Sebelum Semuanya Dimulai

110 6 2
                                    

Ini masa-masa sekolahku, sekaligus masa-masa aku mulai jatuh cinta kepada seseorang. Sebenernya sudah lama aku ingin menulisnya menjadi sebuah cerita dan kubagi kepada yang lain, tapi nggak sempet karena terlalu sibuk. Sibuk rebahan hehe. Aku tidak peduli dengan pendapat orang lain tentang kisahku. Yang pasti, aku ingin menuliskan semuanya.

~Oiya namaku Dania Anastasya, seorang mahasiswi yang saat ini kuliah di ITB di bandung. Umurku 24 tahun. Aku anak ke dua dari dua bersaudara, kakaku perempuan, dia sudah menikah dan tinggal di jogja bersama suaminya.

Saat masa sekolah, aku memiliki suatu hubungan, hubungan yang dapat membuatku tersenyum sendiri saat
mengingatnya kembali. Hubungan dimana aku merasakan semua rasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya ketika aku sedang bersamanya.

••••••••

"Dania Bangun sudah siang." suara Mom dari luar pintu kamarku.

"Hah, iya mahh." ucapku dengan tubuh setengah nyawa dan muka yang masih mengantuk.

Aku menghela nafas, beranjak bangun dari tempat tidurku sambil melihat halaman rumah dengan udara yang sejuk.

Sebelum berangkat, seperti biasa aku membantu Mom memasak, menyiapkan makanan untuk Pap, kak Nadia sebelum akhirnya melakukan aktivitas nya masing-masing

"PAGI". ucapku menyapa semuanya, Mom, Pap, dan kak Nadia.

Mom adalah ibuku. Dari kecil memang aku sudah memanggilnya mom, sama seperti papahku aku memanggilnya Pap. Kata orang mungkin aku anak yang manja karena memanggil mereka dengan sebutan itu. Tapi bagiku sebutan Mom dan Pap sebagai rasa kasih sayangku kepada mereka.

Sementara kak Nadia adalah kakakku. Kami selalu berantem jika Mom dan Pap tidak ada di rumah. Semuanya dia yang berkuasa, seakan-akan dia menjadi ratunya. Tapi meski begitu dia adalah musuh sekaligus sahabat bagiku. Dia yang paling semangat memberikan ku dukungan jika aku mengikuti sebuah perlombaan, dia yang sering memarahiku jika aku berbuat kesalahan serta dia yang pertama kali memberikan ku pelukan saat aku patah hati.

"Ini pah kopinya." aku menaruh kopi di meja Pap.

"Makasih sayang." balas Pap tersenyum ke arah ku.

"Buat gue mana?" ucap kak Nadia.

"Ini tuan putri." Aku menyodorkan teh hangat ke arah kak Nadia.

"Makasih Dania cantik." balas Kak Nadia.

Lima belas menit lagi pintu gerbang sekolah akan ditutup. Aku beranjak dari tempat duduk ku. Bergegas berangkat menuju sekolah.

Aku berangkat dulu ya mah, pah." aku mencium tangan Mom dan Pap dan berlari keluar rumah.

"Nggak bareng papah?" ucap Mom.

"Nggak, udah telat." ucapku sambil berlari. Mom hanya menggelengkan kepalanya.

••••••

"Brukkkk."

Baru saja berjalan beberapa meter dari rumah, seseorang menabrak ku dari depan hingga membuatku terjatuh, sial, kakiku terkilir. Aku menoleh kearahnya. Seorang laki-laki berpakaian jaket levis berwarna hitam dan jam putih di tangannya berada tepat di sampingku. Mata kami saling menatap selama beberapa detik. Sampai akhirnya ia membantuku.
"Kamu nggak apa-apa?" ucapnya menatap kearahku.

Aku tidak menjawab. Masih memegangi kakiku yang terkilir.

"Saya minta maaf ya."

"Iya gapapa kok." balasku.

Satu JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang