Rasa cinta tuh bakal muncul dalam diri Kevlar, Ci. Perasaan cinta itu muncul karena terbiasa."Ucap Weni. Dia benar, perasaan cinta memang akan muncul karena terbiasa.

Tapi yang menjadi masalah adalah aku terbiasa melihat Aiden sebagai laki-laki yang kucintai. Dan Aiden Terbiasa melihatku sebagai sahabat perempuannya yang harus ia jaga.

Aku harus apa?

T  R  A  P  P  E  DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang